Corona Virus

Kala Italia Mulai Ada Harapan, Raja Spanyol Justru Memohon Donasi Warga Atasi Puncak Corona Virus

Kecemasan kian membuncah sebab suhu rerata di Eropa saat ini antara 10 hingga 16 derajat celcius, suhu yang diyakini rumah idaman bibit covid-19

cna
Italia Tutup Semua Toko, Kecuali Toko Makanan dan Apotek untuk Lawan Virus Corona 

Ada Harapan di Italia, Raja Spanyol Minta Donasi saat 462 Tewas dalam 24 Jam.  Kanselir Jerman Pilih Karantina Rumah 14 Hari, pasca Dokter Pribadinya Positif. Mulai Langka, distribusi Masker di Inggris dikawal Polisi dan tentara

LOMBARDY, TRIBUN-TIMUR.COM — Seberapa serius dan parah wabah Corona virus di Eropa barat?

Kecemasan kian membuncah sebab suhu rerata di Eropa saat ini antara 10 hingga 16 derajat celcius, suhu yang diyakini ilmuan sebagai ‘rumah pembiakan’ virus Corona baru global ini.

Italia dan Spanyol adalah negeri yang paling rentan.

Chancellor Jerman Angela Merkel memilih  istrirahat total 14 hari, sesuai protokol WHO ini dia tempuh, sebab dokter yang memeriksanya ternyata positif corona.

Rasio kematian (death rate) pasien di Italia naik 9,5% sedangkan di Spanyol yang berada dalam akumulasi krisis ekonomi domestik, global dan efek Corona sudah mencapai 14,2 %.

Namun harapan senantiasa ada.

Dengan mengenakan masker khusus FPP2, otoritas kesehatan Region Lombardy Italia, Giulio Gallera, mulai bisa bernafas lega.

“Kami di Italia mulai ada harapan. Dalam lima hari terakhir, jumlah korban meninggal dan terpapar terus turun, setelah bulan yang paling sulit ini,” katanya seperti dilansir SCMP, Selasa (24/3/2020).

Di Italia, negara yang mencatat jumlah pasien positif dan korban meninggal tertinggi di dunia setelah China Daratan, ada  4.789 kasus baru dikonfirmasi, dengan 601 korban jiwa.

.
 

Namun di Spanyol, simalakama virus pandemi dari Wuhan, China tahun 2019 ini, justru baru mulai beraksi.

Senin (23/3) kemarin, tercatat ada 462 kasus. 

Ini lompatan jumlah tertinggi harian, sejak wabah ini mewabah di negeri Matador, medio Februari 2020 lalu.

Yang kian mengkhawatirkan sebab,  wakil perdana menteri Spanyol  Carmen Calvo,  dirawat di rumah sakit, setelah terkonfirmasi positif COVID-19.

Padahal sebelumnya, dua menteri dan istri Perdana Menteri Pedro Sanchez, juga dinyatakan positif.

Kecemasan kian membuncah, sebab negeri ini tengah dilanda akumulasi krisis ekonomi global dengan efek ekonomi COVID-19.

Puluhan ribu Ibu rumah tangga di Madrid, Barcelona, memukul panci masakan mereka, sejak akhir pakan lalu, saat Raja Spanyol, mengumumkan perminataan donasi publik untuk mengatasi wabah ini.

Otoritas kesehatan di Italia, melansir ada 4,789 kasus positif baru dalam 24 jam terakhir.

Angka ini sudah turun dari 5,560 pada Minggu (22/3) dan 6,557 kasus di Sabtu (21/3/2020) lalu.

Angka ini, juga termasuk rendah dibandingkan dua hari sebelumnya, Jumat dan Kamis, dimana jumlah kasus tetap dilaporkan naik.

Harapan itu terus membuncah sebab, jumlah pasien yang dilarikan ke rumah sakit Regional Lombardy - wilayah paling kritis di Italia — juga dilaporkan turun.

Giulio Gallera, mengemukakan kondisi ini dengan satiris.“Ini bukan waktunya menyanyikan lagu kemenangan, namun kami mulai melihat ada cahaya di ujung lorong gelap ini,” ujarnya seperti dilansir SCMP.

Italia pantas bernafas lega.

Total jumlah kasus di negeri kepulauan ini naik menjadi  63,927 kasus, di awal pekan ini, sementara di Daratan China stagnan di angka to 81,093 kasus.

Dari 6,077 total warga yang meninggal sejak medio Februari 2020 lalu,  Italia mempin klasmen pandemi global COVID -19 dari 153 negara.

Ini juga termasuk angka meninggal yang mencapai 601 orang yang meninggal dalam 24 jam terakhir.

Overall death rate atau rasio pasien meninggal di Italia,naik 9.5 % , dibandingkan rerata global yang hanya 4,4%.

Indonesia sendiri kini, tercatat di kisaran 7,2 % atau masuk lima besar death ratio pandemi global.

Kini ada 3,204 warga Italia yang perawatan intensive dan lebih kurang 26,522 warganya menjalani karantina rumah, stay at home notice.

Otoritas Spanyol, juga akhir pekan ini mencatat 462 pasien meninggal dunia dalam 24 jam.

Ini menjadikan Spanyol sebagai negara paling parah di dunia dalam 24 jam terakhir.

Dengan lonjakan angka kematian harian ini, menjadikan ratio kematian tertinggi dunia setelah Italia. 

Ini angka rasio tertinggi, namun masih jauh untik disebut bisa keluar dari krisis mematikan dari Corona.

“Kami tiap hari selalu berharap, inilah puncaknya,” kata  Fernando Simon, koordinatir Task Force COVID-19 dari Kementerian Kesehatan.

Otoritas kesehatan dan akademisi setempat kini mulai menemukan 1 dari 10 angkatan kerja sehat Spanyol rentan virus ini. 

Dengan perkembangan yang kian mengkhawatirkan ini,  Chancellor Jerman Angela Merkel, juga mulai mengambil jarak dengan publik dan pejabatnya.

Meski hasil test menyebut dia negatif, namun dia memilih bekerja dari rumah, seperti kebanyakan warga dunai, 3 pekan terakhir.

Chancellor Jerman Angela Merkel memilih  istrirahat total 14 hari, sesuai protokol WHO ini dia tempuh, sebab dokter yang memerikdanya ternyata positif corona.

Di Inggris, sekitar 54 warganya dinyatakan meninggal, akhir pekan ini.

Data ini menjadikan total  335 warga yang meninggal sejak Februari.

Jumlah kasus terkonfirmasi di UK naik menjadi 6,650 kasus di Senin, dari hanya 5,683 kasus tercatat sehari sebelumnya.

Kelangkaan APD seperti yang terjadi di Indonesia, Malaysia dan negara berkambang lain di dunia, juga melanda negeri.

Pemerintah Inggris kini melibatkan tentara dan polisi untuk menyebarkan alat pertahanan diri seperti masker, vairan pembersih, ke seluruh rumah sakit.

Social distansing, bekerja dari rumah, dan pengetatan tempet berkumpul jadi pilihan negara.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved