BATAM KRISIS AIR BERSIH

BREAKING NEWS - Hari Ini, BP Batam Umumkan Kemungkinan Rationing Air di Batam

Hari ini, Kamis (26/3/2020), BP Batam akan mengumumkan kemungkinan terjadinya rationing air ATB di sejumlah wilayah Batam.

FREEPIK.COM
Batam saat ini sedang mengalami krisis air bersih akibat kemarau panjang yang mengakibatkan stok bahan baku air menipis 

BREAKING NEWS - Hari Ini, BP Batam Umumkan Kemungkinan Rationing Air di Batam 

BATAM, TRIBUNBATAM.id - Hari ini, Kamis (26/3/2020), BP Batam akan mengumumkan kemungkinan terjadinya rationing air ATB di sejumlah wilayah Batam.

Keterangan itu akan disampaikan Direktur Badan Usaha Fasilitas dan Lingkungan, Ir Binsar Tambunan, Kamis, 26 Maret 2020 hari ini sekitar pukul 09.00 WIB di Lobby Gedung Marketing Centre BP Batam.

Akhirnya BP Batam menolak opsi rationing  terkait krisis air di Batam.

Hal itu terungkap saat konferensi pers di BP Batam, Kamis (26/3/2020).'

Direktur Fasilitas Lingkungan da Aset BP Batam Binsar Tambunan menjelaskan air baku di Batam masih cukup. Sehingga tidak perlu rationing.

Rencana rationing terungkap melihat kondisi air Dam Duriangkang yang semakin menipis.

"Kondisi saat ini masih normal. Belum ada kekurangan pengambilan air.," ujar Binsar Tambunan.

Binsar mengatakan, BP Batam terus mengevaluasi debit waduk saat kemarau panjang.

Langkah yang dilakukan yakni memperpanjang pipa di waduk Tanjungpiayu.

"Apabila terjadi penurunan 2cm perhari, kita masih punya 20 hari lagi," ujar Binsar.

Binsar menambahkan, BMKG memperkirakan April dan Mei merupakan musim hujan kedua.

BP Batam saat ini masih menunggu laporan BPPT mengenai rekayasa hujan.

Sebelumnya, PT Adya Tirta Batam (ATB) mengungkapkan, saat ini Instalasi Pengolahan Air (IPA) Tanjung Piayu berpotensi berhenti beroperasi.

Yakni jika elevasi air di waduk Duriangkang mencapai level minus 3,4 meter dari permukaan bangunan pelimpah.

Kondisi ini akan menyebabkan sejumlah wilayah di Batam bakal kehilangan produksi air bersih sebesar 225 liter per detik.

Akibatnya, ATB terpaksa harus melakukan penggiliran aliran air atau rationing.

Menurut data yang dihimpun melalui Dashboard ATB Integrated Operation System, elevasi air di waduk Duriangkang akan mencapai minus 3,33 meter dari permukaan bangunan pelimpah, Senin (23/3/2020).

 Terancam Berhenti Beroperasi, ATB Tunggu Arahan BP Batam Soal Rationing Air Bersih

Menurut perhitungan, tidak sampai 1 minggu lagi elevasi air akan mencapai minus 3,4 meter dari permukaan bangunan pelimpah.

Saat hal itu terjadi, pompa intake di IPA Tanjungpiayu telah menyentuh dasar waduk, sehingga tak bisa beroperasi.

“Penggiliran akan berdampak pada setidaknya 21 ribu pelanggan di wilayah Tanjungpiayu dan dan 32 ribu pelanggan di area Batam Centre tidak akan terhindarkan,” jelas Head of Corporate Secretary ATB, Maria Jacobus, Minggu (22/3/2020)

Dengan tumbangnya IPA Tanjungpiayu, maka Batam telah kehilangan produksi air bersih sebesar 225 liter per detik.

Untuk meminimalisir dampak dari defisit tersebut, maka tidak ada skenario yang lebih baik selain melakukan penggiliran.

Usulan BP Batam agar ATB menyiapkan skema penggiliran sudah dipersiapkan dan disimulasikan.

Termasuk memperhitungkan dampak – dampak yang muncul.

Salah satu skema yang dipersiapkan adalah menyalurkan air kepada pelanggan yang selama ini dilayani melalui IPA Tanjungpiayu melalui IPA Duriangkang selama 3 hari dalam seminggu dan 4 hari sisanya pelanggan di wilayah Tanjung Piayu tidak mendapat suplai air bersih.

Sementara di sisi lain, pelanggan yang dilayani melalui IPA Duriangkang akan berpotensi mengalami dampak selama 3 hari dan sebaliknya mengalir selama 4 hari.

Aliran air berpotensi mengecil hingga tidak mengalir sama sekali kepada sedikitnya 32 ribu pelanggan di wilayah Sei Panas dan sebagian Batam Centre.

Pelanggan juga akan mengalami pemulihan suplai setelah waktu penggiliran diberlakukan.

Akan ada beberapa pelanggan yang membutuhkan waktu beberapa hari hingga suplai kembali normal.

Pemulihan suplai akan sangat bergantung kepada perilaku pelanggan.

“Kondisi pemulihan suplai akan semakin lama bila pelanggan yang berada dekat dengan IPA tidak bertoleransi dengan menampung air berlebihan. Ini bisa menyebabkan suplai kepada pelanggan diujung pipa dan tempat yang tinggi membutuhkan waktu yang lebih panjang,” paparnya.

Sementara opsi mengirimkan air melalui mobil tanki tidak mungkin dilakukan.

Kehilangan 225 liter per detik akibat berhentinya produksi IPA Tanjung Piayu, sama dengan kehilangan 17 ribu meter kubik air bersih.

Air sebanyak itu hanya bisa didistribusikan menggunakan 3.500 mobil tanki setiap harinya.

“Opsi mobil tanki itu mustahil. Jumlah armada yang dimiliki ATB sangat terbatas dan kita tidak akan mampu. Jadi, kita tidak akan melakukannya, kecuali untuk pelayanan rumah sakit,” jelas Maria.

Kondisi ini tidak bisa dihindari, karena kondisi air baku yang semakin terbatas.

Satu-satunya harapan agar Batam terhindar dari kondisi ini adalah turunnya hujan dengan intensitas yang memadai.

ATB mendukung segala upaya yang dilakukan BP Batam agar hujan segera turun.

“Mari kita bantu upaya pemerintah melalui doa-doa kita, agar hujan segera turun. Tingkatkan toleransi dalam menggunakan air. Jangan berlebihan menampung air, kita harus peduli dengan sesama yang membutuhkan air bersih,” ajaknya.

ATB juga mengimbau pelanggan untuk lebih bijaksana di musim kemarau ini, dengan menggunakan air bersih untuk aktifitas yang penting saja.

Budaya 3R (Reuse, Reduce, Recycle) sudah harus menjadi budaya bersama.

Penggiliran tak terhindari mari budayakan toleransi untuk berbagi. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved