Jelang Peringatan Hari Kartini Setiap 21 April, Ini Kisah Perjuangannya Bela Emansipasi Wanita
Kisah perjuangan RA Kartini, pahlawan pembela emansipasi wanita hingga diperingati setiap tanggal 21 April sebagai hari Kartini.
Kartini sebenarnya punya keinginan untuk melanjutkan pendidikan.
Ia ingin mendapatkan hak yang sederajat dengan pria dalam hal pendidikan.
Tapi keinginan untuk sekolah lebih tinggi harus terkubur.
• Koleksi 200 Jersey Lionel Messi, Fans Barcelona Ini Dijuluki Orang Gila Indonesia oleh Media Spanyol
Kartini harus menikah dengan seorang bangsawan Rembang bernama KRM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat pada 1903.
Meski telah menikah, Kartini tetap berjuang memperhatikan kaumnya. Kaum perempuan.
Kartini menuangkan pemikirannya lewat tulisan yang dimuat oleh majalah perempuan di Belanda, De Hoandsche Lelie.
Bahkan, Kartini juga mengirim surat ke teman-temannya di Belanda, salah satunya bernama Rosa Abendanon.
Dilansir dari Encyclopaedia Britannica (2015), dalam surat yang ditulisnya, Kartini menyatakan keprihatinannya atas nasib-nasib orang Indonesia di bawah kondisi pemerintahan kolonial.
Ini juga untuk peran-peran terbatas bagi perempuan Indonesia.
• Singapura Catat Rekor! Senin (20/4) Sore, 1426 Kasus Baru dalam Sehari dari Asrama Pekerja
Bahkan, Kartini menjadikan hidupnya sebagai model emansipasi.
Tulisan-tulisan Kartini yang dimuat dalam majalah dan yang dikirim ke teman-temannya dibukukan oleh Jacques Henrij Abendanon.
Jacques Henrij Abendanon kala itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia Belanda.
Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht atau Dari Kegelapan menuju Cahaya.
Pada 1922, tulisan itu diterbitkan menjadi buku kumpulan surat Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang : Boeh Pikiran, oleh Balai Pustaka.
• Ada Simbol Hati pada Bangunan Hotel Ternama di Batam, Bentuk Penghormatan Bagi Pejuang Covid-19
Buku memperoleh respon positif dari masyarakat dan mendapat dukungan di Belanda. Bahkan dibentuk Yayasan Kartini pada tahun 1916.