VIRUS CORONA

Cerita dari Wuhan, Awal Pandemi Virus Corona yang Tak Terlupakan: Selalu Kuingat di Sisa Hidupku

Akhir Desember 2019, sebelum Lan sembuh setelah lebih dari 20 hari dirawat di rumah sakit, kabar tentang penyakit misterius di Wuhan pun menyebar

Editor: Mairi Nandarson
south china morning post
suasana di pasar wuhan 

TRIBUNBATAM.id, WUHAN - Di Wuhan, Provinsi Hubei, China, pasar makanan laut Huanan adalah tempat yang dianggap menjadi normal saat orang-orang terserang flu.

Para pedagang di pasar ini sudah mulai menyiapkapkan barang dagangannya sejak pukul 03.00 pagi.

Mereka memasukkan tangan-tangannya pada air dingin tempat mencuci dan menyiapkan barang dagangan bagi pelanggan yang datang setiap pagi.

Suka Duka Ratu Tisha Selama Jadi Sekjen PSSI, Ayah Meninggal Usai Sukses Bidding Piala Dunia U20

Jika Liga Italia Dilanjutkan, Claudio Ranieri Minta Pergantian Pemain Diubah Menjadi 5 Kali

Kesan Valentino Rossi Setelah Ikut Balapan MotoGP Virtual: Terasa Aneh, Tapi Menyenangkan

Pasar ini membentang di dua sisi jalan utama dari sebuah lingkungan kelas atas distrik komersial Hankou.

Namun, semuanya berubah sejak akhir Desember 2019 saat sebuah wabah baru pertama diidentifikasi dari tempat ini.

Pada pertengahan Desember 2019, Lan, seorang pedagang makanan laut kering, merasa tidak enak badan.

Ia pun tinggal di rumah untuk beristirahat setelah mengalami penurunan berat badan sebanyak 3 kilogram hanya dalam beberapa hari.

Lan memutuskan pergi ke rumah sakit dan melakukan pemeriksaan.

Dari sana, ia dikirim ke sebuah rumah sakit khusus penyakit menular dan menjalani perawatan di sana pada 19 Desember 2019.

Saat itu, Lan tidak tahu bahwa dirinya merupakan satu di antara kasus-kasus pertama dari sebuah virus corona baru yang sangat menular.

"Saya pikir saya terkena flu. Saya tidak pernah menyangka" tutur Lan seperti dikutip dari The Guardian.

Penularan antar manusia

Pada akhir Desember 2019, sebelum Lan sembuh setelah lebih dari 20 hari dirawat di rumah sakit, kabar tentang penyakit misterius di Wuhan pun menyebar.

Saat itu, tersebar tangkapan layar percakapan tertanggal 30 Desember 2019.

Tangkapan layar itu menampilkan peringatan yang disampaikan seorang dokter di rumah sakit Palang Merah Wuhan, Liu Wen.

Ia mengingatkan rekan-rekannya tentang kasus yang dikonfirmasi virus corona di rumah sakit lain.

"Cuci tanganmu! Masker wajah! Sarung tangan!," tulis petugas medis tersebut.

Hasil MotoGP Virtual GP Austria, Francesco Bagnaia Juara, Duo Marquez 3-4, Valentino Rossi No 7

Cristiano Ronaldo Dituding Curang, Ambil Kesempatan Saat Pulang ke Portugal

"Pemberitahuan mendesak" dari Komisi Kesehatan Wuhan tentang kasus pneumonia tidak dikenal secara berturut-turut juga tersebar dan diunggah secara daring pada hari yang sama.

Pernyataan tersebut memerintahkan rumah sakit memperkuat kepemimpinan yang bertanggung jawab dan memastikan bahwa tidak ada yang mengungkapkan informasi kepada publik tanpa otorisasi.

"Tidak ada bukti yang jelas akan adanya penularan antar manusia. Penyakit ini bisa dicegah dan dikendalikan" tulis Komisi Kesehatan dalam pernyataan yang disampaikan.

Satu hari setelahnya, 1 Januari 2020, pasar makanan laut Huanan ditutup dan biro keamanan publik Wuhan mengumumkan 8 orang telah dihukum karena menyebarkan isu.

Sementara itu, di seberang Sungai Yangtze, orang-orang yang belum pernah pergi ke pasar Huanan, juga jatuh sakit.

Pada minggu kedua bulan Januari, Coco Han, yang berusia 22 tahun, mengalami gejala batuk yang terus menerus.

Setelah satu minggu, ia pergi ke klinik setempat dan melakukan CT scan.

Hasilnya, terjadi infeksi di paru-paru Han.

Seorang dokter berpakaian hazmat lengkap pun mengawalnya ke rumah sakit lain untuk melakukan tes-tes selanjutnya.

Tidak terkendali

Saat pihak berwenang mengumumkan tentang tingkat infeksi virus, rumah sakit-rumah sakit di Wuhan telah kelebihan pasien.

Jumlah pun kembali meningkat setelah pengumuman tersebut disampaikan.

"Rumah sakit sangat sibuk. Kami tidak bisa pulang" kata seorang perawat.

Pada 23 Januari 2020, kota dengan 11 juta penduduk tersebut pun ditutup.

Daerah-daerah sekitarnya juga mengikuti, membuat lebih dari 50 juta penduduk berada di bawah aturan karantina rumah secara de facto.

Kelebihan pasien dan kurangnya tenaga medis serta fasilitas lainnya membuat rumah sakit mulai menolak pasien-pasien baru.

Pada 19 Februari 2020, jumlah kematian akibat virus ini telah melewati angka 2.000 orang.

"Virusnya sangat cepat. Pada awalnya, semua terasa di luar kendali. Kami tidak tahu apa yang terjadi," kata seorang dokter yang merawat pasien virus corona di rumah sakit pusat Wuhan.

Wuhan Kembali normal

Setelah menjalani lockdown selama lebih dari dua bulan, kini Wuhan perlahan kembali normal.

Kawasan sekitar mendirikan bendera dan tanda-tanda yang menyatakan mereka bebas virus.

Mobil-mobil mulai memenuhi jalan lagi ketika orang-orang kembali bekerja.

Namun, pengingat tentang epidemi ini masih tetap ada.

Deretan pagar logam tinggi mengelilingi pasar makanan laut Huanan yang masih tertutup dan bekas pintu masuknya dijaga oleh keamanan.

Tidak semua orang dengan mudah melupakan apa yang terjadi pada mereka.

"Mereka mengatakan untuk tetap tinggal. Saya tinggal. Mereka mengatakan semua baik-baik saja. Saya percaya. Aku ingin tahu mengapa ini terjadi? Siapa yang menyuruh mereka tidak mengatakan yang sebenarnya kepada orang-orang" kata Han.

"Aku akan mengingat ini selama sisa hidupku, aku mengerti sekarang bahwa kita tidak penting" kata dia.

\\

\\

\\

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah dari Wuhan, Awal Pandemi Virus Corona yang Tidak Akan Terlupakan..."
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved