Cerita 3 Orang Sipil Dibawa Kopassus Mencari KKB Papua, Mereka Bukan Orang Sembarangan

Kopassus dikisahkan pernah mengajak tiga pendekar sakti untuk ikut memburu kelompok kriminal bersenjata atau KKB Papua.

Editor: Eko Setiawan
tangkapan layar video/instagram
Dalam Kurun Waktu 1 Jam, Aksi Heroik Pasukan Kopassus Bebaskan 347 Warga yang Disandera KKB Papua 

TRIBUNBATAM.id, PAPUA - Dalam perburuan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua, Kopasus pernah membawa dan melibatkan tiga pendekar sakti.

Ketiga anggota tambahan yang merupakan Warga sipil ini juga ikut belusukan ke hutan berantara.

Kopassus dikisahkan pernah mengajak tiga pendekar sakti untuk ikut memburu kelompok kriminal bersenjata atau KKB Papua.

Kisah ini tertulis dalam buku 'The Politics of Inner Power: The Pratice of Pencak Silat in West Java' karya Ian Douglas Wilson.

Kopassus saat itu tengah ditugaskan untuk misi penyelamatan warga yang disandera KKB Papua pimpinan Kelly Kwalik di Desa Mapenduma, Kecamatan Tiom, Kabupaten Jayawijaya, Papua.

Di antara pasukan Kopassus itu, terdapat tiga orang sipil yang disebut berperan khusus untuk menangkal ilmu gaib yang kemungkinan dipakai oleh musuh.

Ilustrasi KKB Papua
Ilustrasi KKB Papua (Facebook TPNPB)

Tiga orang tersebut adalah H Tubagus Zaini, Tubagus Yuhyi Andawi, dan Sayid Ubaydillah Al-Mahdaly yang merupakan pendekar sakti asal Banten.

Ketiga pendekar Banten tersebut dianggap mampu menghalau serangan ilmu gaib dari pihak musuh.

Kolaborasi kompak antara Kopassus yang lihai dalam penggunaan senjata api, dipadu dengan sang pendekar yang memiliki ilmu kanuragan untuk menghalau hal tak kasat mata.

“Waktu itu kami diminta membantu. Tugas kami memberikan perlindungan spiritual para anggota pasukan. Termasuk menangkal ilmu gaib yang mungkin dipakai para penyandera,” ungkap Sayid Ubaydillah.

Kopassus kala itu memang agak kesulitan menerabas lokasi KKB Papua di rimba belantara Mapenduma lantaran tak memiliki peta daerah.

Menurut Douglas Wilson, ide kolaborasi grup Silat dan militer memang sudah ada sejak tahun 1988, dan kemudian diterapkan saat operasi pembebasan sandera Mapenduma, Papua.

Kronologi misi penyelamatan

Kisah keterlibatan tiga pendekar sakti membantu Kopassus ini tak lepas dari tragedi penyanderaan Tim Lorentz ’96 oleh KKB Papua pimpinan Kelly Kwalik.

Penelitian Tim Lorentz ’96 dilakukan antara bulan November 1995 dan Januari 1996.

Anggota tim dari Indonesia terdiri dari Navy Panekanan (28), Matheis Y.Lasamalu (30), Jualita Tanasale (30), Adinda Arimbis Saraswati (25).

Sementara anggota tim dari Inggris terdiri dari Daniel Start (22), William “Bill” Oates (23), Annette van der Kolk (22), dan Anna Mclvor (21).

Mereka juga dibantu oleh antropolog Markus Warip (36) dari Universitas Cendrawasih dan Abraham Wanggai (36) dari Balai Konservasi Sumber Daya ALam (BKSDA) Kantor Wilayah Kehutanan Irian Jaya.

Bersama mereka ada juga Jacobus Wandika, putra daerah suku Nduga, yang merupakan antropolog lulusan Universitas Cendrawasih dan murid Markus Warip.

Tidak ada gangguan berarti yang dialami tim selama menjalankan misinya.

Meski begitu, sebelum keberangkatan, tim tahu jika di sana terdapat KKB Papua yang mengaku kecewa dengan Pemerintah Pusat Republik Indonesia.

Ilustrasi: Teror KKB Papua di Era Soeharto, Berkekuatan 14 Ribu Orang Tapi Takluk Berkat Sarwo Edhie Wibowo
Ilustrasi: Teror KKB Papua di Era Soeharto, Berkekuatan 14 Ribu Orang Tapi Takluk Berkat Sarwo Edhie Wibowo (IST/Tribun Manado)

Tanggal 8 Januari menjelang hari-hari kepulangan ke Jakarta, mereka berkumpul di rumah kayu milik Pendeta Adriaan van der Bijl asal Belanda yang sudah menetap di sana sejak tahun 1963.

Hari itu sang pemilik rumah sedang pergi, berkeliling ke daerah Mbua dan ALama untuk menyusun kegiatan misionaris bersama istrinya.

Tiba-tiba, datanglah sekelompok suku setempat berjumlah puluhan orang berpakaian perang, lengkap dengan tombak.

Tak hanya itu, salah satu dari mereka, diduga sebagai komandan, membawa senapan laras panjang M-16 yang diacung-acungkan dan sesekali ditembakkan ke udara

Mereka lalu mendobrak mendobrak pintu yang dikunci, memaksa masuk, menyerang, menyandera tim, dan akhirnya membawa seluruh tim peneliti ke hutan pedalaman.

Berita penyanderaan Tim Lorentz mulai beredar di media massa dan menjadi berita besar hingga ke Jakarta bahkan dunia.

Pemerintah segera meminta ABRI (TNI) melakukan penyelamatan.

Komandan Jenderal Kopassus saat itu (Mayjen TNI Prabowo Subianto) diputuskan memimpin misi penyelamatan.

Beberapa satuan TNI lainnya seperti pasukan Kostrad juga dilibatkan dalam misi penyelamatan ini.

Sekitar lima bulan berlalu, misi pembebasan Tim Lorentz yang disandera oleh KKB Papua pimpinan Kelly Kwalik belum juga membuahkan hasil.

Para OPM terus bersembunyi dan berpindah-pindah tempat sambil mengirimkan beberapa pesan tuntutan mereka kepada Pemerintah RI.

Pasukan yang dibawa Kelly Kwalik mula-mula berjumlah 50 orang, kemudian ditambah lagi hingga menjadi 100 orang.

Kelly Kwalik terbunuh dalam sebuah operasi penyergapan tahun 2009.
Kelly Kwalik terbunuh dalam sebuah operasi penyergapan tahun 2009. (GETTY IMAGES)

Tanggal 7 Mei 1996, satu kompi pasukan batalyon Linud 330/Kostrad di bawah pimpinan Kapten Inf Agus Rochim ikut dikirim ke Timika untuk menambah kekuatan.

Kompi dibagi dalam beberapa tim.

Secara berangsur masing-masing tim dikirim ke daerah operasi.

Setelah berbagai upaya dilakukan, Tim Kopassus dan Kostrad berhasil menuntaskan misinya pada tanggal 9 Mei 1996.

Tim gabungan Kopassus dan Kostrad itu akhirnya berhasil menyelamatkan para sandera kecuali 2 orang, yaitu Navy dan Matheis yang gugur di tangan keganasan para KKB Papua.(*)

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul 3 Pendekar Sakti Ikut Memburu KKB Papua Bersama Kopassus, Kelly Kwalik dkk Sembunyi dan Berpindah

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved