BATAM TERKINI
Sampah di Sungai Pelenggut Batam Disebut Bom Waktu, Bisa Rusak Ekosistem Laut Kepri
Belasan ton sampah hanyut terbawa arus saat hujan deras turun, di Sungai Pelenggut, Kelurahan Sungai Pelenggut, Kecamatan Sekupang, Batam.
Sampah di Sungai Pelenggut Batam Disebut Bom Waktu, Bisa Rusak Ekosistem Laut Kepri
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Belasan ton sampah hanyut terbawa arus saat hujan deras turun, di Sungai Pelenggut, Kelurahan Sungai Pelenggut, Kecamatan Sekupang, Batam.
Komunitas peduli Lingkungan Sungai Pelenggut (Kopling Supel) mendesak perhatian pemerintah karena sangat miris dan sangat mengerikan melihat sampah yang hanyut terbawa arus.
Sampah yang terbawa arus dikhawatirkan bisa menjadi bom waktu pencemaran laut Kepri.
Kopling Supel, yang sudah dilantik dan sudah berusaha meminimalisir sampah hanyut sampai ke luat, meminta pemerintah juga mendorong masyarakat yang ada di hulu sungai seperti Kelurahan Sagulung Kota, membentuk komunitas peduli Sungai.
"Kita ini berada di hilir, sementara sampah yang hanyut datang dari hulu," kata Alvian, Ketua Kopling Supel.
• VIRAL Video Gerobak Sampah Medis Rumah Sakit Jalan Sendiri, Padahal Siang Bolong
Dia mengatakan, Kopling Supel sampai saat ini sudah berusaha untuk mengangkut sampah dari dalam sungai agar jangan sampai hanyut ke laut.
Namun keterbatasan alat membuat mereka tidak bisa berbuat banyak.
"Kita berharap pemerintah lebih peduli dan memberikan perhatian terhadap kondisi sampah yang ada di Sungai Pelenggut," kata Alvian.
Dia mengatakan, selama ini Kopling Supel, hanya bisa mengangkut sampah dari dalam sungai menggunakan alat seadanya.
"Kita berharap pemerintah bisa menyediakan sampah atau sejenisnya yang bisa kota gunakan untuk memgambil sampah dari sungai," kata Alvian.
Dia mengkhawatirkan kondisi sampah yang selama ini hanyut terbawa arus saat hujan deras akan menjadi bom waktu kerusakan ekosistem laut Kepri.
"Sampahnya sangat luar biasa dan ini sudah terjadi puluhan tahun," kata Alvian.
Untuk meminimalisir sampah hanyut ke laut, Kopling Supel selalu melaksanakan gotong royong setiap minggu untuk mengangkut sampah dari dalam sungai.
"Namun kita hanya mengangkut sampah secara manual, karena belum memiliki alat," kata Alvian. (Tribunbatam.id/Ian Sitanggang)