KISAH PASIEN CORONA SEMBUH
Satu Keluarga Sembuh Dari Covid-19, Berpikir Positif Selama Sakit Bisa Sangat Membantu
Pria berprofesi petani ini menuturkan, kala itu 8 Maret 2020, ia menjenguk besannya yang sedang dirawat di rumah sakit di Kota Solo. Saat itu, besanny
TRIBUNBATAM.id, MADIUN - Delapan Orang yang merupakan satu keluarga dinyataka sembuh dari Virus Corona.
Diketahui, satu keluarga ini sempat dikarantina karena positif Covid-19.
Iapun menceritakan bagai mana perjuangan dirinya dan keluarganya bebas dari virus mematikan itu.
• Anak Hasil Hubungan Terlarang Disimpan di Atas Atap, Ibu Bayi Ditemukan Dalam Keadaan Lemas
• Satgas Pangan Bintan Cek Sejumlah Swalayan, Cegah Oknum Pedagang Naikkan Harga Saat Wabah Covid-19
• Anda Sering Terserang Migrain, Lakukan Langkah Ini, Termasuk Berhenti Merokok
Delapan warga pasien positif Covid-19 asal Magetan telah dipulangkan setelah dinyatakan sehat.
Mereka telah menjalani perawatan secara khusus di RSUD dr.Soedono, Kota Madiun.
Setelah 2 kali menjalani test swab, mereka dinyatakan konversi negatif atau sembuh.
Satu dari delapan pasien positif corona itu adalah Sarno (56).
Pria berprofesi petani ini menuturkan, kala itu 8 Maret 2020, ia menjenguk besannya yang sedang dirawat di rumah sakit di Kota Solo. Saat itu, besannya belum dinyatakan pasien terjangkit Covid-19 oleh dokter yang merawat.
Karena tidak tahu besannya terkena virus corona, ia membesuk besannya di rumah sakit seperti yang dilakukan orang pada umumnya.
Hingga beberapa hari kemudian, besannya diketahui dinyatakan positif Covid-19.
Setelah dilakukan tracing, ternyata besannya terpapar virus Covid-19 setelah mengikuti acara seminar bisnis di Bogor pada akhir Februari 2020.
“Besan saya itu memang punya riwayat sakit seperti sesak nafas, paru paru, dan diabetes. Setelah sempat dirawat, pada tanggal 11 Maret, beliau meninggal dunia,” kata dia ketika dihubungi melalui sambungan telepon oleh surya.co.id, pada Jumat (3/4/2020) malam.
Petugas dari Tim Gugus Penanggulangan Covid-19 Pemprov Jawa Timur kemudian melakukan tracing terkait siapa saja yang berkontak fisik dengan besannya itu.
Hingga akhirnya, ia beserta sejumlah anggota keluarga menjadi orang yang terlacak berkontak dengan pasien. Pada tanggal 14 Maret, Sarno diperiksa petugas kesehatan dan dilakukan uji swab.
Pada 24 Maret 2020, hasil tes Swab keluar, Sarno dinyatakan positif Covid-19. Selain dirinya, berdasarkan hasil swab, keponakan dan cucunya juga dinyatakan positif oleh tim dokter.
Sebelumnya, istri besannya juga dinyatakan positif dan lebih dahulu menjalani perawatan di di RSUD dr. Soedono.
Sarno mengaku, saat mendapatkan kabar bahwa dirinya positif corona ia mengaku tidak kaget dan tidak emosi.
Dia menerima kabar buruk itu secara lapang dada dan bersikap biasa saja.
Selama terpapar virus corona ia mengaku tidak mengalami gejala layaknya pasien yang terpapar virus corona.
Begitu juga dengan keponakan dan cucunya yang berusia sepuluh tahun.
“Saya bertemu beliau (besan) itu tanggal 8 Maret dan dinyatakan positif tanggal 24 Maret. Selama itu, saya tidak merasakan apa-apa. Batuk, demam, saya tidak merasakannya. Saya tenang saja. Saat itu, kondisi fisik saya bagus,” ujarnya.
Begitu juga ketika dirawat di RSUD dr.Soedono, Sarno mengaku tidak mengalami gejala demam, batuk, maupun sakit tenggorokan. Ia merasa sehat dan sama sekali tidak merasakan sakit.
Sama seperti pasien positif corona yang dirawat di RSUD dr.Soeodono, selama dirawat di ruang isolasi harus mengenakan alat pelindung diri (APD) dan masker.
“Saya dirawat bersama keponakan. Sedangkan cucu saya dirawat dengan utinya, besan saya,” katanya.
Selalu berpikir positif
Selama sepuluh hari menjalani perawatan di ruang isolasi pasien Covid-19 RSUD dr. Soedono Madiun, Sarno melakukan berbagai hal untuk mengisi waktu dan tidak stres.
Setiap hari, tim medis secara rutin melakukan pengecekan dan mengontrol kesehatannya. Di antaranya, memeriksa suhu badan, tensi darah, dan menanyakan keluhan yang dirasakan selama menjalani perawatan.
“Selama diisolasi, saya juga tidak mengalami gejala sakit. Saya juga tidak punya riwayat penyakit,” katanya.
Ia sadar, apabila ia stres daya tahan tubuh atau imunnya akan turun dan bisa menyebabkan sakit. Oleh sebab itu, ia selalu berusaha berfikir positif dan tidak mengandai-andai dengan hal yang bisa memberatkan pikiran.
"Yang penting itu, sepanjang pikiran kita sehat, semuanya pasti sehat. Tetapi, kalau pikiran kita sudah membayangkan yang tidak-tidak, itu akan menjadikan kita tidak sehat. Itu yang saya hindari, makanya saya tetap sehat,” jelasnya.
Agar tidak bosan di ruang isolasi, setiap hari ia selalu berkomunikasi dengan keluarganya menggunakan ponsel smartphonenya. Melalui ponselnya ia bisa menyapa dan berkomunikasi dengan keluarganya di aplikasi whatsapp grup.
Melalui grup WA, ia kerap melempar kuis pertanyaan berhadiah kepada anggota keluarganya yang berada di grup. Kalau ada yang bisa menjawab dengan benar akan diberi hadiah berupa pulsa.
“Saya biasanya ngasih tebak-tebakan yang mudah. Ini kan untuk hiburan. Saya ingat saat itu memberikan tebakan soal perbedaan yang mencolok pada diri saya setelah keluar dari rumah sakit. Kalau ada yang berhasil jawab dikasih hadiah pulsa,” ujarnya.
"Jawabnya apa, kumis dan jenggot saya bertambah panjang," kata Sarno sambil tertawa.
Ia mengaku melalui metode sederhana itu ternyata bisa membentuk fikiran positif. Sarno juga tidak mempedulikan berita yang berkembang di masyarakat.
Dia selalu meyakinkan keluarganya agar tidak perlu khawatir dengan kondisinya selama dirawat di rumah sakit.
Berbeda dengan dirinya, keponakan yang berusia sekitar 40 tahun, menggunakan waktu luang di ruang isolasi untuk jogging dan makan makanan yang sehat. Selain itu juga selalu berpikir positif dan selalu berdoa.
Setelah hampir dua pekan dirawat di ruang isolasi, Sarno bersama keponakan, serta cucunya kembali menjalani tes swab dan hasilnya dinyatakan negatif.
“Saya, keponakan, cucu, besan dinyatakan negatif. Kami sudah menjalani tes dua kali,” ujarnya.
Setelah sembuh dan dibawa pulang, keluarga dan tetangga menyambutnya dengan tangan terbuka. Meski demikian, ia harus menjalani karantina mandiri selama 14 hari di rumah, serta minum obat.
Menurutnya, masyarakat tidak perlu takut dalam menghadapi pandemic Covid-19 ini. Yang terpenting masyarakat harus tahu dan paham protokol kesehatan selama masa pandemi, seperti menerapkan anjuran pemerintah untuk social distancing dan tidak keluar rumah sementara waktu.
“Yang terpenting kondisi fisik juga harus baik dan jangan mikir macem-macem supaya tidak stres. Patuhi anjuran dari pemerintah, di rumah saya juga masih jaga jarak sampai masa karantina selesai,” imbuhnya.
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Kisah Sarno, Pasien Positif Covid-19 yang Berhasil Sembuh Bersama Keponakan, Cucu, dan Besannya