VIRUS CORONA
Singapura Juga Kembangkan Vaksin untuk Virus Corona, Diperkirakan Agustus Sudah Bisa Uji Klinis
Jika vaksin tersebut terlihat aman saat diujicoba pada hewan, maka vaksin ini selanjutnya akan diuji pada orang dewasa yang sehat.
Penulis: Mairi Nandarson | Editor: Mairi Nandarson
TRIBUNBATAM.id, SINGAPURA - Sejumlah negara bekerja keras untuk membuat vaksin guna mengakhiri pandemi virus corona atau covid-19 ini.
Setelah China yang sudah mencapai fase uji klinis, Singapura juga mengembangkan vaksin untuk membendung penyebaran covid-19.
Peneliti Singapura dari Duke-NUS Medical School di Singapura bekerjasama dengan Arcturus Therapeutics yang berbasis di Amerika Serikat tengah melakukan studi pra-klinis untuk kandidat vaksin yang telah mereka kembangkan.
• Nekat, Belasan Pria Ini Gelar Pesta Ulang Tahun dan Mabuk-mabukan di Sebuah Apartemen
• AHY Tunjuk Teuku Riefky Harsya Sebagai Sekjen Partai Demokrat 2020- 2025, Putri Wapres Jadi Wasekjen
• Lama Tak Muncul, Mahathir Mohamad Sampaikan Pesan Ini ke Semua Pelajar Malaysia
Dikutip dari straitstime.com, vaksin tersebut saat ini tengah sedang diujicoba pada hewan.
Jika vaksin tersebut terlihat aman saat diujicoba pada hewan, maka vaksin ini selanjutnya akan diuji pada orang dewasa yang sehat.
Profesor Ooi Eng Eong, wakil direktur Program Penyakit Menular di Duke-NUS Medical School, sekolag berharap sudah bisa melakukan uji klinis secepat pada Agustus.
Singapura akan memiliki hak atas vaksin di sini, sementara perusahaan AS akan bebas untuk memasarkannya di seluruh dunia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pekan lalu ada tiga kandidat vaksin yang sedang diuji dalam uji klinis dan 67 sedang dalam evaluasi pra-klinis.
Vaksin yang dikembangkan Arcturus/Duke-NUS berada di grup terakhir atau 67 vaksin yang dalam proses evaluasi pra-klinis.
Berbagai jenis vaksin sedang dikembangkan sebagai kandidat.
Inisiatif Arcturus / Duke-NUS ada di sekitar vaksin mRNA.
"Vaksin ini adalah teknologi baru dan belum ada yang dilisensikan untuk digunakan," kata Saw Swee Hock dari Universitas Nasional Singapura.
"Dalam pandemi seperti sekarang, vaksin semacam itu memiliki keuntungan lebih cepat dan lebih murah untuk diproduksi daripada vaksin konvensional," kata Prof Ooi.
"Arcturus memiliki jenis teknologi mRNA yang unik, jika berhasil, dapat membuat proses lebih cepat."
WHO mengatakan pengembangan vaksin akan memakan waktu sekitar 18 bulan dan itu akan menjadi proses super cepat dilacak. (tst/tribunbatam.id/son)