China Meradang dan Gertak Selandia Baru, Tak Usah Ikut-ikutan Dukung Taiwan di WHO

China meradang setelah Selandia Baru mendukung Taiwan di pertemuan pembuat keputusan WHO, Senin (11/5/2020).

scmp
ILUSTRASI - Vaksin Corona di China 

TRIBUNBATAM.id, CHINA - China meradang setelah Selandia Baru mendukung Taiwan di pertemuan pembuat keputusan WHO, Senin (11/5/2020).

China bahkan mengingatkan bawah hubungan dengan Selandia Baru bisa rusak.

Negara itu harus "berhenti membuat pernyataan yang salah", kata China sembari memperingatkan masalah ini dapat berujung kerusakan hubungan bilateral.

Pejabat hukum utama WHO, Steven Solomon, mengatakan dalam briefing online bahwa hanya negara-negara anggota yang dapat memutuskan siapa saja yang berhak menghadiri Majelis Kesehatan Dunia (WHA).

Taiwan dengan dukungan kuat Amerika Serikat (AS) terus melakukan lobi agar diizinkan ikut serta sebagai pengamat di pertemuan pembuat keputusan WHO tersebut pekan depan.

Upaya Taiwan ini memantik kemarahan dari kubu China, dan Negeri "Tirai Bambu" kemudian mendesak Selandia Baru mematuhi prinsip satu-China dengan tak perlu mendukung Taiwan mengambil peran pengamat di WHA.

Hal tersebut diumumkan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Zhao Lijian pada konferensi pers.

Ia mengomentari pernyataan Wakil Perdana Menteri Selandia Baru dan Menteri Luar Negeri Winston Peters.

"Pernyataan keliru seperti itu di pihak Selandia Baru sangat melanggar prinsip satu-China. Kami menyesalkan dan menentang mereka, juga telah mengirim perwakilan dengan pihak Selandia Baru," terang Zhao dikutip dari Xinhuanet Senin (11/5/2020).

Zhao menyatakan bahwa mengenai partisipasi kawasan Taiwan dalam kegiatan WHO, posisi China sudah jelas dan konsisten.

"Prinsip satu-China harus diperhatikan. Berdasarkan prinsip ini, pemerintah pusat China telah membuat pengaturan yang tepat untuk partisipasi kawasan Taiwan dalam acara-acara kesehatan global."

"Ini memastikan wilayah Taiwan dapat dengan cepat dan efektif menanggapi insiden kesehatan masyarakat lokal dan global," terang Zhao.

Prinsip satu-China adalah fondasi hubungan politik China dengan Selandia Baru. Ini adalah fondasi dari kemajuan yang dicapai dalam hubungan bilateral sejak pembentukan hubungan diplomatik, kata Zhao.

"Saya ingin menunjukkan bahwa China berkomitmen untuk mengembangkan hubungan kerja sama yang bersahabat dengan Selandia Baru berdasarkan rasa saling menghormati dan kesetaraan."

"Kami dengan tegas memutuskan untuk menegakkan kedaulatan, kemandirian, dan integritas wilayah kami," lanjutnya.

"Kami berharap orang-orang tertentu di Selandia Baru akan berhenti menyebarkan desas-desus dan menciptakan masalah, lalu bekerja untuk meningkatkan rasa saling percaya dan kerja sama bilateral, bukan malah merusaknya," pungkas Zhao.

Amerika bereaksi

 Amerika Serikat ( AS) menuduh Badan Kesehatan Dunia ( WHO) prioritaskan kepentingan politik, dengan mengabaikan peringatan awal virus corona oleh Taiwan.

Presiden Donald Trump telah mengancam akan menahan dana WHO, yang berada di garis depan melawan pandemi virus corona, yang telah menginfeksi lebih dari 1,5 juta orang di seluruh dunia.

Para kritikus mengatakan bahwa ancaman tiba-tiba Trump terhadap WHO sama dengan taktik politik untuk menemukan kambing hitam dari pihak asing, ketika ia mendapat kecaman akibat kurang persiapan menangani Covid-19.

Trump sendiri mengatakan pada Januari bahwa virus corona "benar-benar terkendali" di AS, dan memperkirakan akan hilang pada April saat suhu naik.

Kemudian Departemen Luar Negeri mengatakan, WHO terlalu lambat dalam mengeluarkan peringatan tentang Covid-19, dan terlalu hormat pada China.

Mereka mempertanyakan mengapa badan yang berbasis di Jenewa tersebut tidak mengejar petunjuk dari Taiwan.

Amerika Serikat "sangat terganggu bahwa informasi Taiwan dirahasiakan dari komunitas kesehatan global, seperti tercermin dalam pernyataan WHO pada 14 Januari 2020, bahwa tidak ada indikasi penularan dari manusia ke manusia," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, dikutip dari AFP.

"WHO sekali lagi memilih politik daripada kesehatan masyarakat," katanya seraya mengkritik WHO yang menyangkal status pengamat Taiwan sejak 2016.

Juru bicara tersebut menambahkan, tindakan WHO telah memakan waktu dan nyawa.

Taiwan yang berhasil membatasi penyebaran virus corona dengan hanya 5 korban meninggal, memperingatkan WHO pada 31 Desember tentang penularan Covid-19 dari manusia ke manusia, kata Wakil Presiden Chen Chien-Jen.

Chen yang merupakan seorang epidemiologi, mengatakan pada Financial Times bahwa dokter Taiwan telah mengetahui rekan-rekannya di Wuhan jatuh sakit, tetapi WHO tidak bergerak untuk mengonfirmasi temuan tersebut.

Taiwan tuduh WHO memfitnah
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus oada Rabu (8/4/2020) mengatakan, ia telah mengalami penghinaan termasuk rasialisme sejak krisis kesehatan masyarakat ini dimulai.

Dokter asal Ethiopia yang menjadi diplomat ini tidak menyebut AS (negara dengan donasi terbesar, lebih dari Rp 6,28 triliun tahun lalu), tetapi menunjuk Taiwan yang bukan anggota.

"Tiga bulan lalu, serangan ini datang dari Taiwan," kata Tedros kepada wartawan di Jenewa, merujuk pada kritik dan penghinaan online.

"Taiwan, Kementerian Luar Negeri juga, mereka tahu kampanyenya. Mereka tidak memisahkan diri. Mereka bahkan mulai mengkritik saya di tengah semua penghinaan dan cercaan itu, tetapi saya tidak peduli," kata Tedros dikutip dari AFP.

Komentar itu memicu kemarahan Taiwan, yang menggambarkan komentar Tedros "tidak berdasar" dan mengatakan pihaknya meminta pernyataan maaf atas "fitnah".

"Negara kami tidak pernah mendorong publik untuk melancarkan serangan pribadi terhadapnya atau membuat komentar diskriminatif rasial," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Joanne Ou ke wartawan pada Kamis (9/4/2020).

Dalam sebuah unggahan Facebook, Presiden Tsai Ing-wen mengundang Tedros untuk mengunjungi Taiwan dan belajar dari penanganan epidemi, menantangnya untuk "menolak tekanan dari China".

"Kami telah diblokir dari organisasi internasional selama bertahun-tahun dan kami tahu bagaimana rasanya didiskriminasi dan diisolasi llebih dari orang lain," terang sang presiden wanita tersebut.

Kemudian Beijing menanggapi bahwa Partai Progresif Demokratik Tsai, yang menekankan identitas terpisah Taiwan, telah terlibat dalam "manipulasi politik" atas WHO.

"Tujuan sebenarnya adalah untuk mencari kemerdekaan melalui pandemi. Kami dengan tegas menentang ini, dan skema mereka tidak akan pernah berhasil," ungkap seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri di Beijing.

Banyak kritik terhadap Tedros menuduh WHO di bawah kepemimpinannya terlalu dekat dengan Beijing, dan melengkapi penanganan China terhadap virus corona.

Namun beberapa ahli kesehatan mengatakan, bahwa WHO tidak punya banyak pilihan selain bekerja sama dengan China untuk menjaga akses di Wuhan.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul China Marahi Selandia Baru, Tak Usah Ikut-ikutan Dukung Taiwan di WHO

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved