HIKMAH RAMADHAN
Puasa Mereformasi Iman Kita
Naiknya iman seseorang tampak dari amal salehnya yang banyak dan jika iman seseorang turun, maka amal shaleh/salah yang lebih banyak.
“Reformasi/perbaharuilah zamanmu dengan (melaksanakan) la-ilaha-illallah.” (al-Hadits).
TRIBUNBATAM.id - Hadits reformasi ini sangat popular dikalangan para ulama, sehingga memunculkan satu “postulat” dari Imam al-Ghazali yang mengatakan bahwa, iman seseorang itu sangat fluktuatif yakni terkadang naik, terkadang turun.
Naiknya iman seseorang tampak dari amal salehnya yang banyak dan jika iman seseorang turun, maka amal shaleh/salah yang lebih banyak.
Apalagi dalam suasana Ramadhan ini, terasa semua itu bertarung, antara iman dan nafsu, antara puasa atau berbuka, antara nikmat atau sengsara, atau yang terakhir antara syurga dan neraka.
Berintegritas semua itu dalam gelora, menghimpit di dada, kadang terasa napas sesak dibuatnya.
Dalam hadist tersebut di atas ada kata “jaddidu” yang berarti reformasilah/perbaharuilah.
Ini berarti setiap Muslim harus selalu mereformasi/memperbaharui iman dengan melaksanakan konsekuensi syahadat.
Di antara konsekuensinya adalah seperti yang difirmankan Allah Ta'ala dalam surah at-Taubah ayat 111:
…”sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah…”
Menurut ayat ini, bahwa setiap Mukmin berarti telah melakukan aqad jual-beli dengan Allah.