VIRUS CORONA DI BINTAN
Harga Masker di Bintan Melambung, PPNS Disperindagkop dan UKM Akui Kesulitan Menindak Oknum Pedagang
PPNS Disperindagkop dan UKM Bintan mengaku kesulitan dalam menindak oknum pedagang yang menaikkan harga masker karena belum adanya standar baku.
Penulis: Alfandi Simamora | Editor: Septyan Mulia Rohman
Sejak kasus pertama virus Corona mencuat pada Januari 2020 lalu, masyarakat langsung bersiap.
Satu upaya yang dilakukan adalah berburu masker. Akibatnya, masker semakin langka di pasaran.
“Barangnya sudah mahal dan langka pula.
Satu kotak harganya berkisar antara 400-500 Dolar Hong Kong (HKD).
Kalau dihitung per lembar, kira-kira Rp 80 ribu-Rp 90 ribu,” ujar Yana Sulistyana, warga negara Indonesia (WNI) yang kini berada di Happy Valley sebagaimana dirilis Aksi Cepat Tanggap (ACT) Kepulauan Riau (Kepri), Minggu (8/3/2020).
Pembelian secara panik atau panic buying, tidak hanya terjadi di Hong Kong.
Kompas mencatat pembelian secara panik juga terjadi di sejumlah negara yang mengalami kasus Corona.
Beberapa di antaranya adalah China, Korea Selatan, Jepang, Italia, Jerman dan Austria.
Indonesia termasuk negara yang mengalami virus Corona.
Semenjak Presiden Republik Indonesia (RI), Joko Widodo mengumumkan ada kasus infeksi Corona di Indonesia, kepanikan terjadi di masyarakat.
Kepanikan itu membuat masyarakat ramai-ramai membeli masker dan cairan pembersih tangan.
Dalam waktu sekejap harga masker dan cairan antiseptik pun melambung tinggi.
Kompas mencatat, pada Selasa (3/3/2020) lalu, harga beberapa masker di toko daring bahkan naik 10 kali lipat.
Sedangkan cairan pencuci tangan yang semula hanya puluhan ribu, kini juga berada di angka ratusan ribu rupiah per botol.
Permintaan yang tinggi pada akhirnya mempengaruhi harga pasar.
• Cegah Penyebaran Covid-19, Portal Parkir Keluar Masuk RSUD Embung Fatimah Batam Dibuka
• Sukses Latih Bayern Muenchen U17, Miroslav Klose Promosi Jadi Asisten Pelatih Bayern Muenchen