VIRUS CORONA DI BINTAN
Dihantam Corona, Madu Tiga Beach di Bintan Rumahkan Karyawan hingga Tutup Sementara
Dihantam Corona, Madu Tiga Beach & Resort di Bintan merumahkan karyawannya hingga menutup sementara usahanya
Penulis: Alfandi Simamora | Editor: Dewi Haryati
TRIBUNBINTAN.com, BINTAN - Wabah corona virus (covid-19) sangat berdampak terhadap perekonomian di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Akibatnya sejumlah usaha yang ada di Indonesia pun ikut lesu, dan perekonomian menurun.
Salah satunya di dunia usaha pariwisata yang berada di wilayah Kabupaten Bintan. Sejumlah resort dan hotel yang ada di Bintan sudah tutup sementara, bahkan ada yang sampai merumahkan karyawannya.
Satu diantaranya adalah Madu Tiga Beach & Resort yang ada di Trikora Beach, Pulau Pucung, Kabupaten Bintan.
Pemilik Madu Tiga Beach & Resort, Amran menuturkan, untuk dunia pariwisata di tengah wabah Covid-19 ini masuk, semuanya rata-rata sangat berdampak di Indonesia. Termasuk terhadap dunia pariwisata yang di Bintan sendiri hampir 90 persen terdampak.
"Salah satunya usaha resort saya, sangat berdampak terhadap kunjungan pariwisata sejak wabah ini muncul," ucap Amran, Jumat (3/4/2020).
• Kisah Penggali Kubur Jenazah Covid-19 di Batam, Kaget dan Ada Rasa Takut, Sedih Karena Hal Ini
Ia melanjutkan, meski begitu tetap masih ada wisatawan yang datang.
"Untuk mendukung dan bekerjasama dengan Pemerintah Daerah agar tidak memperluas penyebaran Covid-19, kita tutup untuk sementara waktu yang belum dapat ditentukan," terangnya.
Amran juga menjelaskan, di tengah Covid-19 saat ini, omzet yang didapatkan pihaknya menurun drastis dan tidak ada sama sekali, karena sudah ditutup sementara waktu untuk mendukung Pemerintah Daerah.
Pihaknya sempat mencoba untuk bertahan satu bulan yang lewat. Namun karena memikirkan kebutuhan karyawan, dan tidak sanggup lagi untuk menggaji karyawan, akhirnya usahanya ditutup untuk sementara.
"Kita juga saat itu mendapatkan imbauan dari pemerintah untuk tidak berkumpul dan mengadakan acara," ujarnya.
Amran melanjutkan, di tengah resort ditutup untuk sementara, sebanyak 40 karyawannya dirumahkan. Dalam arti kata, pihaknya merumahkan karyawan untuk berunding terlebih dahulu. Sehingga untuk penggajian karyawan yang dirumahkan, pihaknya melihat statusnya dulu. Apakah itu masih training, kontrak atau permanen.
"Kalau statusnya permanen kita ajak diskusi dengan karyawan, kalau memang dia mau dirumahkan ya kita rumahkan dan jika mau bekerja diberikan pekerjaan, tetapi tidak semuanya," ujarnya.
Adapun pekerjaan yang diberikan kepada karyawan yang permanen ini, jika mereka bekerja di bagian perhotelan akan dialihkan kerja di pembangunan.
"Sedangkan jika tadinya karyawan kita ini kerja di bagian reception, house keeping, bar dan restoran kita alihkan kerja maintenance agar mereka tetap dapat gaji. Tapi tidak semuanya juga," terangnya.
Sedangkan bagi karyawan yang masih kontrak, diajak diskusi untuk sisa kontraknya untuk dirumahkan dan ada sebagian yang tidak dibayar menunggu pulih kasus wabah Covid-19.
"Nah kalau yang masih training, terpaksa kita putuskan hubungan kerja. Tapi intinya jika sudah pulih akan kita panggil balik nanti karyawan kita semuanya," tuturnya.
Amran menuturkan, resortnya tergolong masih baru, dan belum ada penghasilan yang memadai. Selama ini pihaknya hanya gali lubang-tutup lubang saja terkait pendapatan.
Sebelum ada Covid-19, omzetnya kurang lebih mencapai Rp 100 jutaan. Sedangkan setelah Corona ini muncul, tidak ada dan bahkan bisa dibilang tekor.
"Seperti pada saat kita bertahan satu bulan kemarin dan tidak punya tamu, kita harus bayar gaji karyawan hampir Rp 90 jutaan lebih dan sama sekali tidak ada pendapatan," paparnya.
Amran menyebutkan, terkait bantuan, sampai saat ini juga belum ada bantuan dari pemerintah untuk usaha di dunia pariwisata. Salah satu harapannya terkait keringanan untuk beban PLN yang tiap bulannya memang harus dibayar.
Begitu juga dengan BPJS karyawan, gaji dan Tunjangan Hari Raya (THR) karyawan, kredit perbankan dan masih banyak lagi perusahaan-perusahaan pariwisata yang mengalami beban setiap bulan harus dibayar di tengah sepinya pengunjung dan tutup sementara tanpa ada pemasukan.
"Saya rasa pemerintah mengertilah keadaan kita di lapangan, dan harapan kami setidaknya ada bantuan dari Pemerintah untuk meringankan beban bagi pengusaha dunia pariwisata yang saat ini terpuruk," ungkapnya.
Amran menambahkan, beberapa waktu lalu Komisi ll DPRD Bintan juga sudah berkunjung ke tempat usahanya. Saat itu Komisi II DPRD Bintan menanyakan keluhan dan harapan pihaknya di tengah lesunya dunia pariwisata saat ini.
Di kesempatan itu, Amran mengaku khawatir setelah Corona ini selesai, dunia pariwisata tidak langsung pulih dan tidak yakin kalau tamu mancanegara akan langsung berkunjung ke tempatnya dan butuh waktu lama.
"Jadi kami berharap pemerintah bisa mempromosikan wisata lokal dulu. Kalau bisa masyarakat kita jika ingin berlibur di Indonesia saja untuk memulihkan usaha perekonomian di Indonesia," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Bintan, Indra Hidayat sebelumnya menuturkan pasca mewabahnya Corona (Covid-19), perusahaan bidang perhotelan di kawasan pariwisata Lagoi (KPL) belum ada yang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
"Untuk karyawan yang di-PHK di perusahaan yang ada di kawasan Lagoi sampai sejauh ini belum ada, melainkan hanya rencana untuk merumahkan sejumlah karyawan. Itupun kalau karyawan memiliki cuti akan diusulkan untuk mengambil cuti sesuai cuti yang ada," ujarnya. (tribunbatam.id/Alfandi Simamora)