Tan Pek Hau, Kungfu Master Legendaris di Kabupaten Tegal: Kakek Guruku Lebih Sakti

Dia lalu menambahkan, “Kakek guru itu sakti. Pakai tenaga dalam. Bisa matiin api korek dari jauh itu, sakti

Editor: Mairi Nandarson
nationalgeographic/Agni Malagina
Tan Pek Hau memperlihatkan salah satu senjata kesukaannya yaitu golok Kwan Kong. 

TRIBUNBATAM.id, SLAWI - Tubuh besar Tan Pek Hau tak lagi muda.

Namun, ia tetap saja masih lincah bergerak memeragakan beberapa jurus kungfu dengan senjata.

Dia begitu kampiun dalam beragam senjata mulai dari tombak, pedang, golok, hingga rantai.

BERITA PERSIB - Pemain Persib Libur dan Latihan di Rumah, Begini Cara Pelatih Robert Memantau

Petarung UFC Berjulukan Hulk Mesir Ini Ternyata Catatan Bertarungnya Tak Seangker Julukannya

MOTOGP 2020 - Jelang Balapan eSport MotoGp, Quartararo: Saya Lebih Cepat di Lintasan

Pek Hau juga penyuka benda antik, terutama keris.

Pek Hau kelahiran 1946. Dia dikenal juga dengan nama Barong Seto Wijoyo.

Lelaki ini memiliki warung makan di Jalan Jenderal Ahmad Yani No.14A, dengan nama Fajar Pagi.

Ia dan istrinya menyediakan menu-menu khas tanpa bahan penyedap rasa seperti nasi campur, gudeg, nasi lengko, nasi langgi, aneka gorengan.

Jika Anda sedang berada di Slawi, mampirlah sembari mencecapi hidangan sederhana rasa bintang lima ini! Hati-hati, jangan sampai kesiangan!

Slawi sebuah kota kecil yang menjadi ibukota Kabupaten Tegal.

Kota di wilayah Pantai Utara Jawa ini memiliki sederet keistimewaan.

Kota ini dijuluki sebagai kota industri teh wangi Indonesia, kota tahu aci, sampai kota asal sate kambing balibul (bawah lima bulan) atau batibul (bawah tiga bulan).

4 Pemain Chelsea Ini Habis Kontrak Akhir Musim Ini, Pedro Pasti Hengkang, Willian dan Giroud?

7 Pemain Persib yang Harga Pasarnya Naik Setelah Tampil Bagus di 3 Laga Awal Liga 1 2020

Siapa yang tak kenal deretan teh wangi harum bunga melati?

Di kota ini terdapat nama beken teh seperti Teh Tongtji, Teh Sosro, Teh Botol, Teh Poci, Teh 2 Tang, dan Teh Gopek.

Pada pertengahan abad ke-20, sederetan nama pabrikan teh wangi muncul di Slawi, tepatnya di Pecinaan Slawi. 

Pengusahanya rata-rata adalah warga Cina Slawi yang memiliki usaha di rumah mereka.

Saking menjamurnya perusahaan teh di Slawi, kawasan Pecinan Slawi tumbuh sebagai kota dagang ramai.

Begitu ramainya Slawi, rumah gedong bermunculan.

Tak hanya rumah-rumah orang Cina Slawi, tetapi juga rumah-rumah pejabat dan pengusaha gula milik orang Belanda.

Termasuk Khabib Nurmagomedov, Inilah 4 Petarung yang Pernah Mengalahkan Conor McGregor

Bersamaan dengan tumbuh ramainya Slawi muncullah para jago kungfu di kota itu.

Lantas apa peran jago-jago kungfu itu?

Warung Makan Fajar Pagi milik Tan Pek Hau di Slawi
Warung Makan Fajar Pagi milik Tan Pek Hau di Slawi (Agni Malagina)

“Ya di sini banyak yang belajar bela diri. Selain melindungi diri, waktu dulu ya rawan ya, jaman susah. Jadi banyak ahli-ahli bela diri jaga wilayah,” ujar Pek Hau.

Dia mengenang hari-hari ketika mulai mendalami ilmu bela diri asal Cina itu.

Dia merupakan generasi ketiga yang tinggal di Slawi.

Kakeknya, yang bernama Tan Boen Gwan, tiba di kota ini pada awal abad ke-20.

Saat itu sang kakek masih berusia 6 tahun.

Ayahnya, bernama Tan Djit Cun, generasi pertama kelahiran Slawi, yang kelak menikah dengan perempuan asal Purwokerto.

“Papaku kelahiran sini, mamahe orang Purwokerto."

