Merasa Hancur di Inter Milan, Roberto Carlos Bersyukur Dibawa Fabio Capello ke Real Madrid

Dalam skema permainan Roy Hodgson, Roberto Carlos ditempatkan sebagai pemain gelandang, bukan bek kiri yang menjadi spesialisnya

Penulis: Mairi Nandarson | Editor: Mairi Nandarson
uefa.com
Legenda Real Madrid asal Brazil, Roberto Carlos 

TRIBUNBATAM.id, MADRID - Legenda hidup Timnas Brazil dan Real Madrid, Roberto Carlos mengaku bersyukur bisa pindah dari Inter Milan.

Dalam sebuah wawancara dengan harian olahraga Spanyol, Marca Roberto mengatakan kondisinya selama di Inter Milan sangat mengkhawatirkan.

Saat itu, Inter Milan ditangani pelatih asal Inggris Roy Huodgson.

Godaan Terbesar Bagi Eden Hazard Selama di Rumah Adalah Makan: Tidak Mudah

Carlos Tevez Selalu Kalah Soal Adu Pagi dengan Cristiano Ronaldo: Dia Selalu Datang Lebih Awal

Kim Jeffrey Kurniawan Bersyukur Ada Program Latihan dari Persib Sehingga Lebih Muda Jaga Kebugaran

Selama dipimpin Roy Hodgson, Roberto Carlos tidak mendapat tempat yang menjadi spesialisnya.

Dalam skema permainan Roy Hodgson, Roberto Carlos ditempatkan sebagai pemain gelandang, bukan bek kiri yang menjadi spesialisnya.

Wajar jika saat Fabio Capello membawanya ke Real Madrid, Roberto Carlos merasa sangat bersyukur.

Dikutip dari goal.com, Roberto Carlos mengatakan, pindah ke Madrid, menjadi titik awal kebangkitan kariernya.

Roberto Carlos menganggap Fabio Capello sebagai pelatih paling berjasa dalam kariernya, setelah menjalani periode yang dianggap masa 'kehancuran' di Inter Milan.

Inter menjadi pelabuhan pertama legenda bek kiri tim nasional Brasil itu di Eropa, setelah didatangkan dari Palmeiras pada 1995.

Namun, petualangan Carlos di Serie A Italia hanya berlangsung semusim karena merasa tidak cocok dengan skema pelatih Nerazzurri saat itu, Roy Hodgson.

Pasalnya, sang pelatih asal Inggris lebih senang memainkan Carlos sebagai gelandang sayap, jauh di luar posisi asli sekaligus kesukaannya sebagai bek kiri.

"Roy Hodgson menghancurkan saya di Inter, ia membuat saya bermain di lini tengah," ungkap lelaki 47 tahun, yang kini menjalani karier sebagai pelatih, kepada Marca.

Pasien PDP Berusia 15 Tahun di Bogor Meninggal Saat Melahirkan, Bayinya Juga Meninggal

Rakyat Sudah Menunggu, Presiden Jokowi Desak Menteri Segera Salurkan Bantuan

UPDATE Kasus Corona di Dunia Senin (13/4), 1.8 Juta Kasus, 423.554 Sembuh, 114.247 Meninggal Dunia

"Saya tidak akan memiliki kesempatan untuk bermain bersama tim nasional dan saat itu ada Copa America pada 1997."

"Kami tidak cocok, tapi waktu itu saya tidak tahu banyak mengenai sepakbola Eropa."

Carlos kemudian pindah ke Real Madrid, yang pada musim 1996/97 dilatih oleh Capello, dan di sanalah awal ia menemukan kejayaan sebagai pemain dengan memenangkan empat trofi LaLiga serta tiga Liga Champions.

"Saya berbicara dengan (presiden Inter saat itu, Massimo) Moratti dan memintanya agar menjual saya."

"Saya pergi ke Madrid untuk bergabung dengan Capello, ia pelatih paling penting yang pernah saya miliki," katanya. (tribunbatam.ID/son/goal.com)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved