DRAMA KOREA
Drama Korea The King: Eternal Monarch Kembali Tuai Kontroversi, Dapat Peringatan Keras dari KCS
Baru-baru ini, Drakor The King: Eternal Monarch kembali mendapatkan peringatan dari Standar Komunikasi Korea atau Korea Communications Standards (KCS)
TRIBUNBATAM.id, SEOUL- Drama Korea The King: Eternal Monarch kembali menuai kontroversi.
Drama yang dibintangi aktor Lee Min Ho itu sebelumnya sudah mendapatkan skandal karena materi gambar yang ada dalam drama.
Baru-baru ini, Drakor The King: Eternal Monarch kembali mendapatkan peringatan dari Standar Komunikasi Korea atau Korea Communications Standards (KCS).
The King: Eternal Monarch dianggap telah menyiarkan adegan sensitif terkait kesetaraan gender.
Hal itu diketahui setelah KCS mengadakan peninjauan sensor untuk mengevaluasi program-program yang menyiarkan adegan kurang sensitif terhadap gender.
Hasilnya, KCS memberikan peringatkan kepada The King: Eternal Monarch karena telah menayangkan adegan yang menantang kesetaraan gender.
• Download Lagu MP3 Soundtrack The King: Eternal Monarch, Drama Comeback Lee Min Ho Usai Wajib Militer
• Zico Block B dan Wendy Red Velvet Kolaborasi Isi OST Drakor The King: Eternal Monarch, Ini Judulnya
Dikutip dari Koreaboo, Jumat (15/5/2020), adegan yang dimaksud adalah ketika Perdana Menteri Koo (Jung Eun Chae) harus melalui pemeriksaan keamanan saat akan memasuki istana.
Alat pemeriksa kemudian berbunyi saat sampai di bagian dada PM Koo hingga menimbulkan kecurigaan petugas.
Namun PM Koo tetap tenang dan beralasan bahwa alat tersebut berbunyi karena kawat bra yang digunakannya.
"Bra tanpa kawat tidak bisa menahan payudaraku," ujar PM Koo.
Selain itu, adegan Lee Gon (Lee Min Ho) saat melakukan lomba balapan perahu juga dinilai cukup sensitif.
Pada adegan tersebut, seorang penonton perempuan berkata, "Pria perlu memakai pakaian terbuka dan banyak bergerak."
• Begini Cara Cek Status Suhu Tubuh Driver dan Kebersihan Kendaraan Gojek Selama Covid-19
• CATAT! Begini Aturan dan Cara Menghitung THR, Paling Lambat Dibayar 7 Hari Sebelum Lebaran
Adegan-adegan itu menimbulkan kekhawatiran dapat menyebabkan stereotip terkait gender.
"Dalam situasi di mana kesetaraan gender dianggap penting, media publik seperti siaran memiliki tugas untuk memimpin dalam mempromosikan kesetaraan gender melalui sensitivitas gender."
"Hal ini menyangkut konten yang berkaitan dengan pemuliaan kejahatan seks, komersialisasi seks, dan dorongan stereotip gender yang dimasukkan dalam konten," terang KCS.