"Tapi aku ndak tau silsilahe. Mamaku namanya Rame, soale lahire pas Jumat Kliwon, pas rame-ramene Cap Gomeh. Nama Cinane Tjoa Ang Kwie,” jelas Pek Hau.

“Yang pasti, bela diri itu buat membela orang lain bukan buat nyakitin,” ujarnya.

Dia pernah membela nenek budhenya yang dianiaya seorang preman.

Bahkan, ia rela dipukuli dan masuk penjara LP Tegal Margorejo karena melindungi sang nenek.

Namun, peristiwa itu tidak menyurutkan niatnya untuk belajar bela diri.

Dia malah semakin getol menimba ilmu dari kakek gurunya yang bernama Chie Siauw Fu.

“Kakek gurune aku dari Shaolin di Shandong utara," ujarnya dengan logat khas Tegal sambil mengenang kakek gurunya yang jago memainkan senjata berupa rantai.

"Ia ngajar ke sana sini, Semarang, Cirebon, Tegal. Di sini ngajari, gurune aku. Terakhir wafat di Semarang.”

Dia lalu menambahkan, “Kakek guru itu sakti. Pakai tenaga dalam. Bisa matiin api korek dari jauh itu, sakti."

Pek Hau memiliki lima anak.

Salah satu anaknya bernama Naga Gautama Adiwijaya adalah ahli wushu yang pernah memenangkan kompetisi di tingkat Provinsi Jawa Tengah.

Foto Kakek Guru dari Tan Pek Hau yaitu Chie Siauw Fu (kanan) dan Gurunya Oey Pek Siong (kiri).
Foto Kakek Guru dari Tan Pek Hau yaitu Chie Siauw Fu (kanan) dan Gurunya Oey Pek Siong (kiri). (istimewa)

Pek Hau mulai belajar kungfu pada usia 12 tahun.

Ia memulai pelajaran dasar seperti jurus-jurus, sampai menjalani latihan-latihan pertarungan dengan menggunakan senjata.

“Alat kungfu itu macem-macem. Ada rantai, tombak, golok biasa, golok Kwan Kong."

"Pedang Cina itu tajam punya dua mata pedang."

"Beda sama samurai, kalau buat kami, samurai itu golok, bukan pedang."

"Kalau tajem punya mata baru itu pedang,” ujar Pek Hau sambil memperlihatkan koleksi senjata tajam yang ia kumpulkan selama ini.

Pek Hau mulai mengajar ilmu bela diri pada usia 40 tahun karena dorongan hatinya yang ingin membagi ilmu.

Dia lebih sering mengajar dengan sukarela tanpa bayaran. Aktivitas mengajarnya bisa di mana saja.

“Pernah ngajar di halaman rumahe temen, atau ngajar di lapangan, atau ya di halaman rumah-rumah."

"Ada kumpulane anak-anak yang belajar,” kenangnya.

“Masyarakat nganggep saya itu guru, ya saya harus jadi guru yang baik."

Kini, ia tak lagi mengajar, namun masih kerap berlatih bela diri di rumahnya yang sekaligus menjadi warung makan itu.

“Ya untuk jaga kesehatan, biar seger terus,” tuturnya sambil terkekeh.

Sauto Tegal adalah salah satu hidangan khas Slawi. Hidangan soto ini ditambah bumbu saus tauco berempah pedas.

Pekarangan depan rumahnya menjadi tempat warung makan dan tempat duduk tamu-tamu warungnya.

Di ruang itu juga terdapat pojok tempat Pek Hau duduk di meja kerjanya.

Tampak tumpukan buku-buku pengetahuan dan budaya Cina yang ia kumpulkan.

Di salah satu sisi tembok di dekat meja kerjanya terdapat foto-foto dirinya, empat anak perempuan dan satu anak laki-lakinya yang ia banggakan.

Jika Anda sempat berkunjung ke warung makan Fajar Pagi di Slawi, cobalah untuk bercakap dengan Pek Hau atau istrinya.

Mereka selalu ramah melayani pelanggan.

Jika beruntung, Pek Hau bisa mengajak Anda melihat koleksi keris dan menceritakan pengalaman-pengalaman hidupnya ketika masih aktif menjadi pesilat.

Atau, Anda akan mendengar kisah berkembangnya teh wangi melati di Slawi.

“Lain waktu mampir ya, makan di sini, di sini masakane ndak pake micin,” ujar Pek Hau jelang saya mengucapkan salam berpamitan.

\\

\\

artikel ini sudah tayang nationalgeographic.grid.id dengan judul Tan Pek Hau 'Sang Kungfu Master' Legendaris Asal Kabupaten Tegal
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved