TRIBUN WIKI
PENYEBAB Orthorexia, Perilaku Ekstrim Memilih Makanan Sehat, Simak 3 Efek Negatifnya
Orthorexia atau orthorexia nervosa adalah kelainan makan yang melibatkan obsesi berlebihan terhadap makanan sehat.
TRIBUNBATAM.id - Orthorexia atau orthorexia nervosa adalah kelainan makan yang melibatkan obsesi berlebihan terhadap makanan sehat.
Orthorexia berasal dari "orthos," yang dalam bahasa Yunani berarti 'benar'.
Tidak seperti gangguan makan lainnya, orthorexia kebanyakan berkisar pada kualitas makanan, bukan kuantitas.
Orang dengan orthorexia umumnya tidak fokus pada penurunan berat badan.
Sebaliknya, mereka memiliki obsesi terhadap manfaat makan sehat.
Beberapa tahun lalu, orthorexia menjadi sorotan media karena Jordan Younger, blogger yang sukses mengumpulkan lebih dari 70.000 follower di Instagram.
• BTKLPP Batam Garda Terdepan Swab Test Covid-19, Cukup 2 Hari Hasil Tes Sudah Keluar
Dia mengejutkan semua orang karena menggambarkan motivasinya untuk makan sehat menjadi obsesif sampai-sampai kekurangan gizi.
Orthorexia mulai diakui oleh komunitas medis, meskipun belum resmi didefinisikan sebagai gangguan makan oleh American Psychiatric Association atau Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental.
Melansir Warta Kota Wiki, istilah itu pertama kali diciptakan pada tahun 1997 oleh dokter Amerika Steven Bratman.
Penyebab orthorexia
Orthorexia umumnya muncul saat seseorang mulai mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.
Pada beberapa kasus, mereka menjadi lebih fokus dan hati-hati terhadap apa yang mereka makan.
Tapi fokus ini terbilang berlebihan dan ekstrim.
Penderita orthorexia menunjukkan kecenderungan obsesif-kompulsif dan kelainan makan.
Faktor risiko lain termasuk kecenderungan perfeksionisme, kecemasan tinggi, atau kebutuhan kontrol makanan.
Beberapa penelitian juga melaporkan bahwa individu fokus pada kesehatan tubuh memiliki risiko lebih tinggi terkena orthorexia.
Orthorexia banyak diderita oleh petugas kesehatan, penyanyi opera, penari balet, musisi orkestra simfoni, dan atlet.
Risiko juga dapat bergantung pada usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan status sosial ekonomi.
Dalam beberapa kasus, sulit membedakan antara orthorexia dan masalah umum gangguan makan sehat.
Kriteria tidak menilai apakah perilaku berdampak negatif terhadap kesehatan sosial, fisik, atau mental seseorang, sebagai komponen orthorexia.
Antusiasme makan sehat dinilai sebagai orthoreksia ketika menjadi obsesi yang berdampak negatif pada kehidupan sehari-hari.
Misalnya, penurunan berat badan ekstrem atau penolakan makan di luar bersama teman.
Diagnosa orthorexia
Untuk membuat perbedaan antara makan sehat dan orthorexia lebih jelas, Steven Bratman dan Thomas Dunn ikut menulis artikel tentang kriteria diagnostic orthorexia:
1. Fokus obsesif pada makan sehat
Bagian pertama adalah fokus obsesif pada makan sehat yang melibatkan tekanan emosional berlebihan terkait pilihan makanan.
Misalnya, melibatkan perilaku kompulsif atau keasyikan mental terhadap pilihan makanan yang diyakini meningkatkan kesehatan optimal.
Kecemasan dipaksakan sendiri.
Melanggar aturan diet ditentukan sendiri dapat menyebabkan kecemasan, rasa malu, takut penyakit, rasa tidak murni, atau sensasi fisik negatif.
Batasan berat. Pembatasan diet dapat meningkat dari waktu ke waktu dan termasuk penghapusan kelompok makanan, pembersihan diri, dan puasa.
2. Mengganggu kehidupan sehari-hari
Bagian kedua adalah perilaku kompulsif yang mencegah fungsi normal sehari-hari.
Masalah kesehatan. Ini dapat termasuk malnutrisi, penurunan berat badan parah, atau komplikasi medis lainnya.
Gangguan gaya hidup. Seseorang mengalami kesulitan pribadi atau fungsi sosial atau akademi karena kepercayaan atau perilaku berkaitan makan sehat.
Ketergantungan emosional termasuk citra tubuh, harga diri, identitas, atau kepuasan terlalu tergantung pada kepatuhan pada aturan diet yang dipaksakan sendiri.
Efek kesehatan negatif yang dikaitkan dengan orthorexia :
1. Efek fisik
Kondisi cenderung mengarah pada banyak komplikasi medis terkait gangguan makan lainnya.
Misalnya, kekurangan nutrisi penting disebabkan makan terbatas dapat menyebabkan kekurangan gizi, anemia, atau detak jantung lambat tidak normal.
Masalah kesehatan tambahan termasuk masalah pencernaan, ketidakseimbangan elektrolit dan hormonal, asidosis metabolik, dan gangguan kesehatan tulang.
Komplikasi fisik ini dapat mengancam jiwa dan tidak boleh diremehkan.
2. Efek psikologis
Orang dengan orthorexia dapat mengalami frustrasi hebat ketika kebiasaan mereka berhubungan dengan makanan terganggu.
Melanggar aturan diet yang dipaksakan sendiri dapat menyebabkan perasaan bersalah, membenci diri sendiri, atau paksaan terhadap pembersihan diri atau puasa.
Selain itu, sejumlah besar waktu dihabiskan untuk meneliti apakah makanan tertentu 'bersih' atau 'murni'.
Misalnya, mencakup kekhawatiran tentang paparan pestisida, produk tambahan mengandung hormon, dan rasa atau pengawet buatan.
Di luar jam makan, waktu ekstra dihabiskan untuk meneliti, membuat katalog, menimbang atau mengukur makanan, dan merencanakan makanan.
Penelitian terbaru melaporkan bahwa keasyikan dengan makanan dan kesehatan dikaitkan dengan memori kerja melemah.
Penderita orthorexia cenderung kurang berhasil dalam tugas-tugas yang membutuhkan keterampilan pemecahan masalah yang fleksibel.
Mereka juga kurang mampu mempertahankan fokus pada lingkungan sekitar mereka, termasuk orang-orang.
3. Efek sosial
Orang dengan orthoreksia tidak suka menyerahkan kontrol makanan ke orang lain.
Mereka juga sering mengikuti aturan ketat yang diberlakukan sendiri sehingga mendikte makanan mana yang dapat digabungkan.
Pola makan kaku seperti itu dapat menyulitkan diri ketika berada dalam kegiatan sosial sekitar makanan seperti pesta makan malam atau makan di luar.
Mereka menganggap dirinya superior sehingga dapat semakin mempersulit interaksi sosial. (TRIBUNBATAM.ID/WIDI WAHYUNINGTYAS)