Pria Ini Menangis di Pinggir Jalan Karena Tak Punya Uang, Jual Blender untuk Makan Anak-Istri
Sujono mengatakan, terpaksa menjual blender bekas itu di pinggir Jalan Raya Magetan-Maopati karena tak lagi punya uang buat beli beras
TRIBUNBATAM.id, MAGETAN - Video seorang pria menangis saat menjual sebuah blender di pinggir jalan viral di media sosial.
Dalam video itu, pria tersebut mengaku terpaksa menjual blender karena tidak punya uang untuk makan.
Video itu diunggah pemilik akun Facebook, Dendy Ardiyan P pada Rabu (20/5/2020).
• Resmi, Chelsea Perpanjang Kontrak Olivier Giroud dan Willy Cabalerro
• Jika Merasa Tidak Aman, Liverpool Izinkan Pemain Tidak Ikut Latihan di Klub
• Jadwal Belajar dari Rumah TVRI Hari Ini, Kamis (21/5), Siswa SMA Belajar Soal Blogger Putih Abu-Abu
Video itu kemudian dikomentari ribuan pengguna facebook.
Dalam video itu terlihat, seorang pria menangis sambil menawarkan blender kepada pengendara.
Pria yang mengenakan masker itu mengaku menjual blender untuk makan.
"Untuk makan, untuk anak istri saya makan," katanya sambil menangis seperti terekam dalam video tersebut.
Tak berapa lama, seorang pejalan kaki mengampiri pria tersebut.
Pejalan kaki itu menanyakan harga blender yang dijualnya.
Pria itu menjawab seikhlasnya asal bisa makan.
Pejalan kaki itu mengeluarkan uang Rp 100.000 dan memberikannya kepada pria tersebut.
Ia juga meminta pria itu menyimpan blender itu.
Tangis pria yang menjajakan blender di pinggir jalan itu sontak pecah.
Pria yang menjual blender itu merupakan Sujono (40), warga Desa Pojok Sari, Kabupaten Magetan.
Sujono mengatakan, terpaksa menjual blender bekas itu di pinggir Jalan Raya Magetan-Maopati karena tak lagi punya uang buat beli beras.
• Data Corona 34 Provinsi di Indonesia Kamis (21/5) Pagi, Total 19.189, Sembuh 4.575, Meninggal 1.242
• 11 Smartphone Android Baru yang Harganya Kisaran Rp 5-10 Jutaan di Indonesia
Pria yang berprofesi sebagai pedagang pentol keliling itu sudah tiga bulan tak berjualan.
Ia biasa berkeliling di kawasan Pondok Pesantren Al Fatah Temboro Magetan.
Kawasan itu kini ditutup karena menjadi salah satu klaster penyaberan virus corona baru atau Covid-19.
“Sudah tidak mempunyai uang untuk beli beras. Barang yang bisa dijual ya hanya blender,” kata Sujono saat ditemui di rumahnya, Rabu (20/5/2020).
Di rumah itu, Sujono tinggal bersama istri, anak, dan ibunya.
Rumah di Desa Pojok Sari itu merupakan milik ibunya yang sedang sakit.
Setelah kawasan Ponpes Al Fatah Temboro ditutup, Sujono beralih profesi sebagai pengumpul kayu bakar.
Ia dan istrinya mengumpulkan kayu dan bambu kering.
Jika beruntung, mereka bisa mendapatkan dua ikat kayu bakar yang dijual keliling kampung.
“Kadang laku Rp 10.000 kadang hanya Rp 5.000. Kalau dari pagi hujan, maka kami tidak mempunyai penghasilan,” katanya.
Tak hanya menghidupi anak dan istri, Sujono juga merawat ibunya yang menderita diabetes.
Meski tergolong kurang mampu, Sujono mengaku belum mendapatkan bantuan dari pemerintah. (*)
\\
\\
\\