Sebulan Lebih Dikabarkan Hilang, Bagaimana Nasib Pengusaha Batam Havis Madu Jaya?

Motif hilangnya Havis Madu Jaya dan Martini ini belum diketahui, apakah ada indikasi tindak pidana atau sengaja menghilang.

Editor: Dewi Haryati
Yang terbawah sudah pasti duitnya hilang 
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Pasangan suami istri, Havis Madu Jaya dan Martini, pemilik Komunitas 'Usahaku', sudah sekitar sebulan dikabarkan hilang. Terakhir diketahui di Marelan Pasar VI, Medan Labuhan, Medan, Provinsi Sumatera Utara. 
Sebelumnya, Havis Madu Jaya beserta istrinya Martini dilaporkan hilang oleh Kasdi di jajaran Polda Sumatera Utara. Kasdi adalah orangtua dari Martini. Ia kehilangan kabar dari anaknya tersebut sejak awal tahun baru hingga dilaporkan 2 Januari 2020. 
Motif hilangnya Havis Madu Jaya dan Martini ini belum diketahui, apakah ada indikasi tindak pidana atau sengaja menghilang. Havis Madu Jaya diketahui membuka usaha semacam investasi di bidang sembako. Ia menerima donasi mencapai puluhan juta.
Ada dugaan Havis Madu Jaya juga sengaja menghilangkan diri. Pasalnya, sejumlah anggota atau nasabahnya ada yang merasa tertipu dengan aktivitas Havis Madu Jaya.
 






Belasan nasabah member 'Usahaku' dari sekitar 2000-an yang tersebar se-Indonesia mendatangi Mapolda Kepri beberapa waktu lalu. Membuat pengaduan tentang dugaan penipuan yang diduga dilakukan Havis Madu Jaya beserta istrinya Martini. Sementara ruko yang ditempati di Kampung Durian Bengkong, Batam, Kepri terpantau ditutup. Dikabarkan, keluarga ini sudah kabur.
Seorang konsultan di Komunitas 'Usahaku' menceritakan secara gamblang soal model investasi di Komunitas 'Usahaku.' Kepada tribunbatam.id pria bernama Heri Suyanto menjelaskan peran menjadi konsultan di Komunitas 'Usahaku.' 

Saat diwawancarai di depan rumahnya Jalan Nurul Iklas Blok D RT 04 RW 06 Kampung Durian yang hanya berjarak 10 meter dari rumah Havis dan Martini pemilik investasi 'Usahaku' kepada tribunbatam.id, Selasa (11/01/2020).
Heri yang menjadi konsultan semenjak Oktober 2019 ini menceritakan bahwa istilah konsultan merupakan tingkatan di kalangan member Komunitas 'Usahaku' yang memiliki tanggungjawab menyebarkan informasi kepada member di bawahnya.
"Jadi saya punya grup whatsapp sendiri, nanti kalau ada gangguan transferan (pembagian hasil), saya beri tahu ke member dibawah saya," ungkap Heri.
Jumlah yang harus disetorkan oleh konsultan minimal Rp 100 juta rupiah. Setelah menjadi konsultan ia pun berhak mendapat komisi dari setiap transaksi member dibawahnya.
"Kalau ada yang memasukkan modal dibawah konsultan akan dapat komisi 10 persen dari nilai modal yang disetorkan, juga kalau member itu melakukan top up," sambung Heri.
Top up adalah penambahan modal investasi di Komunitas 'Usahaku,' konsultan pun mendapat komisi 10 persen dari nilai top up member tersebut.
Heri membenarkan bahwa pemilik Komunitas 'Usahaku' ini adalah milik pasangan suami istri Havis dan Martini.
Havis dan Martini pindah ke Kampung Durian pada pertengahan tahun 2018 ke sebuah rumah toko (ruko) yang beralamat di Jalan Nurul Iklas Blok D no 51 a-b Kampung Durian RT 04 RW 06, kelurahan Sadai, Bengkong.
Selain rumah, ruko ini juga sekaligus dijadikan sebagai tempat usaha dan kantor Komunitas 'Usahaku.'
Sementara itu, Yani seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Jawa mulai resah dan gelisah.
Sebab, uangnya sekitar Rp 50 juta telah tertanam pada 'Komunitas Bagi Hasil Usahaku' binaan pengusaha asal Batam, Havis dan Martini.
Uang itu ditabungnya sedikit demi sedikit sejak bekerja di Taiwan. Kegelisahannya ini bukan tanpa sebab.
Sejak kabar menghilangnya Havis dan Martini mencuat ke publik, dia mulai dihantui perasaan takut.
"Kami yang di Taiwan juga banyak jadi member. Kalau memang itu penipuan, kami mau melapor ke mana?," keluhnya kepada Tribun Batam, Senin (13/1/2020).
Menurutnya, member 'Komunitas Bagi Hasil Usahaku' tak sedikit. Jumlahnya hampir ratusan.
Dia menjelaskan, mulanya Havis dan Martini menjelaskan komunitas ini mewajibkan setiap anggotanya menanamkam modal dengan jumlah variatif. 
Mulai dari Rp 1 juta hingga puluhan juta dengan sistem bagi hasil setiap bulannya.
Member lainnya bernama Dwi Widiowati asal Kota Semarang bahkan telah membuat laporan kepada pihak kepolisian.
Dia mendatangi Direktorat Kriminal Khusus Polda Jawa Tengah.
"Kami sudah mendatangi Polda Jawa Tengah untuk membuat laporan. Tapi kami diminta untuk melengkapi beberapa bukti lagi untuk membuat laporan," ujarnya.
Laporan ini dibuatnya setelah kabar pasangan suami istri yang berdomisili di Kecamatan Bengkong ini menghilang sejak 28 Desember 2019 lalu.
(Tribunbatam.id/leo halawa)
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved