Profil Kabupaten Lingga, Satu-satunya Wilayah Terbebas Covid-19 di Kepri hingga Rabu (25/3/2020)
Kabupaten Lingga menjadi satu-satunya wilayah di Kepri yang bersih terkait kasus Covid-19.
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Kabupaten Lingga menjadi satu-satunya wilayah di Kepri yang bersih terkait kasus Covid-19.
Hingga Rabu (25/3/2020), Lingga tetap terhindar dari kasus Covid-19 baik ODP, PDP, maupun positif Covid-19.
Data dari Dinkes Provinsi Kepri menyatakan, tidak ada penambahan kasus positif Corona di Kepri.
Sehingga kasus positif Covid-19 di Kepri masih berjumlah 5 kasus.
Dari lima pasien, satu orang pasien Covid-19 meninggal di Batam.
Sedangkan 4 pasien lainnya di Tanjungpinang, Karimun, dan 2 pasien di Batam.
• Kapolresta Barelang AKBP Purwadi Kejar Penyebar Hoax Peta Sebaran Covid-19 di Batam
Di Kepri terdapat 881 Orang Dalam Pemantauan (ODP).
Dari jumlah ODP terdapat 453 di Batam, Tanjungpinang (73), Bintan (30), Karimun (289), Anambas (5), Lingga (0), Natuna (31).
Sedangkan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) di Kepri sebanyak 65 pasien.
Rinciannya adalah Batam (35), Tanjungpinang (18), Bintan (2), Karimun (6), Anambas (2), Lingga (0), Natuna (2).
Meski termasuk daerah yang terbebas dari Covid-19, bukan berarti pemerintah Lingga berpangku tangan.
Bupati Lingga Alias Wello memangkas biaya perjalanan dinas dan anggaran lainnya untuk pencegahan virus Corona.

Profil Kabupaten Lingga
Lingga merupakan salah satu kabupaten yang ada di provinsi Kepulauan Riau.
Kabupaten yang terletak di sebelah selatan Kota Batam ini memiliki 6 Kecamatan, 6 kelurahan, dan 51 desa.
Kabupaten Lingga dulunya adalah pusat Kerajaan Riau Lingga.
Pusatnya berada di Daik, Kabupaten Lingga.
Lingga dulunya merupakan salah satu daerah penghasil timah terbesar di Indonesia, terutama di kecamatan Singkep.
Ada sebuah perusahaan BUMN bernama Perusahaan Negara Timah Singkep yang mengolah hasil timah di kabupaten ini.
Meski perusahaan tersebut telah bangkrut, kenangan akan timah di kabupaten ini diabadikan dengan dibangunnya Museum Timah Singkep.
Kabupaten dengan luas 2.216,04 km² ini terkenal sebagai salah satu daerah penghasil sagu terbanyak di Kepulauan Riau.
Tanaman sagu paling banyak tumbuh di daerah Melekap, Panggak Laut, Nerekeh, Teluk, dan Kudung.
Tak heran jika daerah ini juga merupakan penghasil buah nanas dan pisang terbesar di Kepulauan Riau.
Selain dikelilingi lautan, Lingga juga memiliki sebuah gunung yakni gunung Daik yang memiliki tiga cabang puncak.
Dengan tinggi 1.165 m, kecantikan gunung Daik bisa disaksikan dari perairan sekitar Lingga.
Daftar kecamatan
1. Kecamatan Singkep (8 desa, 1 kelurahan)
2. Kecamatan Singkep Barat (9 desa, 2 kelurahan)
3. Kecamatan Lingga (17 desa, 1 kelurahan)
4. Kecamatan Lingga Utara (7 desa, 1 kelurahan)
5. Kecamatan Kecamatan Senayang (10 desa, 1 kelurahan)
Batas-batas wilayah
- Utara : Kota Batam dan Laut China Selatan
- Selatan : Laut Bangka dan Selat Berhala
- Barat : Laut Indragiri Hilir
- Timur : Laut China Selatan
Geografis
Sebagian besar daerah di Kabupaten Lingga berbentuk perbukitan.
Berdasarkan data dari BPN, terdapat 73.947 Ha wilayah yang bentuknya berbukit. Sedang daratannya hanya sekitar 11.015 Ha.
Wilayah Kabupaten Lingga pada umumhya berupa daerah dengan kemiringan yang cukup tinggi, dimana 76,92 persen wilayahnya memiliki kemiringan lebih dari 15 persen.
Sedangkan yang berupa dataran dengan kemiringan kurang dari 2 persen hanya seluas 3,49 Ha atau 3,14 persen saja.
Jenis tanah di Lingga umumnya adalah podsolik merah kuning, litosol, dan organosol.
Adapun lapisan tanahnya berstruktur remah sampai gumpal.
Untuk lapisan bawahnya berselaput liat dan teguh. Jenis bebatuan di Lingga yakni batuan Pluton Asam yang berupa batuan sejenis granit di kawasan gunung Daik.
Ada pula batuan endapan dari zaman Prateseiser yang tersebar di seluruh Pulau Lingga.
Sejarah
Melansir situs resmi Kabupaten Lingga, dulunya Kerajaan Melayu di Lingga berpusat di kota Daik sebagai Negara Kesultanan Johor-Pahang-Riau-Lingga.
Kerajaan ini ada telah ada sejak abad 16 di bawah kepemimpinan Sultan Mahmud Syah.
Lingga pada awalnya merupakan bagian dari Kesultanan Malaka, dan kemudian Kesultanan Johor.
Pada 1811 Sultan Mahmud Syah III mangkat.
Ketika itu, putra tertua, Tengku Hussain sedang melangsungkan pernikahan di Pahang.
Menurut adat Istana, seseorang pangeran raja hanya bisa menjadi Sultan sekiranya dia berada di samping Sultan ketika mangkat.
Dalam sengketa yang timbul, Britania mendukung putra tertua, Husain, sedangkan Belanda mendukung adik tirinya, Abdul Rahman.
Traktat London pada 1824 membagi Kesultanan Johor menjadi dua: Johor berada di bawah pengaruh Britania sedangkan Riau-Lingga berada di dalam pengaruh Belanda.
Abdul Rahman ditabalkan menjadi raja Lingga dengan gelar Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah, dan berkedudukan di Daik, Kepulauan Lingga.
Pada zaman ini keemasannya, seni ukir, tenun, kerajinan, Mas dan perak sudah ada.
Pusat kerajinan tenun di Kampung Mentuk, kerajinan Tembaga di kampong Tembaga.
Sultan Abdul Rahman Syah 1812-1832 adalah putra Sultan Mahmud Riayat Syah III dia terkenal sangat alim dan giat menyebarkan agama islam serta menggemari pakaian Arab.
Pada masa pemerintahan dia, saudaranya Tengku Husin dengan bantuan Inggris dilantik menjadi raja dengan gelar Sultan Husin Syah.
Maka, pecahlah kerajaan besar Melayu atau emporium Melayu Johor-Riau-Lingga menjadi 2 bagian.
Istana Sultan Abdul Rahman Syah terletak di Kampung Pangkalan Kenanga sebelah kanan sungai Daik.
Sultan Mahmud Riayat Syah adalah Sultan yang pertama kali di Daik Lingga.
Dia adalah Sultan Johor-Pahang-Riau-Lingga XVI yang memindahkan pusat kerajaan Melayu ke Bintan Hulu Riau ke Daik tahun 1787, dengan istrinya Raja Hamidah (Engku Putri) yang merupakan pemegang Regelia kerajaan Melayu-Riau-Lingga.
Pulau penyengat Indra Sakti adalah mas kawinnya dan pulau penyegat tersebut menjadi tempat kedudukan Raja Muda bergelar Yang Dipertuan Muda Lingga yaitu dari darah keturunan Raja Melayu dan Bugis.
Pada hari senin pukul 07.20 WIB tahun 1899 dia mangkat dan dimakamkan di Makam Merah dengan Bergelar Marhum Damnah. (TRIBUNBATAM.id/Widi Wahyuningtyas)