Sempat Jadi Sorotan, Kadishub Batam Sebut 37 Unit Bimbar Telah Uji KIR Sejak Februari Lalu

Kadishub Batam, Rustam Efendi bilang, sejak 17 Februari hingga 11 Maret 2020 tercatat sebanyak 37 unit bus Bimbar telah melakukan uji KIR.

Editor: Dewi Haryati
TRIBUNBATAM.ID/ICHWAN NUR FADILLAH
Kepala Dinas Perhubungan Kota Batam, Rustam Efendi 

BATAM, TRIBUNBATAM.id - Kelaikan transportasi umum Bimbar sempat disorot warga Batam beberapa waktu lalu.

Penyebabnya tak lain karena kecelakaan lalu lintas (lakalantas) yang menewaskan Sri Wahyuni di sekitar Bukit Daeng, Kota Batam.

Usai peristiwa nahas itu, diketahui jika bus Bimbar yang beroperasi tak laik jalan. Ini diketahui dari matinya KIR kendaraan sejak dua tahun lalu.

Akibat terus disorot, Dinas Perhubungan (Dishub) Batam pun mengambil langkah tegas.

Seluruh transportasi Bimbar di Batam diminta untuk mengikuti uji KIR.

"Proses berjalan terus," kata Kadishub Batam, Rustam Efendi kepada Tribun Batam, Rabu (11/3/2020).

Ia mengatakan, sejak 17 Februari hingga 11 Maret 2020 tercatat sebanyak 37 unit bus Bimbar telah melakukan uji KIR.

Sebelum peristiwa lakalantas di Bukit Daeng Batam viral, sebanyak 266 unit kendaraan di trayek utama dinyatakan tak laik jalan.

Hal ini menurut data Dishub Batam. Total keseluruhan kendaraan tak laik jalan itu hampir separuh dari 617 unit kendaraan yang tercatat oleh pihak terkait.

Dishub Batam Pasang Stiker Nomor Pengaduan di Bimbar

Sarana transportasi umum di Batam, Bimbar, beberapa waktu lalu sempat menjadi sorotan.

Hal ini tak lepas dari peristiwa kecelakaan lalu lintas (lakalantas) di sekitar Bukit Daeng, Kota Batam.

Tudingan warga Batam terhadap sopir Bimbar bertindak ugal-ugalan sempat mengalir deras. Belum lagi masalah kelaikan kendaraan.

Menyikapi ini, Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Batam pun mengambil langkah tegas.
Salah satunya dengan memasang stiker berisikan nomor pengaduan di setiap unit Bimbar.

"Lebih dari 100 potongan stiker sedang dipasang. Ini mulai dilakukan sejak tanggal 3 Maret kemarin," ucap Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Batam, Rustam Efendi kepada Tribun Batam, Rabu (11/3/2020).

Ia melanjutkan, pemasangan stiker ini dilakukan atas desakan masyarakat Batam. Tujuannya untuk ikut mengawasi (control) tindakan yang dianggap mengganggu ketertiban lalu lintas dan aturan yang berlaku.

"Bimbar itu di bawah empat badan usaha dan keseluruhannya telah kami beritahu juga," sambung Rustam.

Keempat badan usaha pengelola transportasi Bimbar sendiri antara lain, PT. Bintang Anugrah Pelangi, PT. Nagabe Karya Bersama, PT. AMKB, dan Koperasi PARSIBATA.
"Jika ada keluhan terhadap perilaku pengemudi dan lainnya, cepat laporkan melalui nomor yang disediakan," ujar Rustam.

Di dalam nomor pengaduan juga terdapat nomor pihak Satuan Lalu Lintas Polresta Barelang.

WAKAPOLDA Kepri Nyaris Jadi Korban Sopir Bimbar Ugal-ugalan

Akhir-akhir ini, angkutan umum Bimbar menjadi perbincangan hangat pasca kecelakaan yang terjadi di Bukit Daeng Batam dan mengakibatkan satu korbannya meninggal dunia.

Dampak kecelakaan tersebut, banyak warga Batam yang mendesak pemerintah bertindak terhadap Bimbar yang dinilai terlalu bar bar di jalan raya.

Menindaklanjuti keresahan warga, Dishub Batam dan Satlantas Polresta Barelang pun langsung melakukan tindakan dengan menggelar razia dan meninjau kembali keadaan kendaraan layak jalan atau tidak.

Ternyata, tak hanya warga sipil saja yang nyaris jadi korban aksi ugal-ugalan sopir Bimbar di Batam.

Wakapolda Kepri Brigjen Pol Yan Fitri Halimansyah mengaku juga nyaris jadi korban aksi sopir Bimbar.

Kepada TRIBUNBATAM.id, Kamis (27/2/2020), Wakapolda Kepri mengungkapkan, saat dirinya sedang bersepeda di jalan raya mendadak disalip oleh Bimbar tanpa aba-aba seperti menyalakan lampu sen.

"Angkutan Bimbar tidak salah, namun pengemudinya lah yang salah karena kurang pemahaman berlalu lintas," ujarnya.

Menurut Yan Fitri kondisi kendaraan juga tidak layak dan tidak memadai ditambah lagi dengan kurangnya rasa memiliki pengendara bimbar atau supir.

"Nanti kita akan evaluasi SIM para supir Bimbar ini, agar ia mengerti tentang keselamatan di jalan raya, jadi tidak membahayakan pengendara lain di jalan," ujarnya.

Supir Bimbar Batam Nangis

Janganlah hanya kami supir angkutan umum ini yang ditekan, janganlah hanya kami supir angkutan umum ini yang dipojokkan. Kami cari makan, kami harus memikirkan uang untuk menghidupi anak istri di rumah. Kami tahu, dari angkutan ini kami cari makan. Kami juga tidak mau celaka

Makmur, Supir angkutan Bintang Anugrah Pelangi (Bimbar) mengungkapkan kepedihan hatinya di sela acara pertemuan yang digelar Direksi PT Bintang Anugrah Pelangi di Pasar Melayu, Jumat (21/2/2020).

Supir yang dikumpulkan oleh direksi yang menaungi angkutan yang mereka operasikan di Pasar Melayu tersebut, menyampaikan keluhan mereka selama ini kepada perwakilan dari Dinas Perhubungan, dan anggota polisi yang datang dalam pertemuan tersebut.

"Kami ini setiap hari harus mencari penumpang, agar bisa menutupi setoran kepada pemilik mobil. Kami juga harus memikirkan uang yang bisa kami bawa ke rumah untuk makan anak dan istri," kata Makmur.

Dia mengaku, saat ini kondisi trayek Tanjunguncang -Jodoh, sangat sulit untuk mendapatkan penumpang.

"Karyawan banyak yang naik bus karyawan, ada juga yang sudah bulanan, kepada angkutan umum tertentu," kata Makmur.

Di samping itu, trayek Tanjunguncang - Jodoh juga banyak angkutan umum lainnya.

"Kita berhadapan dengan Carry, kita juga berhadapan dengan trayek Dapur 12, kita juga berhadapan dengan Trans Batam, kita berhadapan dengan taksi konvensional. Bahkan saat ini paling ramai taksi online," kata Makmur.

Selain makmur, J. Purba, seorang sopir lainnya mengaku untuk menyisihkan uang Rp 50 ribu saja, kadang sore hari tidak ada.

"Kadang seharian kita bawa mobil, kita tidak dapat hasil, semua hasil yang kita dapatkan hanya untuk menutupi setoran dan untuk minyak," kata Purba.

Dia mengatakan, di jalan sambil membawa angkutan, terkadang air mata mereka hampir menetes.

"Kita jalan dari Tanjunguncang, sampai ke Jodoh, kadang hanya dapat dua penumpang. Itupun penumpung pendek, ongkosnya hanya Rp 2.000. Kadang sampai ke Nagoya kita hanya dapat Rp 5.000," kata Purba.

Yang paling sakitnya, kata Purba, kadang perjalanan pulang balik Tanjunguncang Nagoya yang ditempuh kurang lebih 2,5 jam, yang dihasilkan hanya Rp 15 ribu.

"Sementara kita harus bayar masuk terminal. Jadi sedih juga saat ini," kata Purba.

Dia mengatakan, mereka bukan tidak mau mengikuti aturan yang ada.

Namun keyataan di lapangan membuat mereka tertekan.

"Kita kencang, karena mobil lain, sudah datang dari belakang, kita serobot lampu merah biar dapat antrian menunggu sewa," kata Purba.

Dia mengaku, siapa pun orangnya khususnya supir tidak mau celaka.

"Kita jadi supir angkutan bukan hanya gaya-gayaan. Kita memiliki keluarga dan mereka butuh makan." kata Purba.

Beberapa tahun belakangan, kata Purba, kondisi penumpang sudah sangat sepi, ditambah kehadiran Trans Batam.

"Banyak penumpang kita yang beralih ke Trans Batam, jadi kondisi kami para supir ini semakin hari semakin tersiksa," kata Purba

Alasan Belum Uji KIR

Air mata hampir menetes dari mata Lamsihar Boru Sitorus saat mengucapkan bela sungkawa atas kecelakaan maut yang terjadi di turunan Bukit Daeng, Batam, Senin (17/2/2020) lalu.

Lamsihar, Direksi PT Bintang Anugrah Pelangi, yang menaungi angkutan umum jurusan Tanjunguncang - Jodoh mengaku sangat prihatin atas kejadian tersebut.

"Saya juga yakin, siapa pun orangnya pasti tidak akan terima anggota keluarganya jadi korban. Kita turut berduka cita," kata Lamsihar.

Dia mengatakan, selama ini pihaknya sudah berusaha membina seluruh supir dan juga pemilik kendaraan yang bernaung di PT Bintang Anugrah Pelangi.

"Kita tidak mencari siapa yang salah, kita juga tidak mencari pembenaran. Kita berharap kejadian ini harus menjadi pelajaran bagi kita," kata Lamsihar.

Dia mengatakan, tidak ada orang yang ingin celaka, tidak ada orang yang mau jadi korban.

"Ini akan menjadi pelajaran bagi kami," katanya.

Terkait kejadian tersebut, Lamsihar pun mengumpulkan semua supir angkutan jurusan Tanjunguncang -Jodoh dan menghadirkan pihak Dinas Perhubungan dan pihak kepolisian, untuk memberikan masukan bagi supir dan juga perusahaan.

Lamsihar memaklumi jika beberapa tahun belakangan kondisi supir banyak di bawah tekanan, baik dari pemerintah seperti razia dan aturan yang diberlakukan.

Sementara kondisi penumpang di jalan juga sangat sulit.

"Jadi banyak supir yang merasakan tekanan, karena harus memikirkan setoran dan juga uang yang harus dibawa ke rumah, untuk anak istri," kata Lamsihar.

Mengenai angkutan jurusan Tanjunguncang - Jodoh yakni warna biru, saat ini kondisinya cukup layak.

"Semua supir memiliki SIM. Karena itu persyaratan, pajak mobil semua hidup," kata Lamsihar.

Sementara mengenai uji KIR, dua tahun belakangan 60 persen dari 72 unit mobil jurusan Tanjunguncang Jodoh tidak melakukan uji KIR.

"Ini dikarenakan aturan pemerintah yang tidak memiliki komitmen. Karena sampai saat ini mobil yang digunakan sebagai taksi online belum uji KIR, sementara mereka melayani penumpang. Ini yang membuat para pemilik enggan melakukan uji KIR," kata Lamsihar.

(Tribunbatam.id/Ichwan Nur Fadillah/Alamudin Hamapu/Ian Sitanggang)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved