BATAM TERKINI
Batam Cocok Jadi Sentra Aviasi dan MRO, Ini Kata Flybest Flight Academy
Flybest Flight Academy, Karin E mengakui lokasi Batam yang strategis, dinilai menjadi potensi pengembangan industri penerbangan.
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Flybest Flight Academy, Karin E mengakui lokasi Batam yang strategis, dinilai menjadi potensi pengembangan industri penerbangan. Batam dinilai layak menjadi sentra maintenance, repair, and overhaul (MRO) dan aviasi.
Bahkan wilayah Batam juga dinilai bisa memanfaatkan potensinya untuk mendukung produksi pesawat N-219 buatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan PT. Dirgantara Indonesia.
Menurutnya saat ini Batam sudah menjadi sentra aviasi yang ke-3.
"Sejarahnya Batam dibangun dengan industri shipyard dan industri elektronik. Hadirnya industri aviasi akan sangat mendukung perekonomian Indonesia. Batam layak jadi sentra MRO terbesar," ujar Karin, baru-baru ini di Gedung BP Batam.
Ia menilai kedekatan Batam dengan Singapura menjadikannya istimewa. Ditunjang dengan status Free Trade Zone (FTZ), sehingga bisa memanfaatkan potensinya untuk mendukung produksi pesawat N-219.
"Peluang itu bisa dioptimalkan dalam tahun 2020 dan 2021 ini. Seiring dengan banyaknya pesanan pesawat dengan kapasitas 19 kursi penumpang ini," katanya.
Ia melanjutkan sembari memanfaatkan momentum jangka pendek itu, industri penerbangan di Batam bisa menyesuaikan fokus pengembangannya. Sehingga bisa berkembang dan didukung oleh ekosistem yang ada. Dimana, sejauh ini industri aviasi di bidang MRO sudah berkembang cukup baik dan terus mengalami peningkatan.
• Peluang Investasi di Batam Tahun 2020, Ada Industri Manufaktur Hingga Industri MRO
• Rusdi Kirana Sambut Menteri dan Pejabat yang Hadiri Groundbreaking MRO Lion Air di Hang Nadim Batam
"Tapi harus bisa terus ditingkatkan sehingga teknologi yang ada bisa menyesuaikan dengan kebutuhan masa depan. Harus mengerti dengan MRO di masa depan," katanya.
Sayangnya di Batam hingga saat ini masih kekurangan SDM. Oleh karena itu kedepan masih sangat dibutuhkan pembanguan pendidikan di Batam, dibidang industri penerbangan.
"Industri penerbangan saling terkait dengan industri lain. Kemungkinan SDM belajar ke luar negeri itu biarkan saja, nanti ketika Indonesia siap mereka kita tarik lagi," ujarnya.
Pada umumnya untung air line di bawah 5 persen (low profit margine). Namun saat ini, banyak yang melakukan bisnis dibidang itu.
"Karena volume bisnisnya besar. MRO saja sudah mencapai 1 miliar dolar. Lima tahun ke depan bisa mencapai 2,5 miliar dolar," katanya.
Sementara itu, Tenaga Ahli Pengembangan Pesawat Terbang, PT DI yang juga Ketua Indonesia Aircraft and Component Manufacturer Association (INACOM) Aircraft, Andi Alisyahbana mengatakan, untuk kearah itu, harus mampu menyerap perakitan sekitar 50 pesawat. Juga dibutuhkan peningkatan infrastruktur dan SDM untuk memenuhinya.
"Batam bisa tidak menyerap 50 pesawat di sini? Kalau bisa akan kita berikan," katanya.
