Kapan Pandemi Virus Corona Berlalu? Akhirnya Titik Terang Jawabannya Diungkap Peraih Nobel Ini
Dilansir dari Kompas.com, kabar sekaligus harapan itu diungkapkan oleh seorang ahli biofisika Stanford dan pemenang Nobel, Michael Levitt.
Tingkat kesembuhan pasien COVID-19 yang cukup tinggi menandakan bahwa ada sistem kekebalan tubuh yang berhasil melawan virus corona.
Salah satu contohnya adalah pasien positif COVID-19 dari Wuhan yang datang ke rumah sakit di Australia.
Pasien berusia 47 tahun ini kembali pulih dalam waktu 14 hari.
Berdasarkan pemeriksaan, tiga hari sebelum sembuh, sel-sel kekebalan terlihat dalam aliran darahnya.
Prof Bruce Thompson, dekan ilmu kesehatan di Swinburne University of Technology menambahkan bahwa dengan mengidentifikasi kapan sel-sel kekebalan tubuh itu muncul, maka akan sangat membantu memprediksi kapan pemulihan terjadi.
Dengan demikian, temuan itu juga turut membantu mempercepat proses pengembangan vaksin serta perawatan potensial untuk pasien terinfeksi.

Hasil Penelitian, Virus Corona Tidak Bermutasi Cepat
Peneliti dari Johns Hopkins University berdasarkan studi terbaru menyatakan virus corona alias SARS-Cov-2 tidak serta merta melakukan mutasi di tubuh manusia.
Dilansir The Washington Post Rabu (25/3/2020), semua virus biasanya mengalami evolusi, mereplikasi diri begitu di inangnya, dan menyebar ke seluruh populasi.
Peter Thielen, pakar genetika molekuler di Johns Hopkins University berujar, saat ini pihaknya meneliti sekitar 1.000 sampel.
Dia mengatakan, terdapat 4:10 perbedaan antara virus yang menginfeksi Amerika Serikat dengan yang pertama ditemukan di Wuhan, China.
"Ini adalah jumlah mutasi relatif kecil karena telah melewati sejumlah besar orang," papar Thielen.
Kabar ini jelas merupakan berita positif karena melalui penelitian tersebut, para ahli bisa menciptakan satu vaksin saja. (TribunStyle.com/Panggayuh Gigih)