Lahir di Tengah Pandemi, Bayi di India diberi Nama Sanitiser, Sebelumnya Juga Ada Corona dan Covid

Hal ini lantaran Corona dan Covid lahir di tengah-tengah masa lockdown virus corona yang membuat kehidupan pasangan suami istri itu tak lagi normal.

Editor: Eko Setiawan
miraclebaby.co.uk
Ilustrasi bayi diberi Nama Sanitizer 

TRIBUNBATAM.id - Nama unik disematkan kepada seorang anak yang lahir ditengah wabah virus corona melanda dunia.

Tidak dipungkiri, Covid-19 saat ini memang menjadi atensi kusus bagi setiap orang di dunia.

Namun siapa yang menyangka, sejumlah nama anak lahir di belahan dunia da diberikan nama unik sesuai dengan masa sekarang ini.

Sama halnya bagi Omvir Singh seorang warga dari Saharanpur, India. Ia dan sang istri menamai anak mereka "Sanitiser".

Hari Bhakti Permasyarakatan, Rutan Batam Beri Bantuan APD dan Masker ke RSUD Embung Fatimah

PT Zona Cakrawala Bersama Alumni SMK 3 Tajungpinang Bagi Sembako ke Pedagang Pinggir Jalan

DPRD Mendesak Pemko Tanjungpinang Serahkan Bantuan, Dinsos: Warga Kami Minta Sabar


Bukan tanpa alasan, sang ayah punya alasan khusus di balik nama anaknya tersebut.

Mereka mengatakan bahwa nama itu dipilih karena hand sanitizer memiliki kapasitas untuk melawan virus.

Omvir menambahkan, staf medis tersenyum ketika mereka mengumumkan nama untuk buah hatinya.

Meski Sanitiser lahir di masa pandemi yang sulit seperti ini, kahadiran sang anak diharapkan bisa membawa kebahagiaan bagi sekelilingnya

"Setiap kali orang akan berbicara tentang korona, mereka akan ingat bahwa sanitiser yang menyelamatkan mereka," katanya, seperti diberitakan oleh Kidspot.

"Semua orang sedang melawan virus ini, dari pemimpin negara hingga warga biasa. Inilah kontribusi kami."

Cerita Pengantar Jenazah Covid-19 di Padang, Tempuh Jarak 53 Km, Seberangi Sungai Bawa Peti Mati

Jelang Ramadan Harga Daging Ayam Stabil, Penjualan Justru Turun

Kanker Paru-paru, Kebiasaan Merokok Jadi Penyebab, Sebagaian Besar Penderitanya Justru Perokok Pasif

Omvir bukanlah orangtua pertama yang menamai anaknya dengan nama terkait virus corona.

Sebelumnya, seorang ibu bernama Preeti Verma dari Chhattisgarh, India, menamai anak kembarnya dengan nama "Corona" dan "Covid".

Preeti mengatakan, nama itu diberikan pada bayi laki-laki dan perempuan kembarnya itu untuk mengingatkannya dengan apa yang terjadi selama masa persalinan.

"Memang virus itu berbahaya dan mengancam jiwa tetapi wabah ini membuat orang fokus pada sanitasi, kebersihan dan menanamkan kebiasaan baik lainnya. Di situlah kami mulai terpikir nama-nama ini," ungkapnya.

Meski begitu, Preeti mengatakan, tidak menutup kemungkinan ia akan mengganti nama anak kembarnya ketika mereka sudah tumbuh besar nanti.

Pasutri di India ini justru menggunakan dua kata tersebut untuk menamayi bayi kembar mereka.

Hal ini lantaran Corona dan Covid lahir di tengah-tengah masa lockdown virus corona yang membuat kehidupan pasangan suami istri itu tak lagi normal.

Nama-nama itu, akan terus mengingatkan mereka tentang kesusahan selama masa lockdown serta kebahagiaan yang menyertai mereka.

 "Saya bersyukur atas kelahiran mereka. Kami menamai mereka Covid (laki-laki) dan Corona (perempuan)," ujar ibu dari bayi tersebut, Preeti Verma (27), dilansir India Times.

"Persalinan terjadi saat kami mengalami masa sulit."

"Maka dari itu kami ingin mengenang hari itu."

"Memang virus itu berbahaya dan mengancam nyawa, tapi wabah ini membuat orang-orang makin peduli pada kebersihan dan perilaku higienis."

"Karena itulah, kami memikirkan nama-nama itu."

Pekerja migran India bersama keluarganya berbaris di terminal bus Anand Vihar untuk pulang ke desanya saat pemerintah memberlakukan lockdown, sebagai tindakan pencegahan atas penyebaran virus corona baru Covid-19 di New Delhi, Sabtu (28/3/2020). Pada 28 Maret 2020 puluhan ribu pekerja migran India beserta keluarganya 28 berjuang memasuki bus yang dikelola negara bagian terpadat di India, untuk membawa mereka ke kampung halaman mereka di tengah pandemi virus corona. AFP/BHUVAN BAGGA
Pekerja migran India bersama keluarganya berbaris di terminal bus Anand Vihar untuk pulang ke desanya saat pemerintah memberlakukan lockdown, sebagai tindakan pencegahan atas penyebaran virus corona baru Covid-19 di New Delhi, Sabtu (28/3/2020). Pada 28 Maret 2020 puluhan ribu pekerja migran India beserta keluarganya 28 berjuang memasuki bus yang dikelola negara bagian terpadat di India, untuk membawa mereka ke kampung halaman mereka di tengah pandemi virus corona. AFP/BHUVAN BAGGA (AFP/BHUVAN BAGGA)

Seperti yang dilansir India Times, pasangan asal Uttar Pradesh ini tinggal di rumah kontrakan di Purani Basti.

"Pada 26 Maret tengah malam, saya merasakan kontraksi yang luar biasa."

"Dengan berbagai cara, kami berhasil menelepon ambulans," cerita Verma di malam ia melahirkan.

"Tidak boleh ada kendaraan yang berkeliaran di jalan karena lockdwon."

"kami diberhentikan oleh polisi berkali-kali."

"Tapi mereka melepaskan kami saat mengetahui kondisi ku."

"Saya bertanya-tanya apa yang akan terjadi di rumah sakit karena saat itu sudah malam."

"Tapi untung saja dokter dan perawat sangat ramah."

"Keluarga kami, yang ingin ke rumah sakit naik bus, tidak bisa melakukannya karena lockdown."

Pekerja migran India berjalan kaki pulang ke desanya sambil membawa kipas angin, saat pemerintah memberlakukan lockdown, sebagai tindakan pencegahan atas penyebaran virus corona baru Covid-19 di New Delhi, Sabtu (28/3/2020). Pada 28 Maret 2020 puluhan ribu pekerja migran India beserta keluarganya 28 berjuang memasuki bus yang dikelola negara bagian terpadat di India, untuk membawa mereka ke kampung halaman mereka di tengah pandemi virus corona. AFP/SAJJAD HUSSAIN
Pekerja migran India berjalan kaki pulang ke desanya sambil membawa kipas angin, saat pemerintah memberlakukan lockdown, sebagai tindakan pencegahan atas penyebaran virus corona baru Covid-19 di New Delhi, Sabtu (28/3/2020). Pada 28 Maret 2020 puluhan ribu pekerja migran India beserta keluarganya 28 berjuang memasuki bus yang dikelola negara bagian terpadat di India, untuk membawa mereka ke kampung halaman mereka di tengah pandemi virus corona. AFP/SAJJAD HUSSAIN (AFP/SAJJAD HUSSAIN)

Bayi kembar itu dilahirkan di Dr BR Ambedkar Memorial Hospital.

Juru bicara rumah sakit tersebut, Shubhra Singh berkata ibu dan kedua bayi kembarnya sudah dipulangkan dari rumah sakit dan dalam keadaan sehat.

Shubhra Singh menceritakan, setibanya Verma di rumah sakit, tindakan segera dilakukan untuk menjalani operasi sesar karena ada komplikasi pada persalinannya.

"Dalam waktu 45 menit setelah kedatangan mereka, persalinan berhasil dilaksanakan dengan baik."

Virus Corona di India

Berdasarkan data yang dihimpun Worldometers (3/4/2020), sebanyak 2.567 orang di dunia terinfeksi Covid-19.

Dari jumlah tersebut, 72 di antaranya meninggal dunia dan 192 orang lainnya sembuh.

Pemerintah telah menerapkan lockdown selama 21 hari terhitung mulai tanggal 24 Maret lalu.

Namun, lockdown tersebut diumumkan tiba-tiba sehingga menimbulkan kekacauan di masyarakat.

Diberitakan Tribunnews Minggu (29/3/2020), kekacauan (chaos) dan ancaman kelaparan melanda India setelah pemerintahnya merapkan lockdown guna mengantisipasi penyebaran virus corona (Covid-19).

Selasa lalu, Perdana Menteri Narendra Modi mengumumkan lockdown selama 21 hari untuk menahan penyebaran virus yang telah menewaskan 17 orang dan menginfeksi lebih dari 700 lainnya di India.

Saat lockdown diterapkan di negara berpenduduk 1,3 miliar orang tersebut, jutaan orang kehilangan pekerjaan tanpa mendapatkan kompensasi apa pun dari negara.

Keputusan tersebut membuat para pekerja terancam kelaparan karena tidak mempunyai pemaksukan maupun bahan makanan.

Meskipun pemerintah menyerukan kepada para pekerja untuk tidak mudik di saat lockdown, gelombang besar eksodus mulai menerpa ibu kota India.

Mereka terpaksa pulang kampung karena pabrik-pabrik dan pusat industri tutup.

Para pekerja tidak punya cukup uang untuk bertahan hidup, mengingat mereka diupah harian.

Pembatasan transportasi umum juga memaksa mereka terpaksa jalan kaki pulang ke desanya.

Seorang pekerja meninggal setelah berjalan sejauh 270 mil untuk bisa kembali ke rumah, Pada Sabtu (28/3/2020) kemarin.

Dilaporkan BBC, Akibat keputusan lockdown yang diambil pemerintah India juga menyebabkan jutaan orang telantar tanpa memiliki makanan.

Pemandangan lain terlihat antrean panjang masyarakat berjuang memborong barang dan kebutuhan pokok.

Di sisi lain, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga India melaporkan peningkatan kasus infeksi telah stabil setelah lockdown.

"Jumlah kasus Covid-19 meningkat, tapi peningkatannya tampaknya relatif stabil. Namun, ini hanya tren awal," kata seorang juru bicara.

Menurut laporan terbaru oleh Dewan Penelitian Medis India (ICMR), sebanyak 27.688 tes virus corona telah dilakukan pada pukul 09.00 pagi, Jumat (27/3/2020).

"Sebanyak 691 orang telah dikonfirmasi positif di antara kasus yang diduga dan punya riwayat kontak dekat dengan pasien positif yang diketahui," demikian pernyataan ICMR.

Meningkatkan fasilitas pengujian

Para ahli juga mengatakan kemampuan India untuk menguji buruk.

Karena itu dia meminta perlu peningkatan kualitas pengujian COVID-19 agar mengetahui persis penyebarannya di India.

"Kita harus menguji siapa pun yang menunjukkan gejala apa pun. Kita tidak dapat membatasi pada kasus rawat inap atau mereka yang memiliki riwayat perjalanan," kata Dr T Sundaraman, penyelenggara nasional Gerakan Kesehatan Rakyat.

"Kami tidak tahu banyak karena tingkat pengujian masih sederhana dan sangat terbatas. Jika pengujian ini diperluas, kita akan menemukan angka nyata yang tidak kami miliki," katanya kepada Al Jazeera.

Menghadapi keadaan darurat kesehatan terbesar sejak negara itu memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1947 lalu, pemerintah India mengumumkan serangkaian langkah yang dimulai dengan jam malam pada Minggu (29/3/2020).

Pemerintah juga telah meningkatkan fasilitas pengujian dan melibatkan kontraktor swasta untuk membantunya melakukan pengujian.

Dari 72 pusat pengujian pada awalnya, India sekarang memiliki 104, dengan kapasitas untuk menguji 8.000 sampel setiap hari.

Dua laboratorium pengujian cepat lainnya yang dapat melakukan lebih dari 1.400 tes per hari juga diharapkan akan segera beroperasi.

Kekurangan APD dan ventilator

Tidak hanya kemampuan pengujian India yang rendah, di tengah terus meningkatnya kasus COVID-19, negara ini juga menghadapi kekurangan peralatan yang dibutuhkan untuk mendukung tenaga medis.

Diantaranya kekurangan masker N-95 dan alat pelindung diri (APD) lainnya yang digunakan oleh petugas kesehatan.

Jumlah tempat tidur RS juga masih jauh lebih sedikit daripada negara-negara seperti Korea Selatan--negara yang telah berhasil menekan penyebaran virus.

Ventilator juga terbatas. India memiliki hampir 100.000 ventilator, sebagian besar dimiliki oleh rumah sakit swasta dan sudah digunakan pasien yang punya penyakit kritis. (Al Jazeera/BBC/Reuters/AFP/AP)

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie/Srihandriatmo Malau)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Lahir saat Lockdown, Bayi Kembar di India Dinamai 'Corona' dan 'Covid',

Artikel ini telah tayang di Tribunpalu.com dengan judul Lahir di Tengah Pandemi, Bayi Ini Dinamai Sanitiser, Sebelumnya ada Bayi Bernama Corona dan Covid

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved