VIRUS CORONA DI SINGAPURA
Dampak Circuit Breaker di Singapura, 6.600 Warganya Menelepon Minta Dukungan Psikologis
Sejumlah warga Singapura juga mendapatkan dampak dari kebijakan Circuit Breaker tersebut. Lebih dari 6.600 warga Singapura meminta dukungan psikologis
TRIBUNBATAM.id, SINGAPURA - Singapura memilih menerapkan kebijakan circuit breaker sebagai cara untuk menghentikan wabah virus Corona atau Covid-19.
Sejumlah warga Singapura juga mendapatkan dampak dari kebijakan circuit breaker tersebut.
Bahkan mereka menelpon untuk meminta dukungan psikologis.
Sebanyak lebih dari 6.600 warga Singapura menelepon hotline nasional yang memang ditujukan untuk memberi dukungan emosional pada masyarakat.
Jumlah tersebut muncul sejak hotline nasional untuk dukungan psikologis dan emosional didirikan lebih dari dua pekan lalu.
Demikian diungkap Menteri Pembangunan Sosial dan Keluarga (MSF) Singapura, Desmond Lee, dalam unggahan Facebook hari ini Rabu (29/4/2020).
• 690 Kasus Baru Ditemukan di Asrama Pekerja, Data Covid-19 di Singapura Kini Lebih dari 15.000
Menurut Lee, berbagai masalah telah didengar oleh National CARE Hotline.
Mulai dari soal kecemasan, perlunya dukungan emosional, kekhawatiran tentang keuangan dan perselisihan perkawinan.
Seperti dikutip Tribunnews.com dari mothership.sg, masalah-masalah lain yang diangkat termasuk ketakutan terhadap penyebaran Covid-19 dan kekhawatiran terhadap kesehatan pribadi dan masa depan.
Beberapa menelepon hotline hanya untuk didengar karena frustrasi dengan perubahan dalam kehidupan sehari-hari mereka akibat pandemi.
MSF dan agen layanan sosial juga telah melihat peningkatan pertanyaan dan rujukan terkait dengan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan konflik sejak dimulainya periode circuit breaker.
Adapun dalam unggahannya, Lee menyatakan terima kasih kepada sekitar 500 relawan National CARE Hotline yang telah maju untuk membantu mereka yang merasa kesulitan.
Para sukarelawan ini secara bergiliran bersiaga melayani hotline 24 jam.
Lee menyebutkan bahwa setiap panggilan itu unik dan memungkinkan bagi mereka yang terlibat untuk memahami berbagai tantangan yang dihadapi setiap individu selama pandemi ini.
Salah satu contoh panggilan termasuk orangtua yang prihatin yang merasa tertekan dengan kondisi kesehatan anak mereka.