TRIBUN WIKI

Kerap Dicampur dalam Rokok dan Makanan, Simak Kontroversi dan Efek Konsumsi Ganja bagi Tubuh

Ganja dikenal sebagai obat psikotropika karena adanya kandungan zat tetrahidrokanabinol. Konsumsi ganja dapat membuat pemakainya mengalami euforia.

www.fusion.net
Pohon ganja. 

TRIBUNBATAM.id - Ganja dikenal sebagai obat psikotropika karena adanya kandungan zat tetrahidrokanabinol (THC, tetra-hydro-cannabinol).

Memiliki nama latin Cannabis Sativa, ganja merupakan tumbuhan budidaya penghasil serat.

Konsumsi ganja dapat membuat pemakainya mengalami euforia atau rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab.

Tanaman ganja umumnya dibuat menjadi rokok mariyuana.

Deskripsi

Ganja memiliki 100 bahan kimia berbeda yang disebut dengan cannabinoid.

Masing-masing bahannya memiliki efek berbeda pada tubuh.

Delta-9-tetrahydrocannabinol (THC) dan cannabidol (CBD) merupakan bahan kimia utama yang kerap digunakan dalam pengobatan.

Perlu diketahui, THC merupakan senyawa yang membuat Anda merasa mabuk atau high.

Senyawa cannabinoid sebenarnya diproduksi juga oleh tubuh secara alami untuk membantu mengatur konsentrasi, gerak tubuh, nafsu makan, rasa sakit, hingga sensasi pada indra.

Namun pada ganja, sebagian senyawa ini sangatlah kuat dan bisa menyebabkan berbagai efek kesehatan serius jika disalahgunakan.

Ganja atau yang juga disebut dengan cimeng ini biasanya digunakan dengan cara dibakar seperti rokok.

Tak hanya daunnya, bunga, biji, dan batangnya juga kerap digunakan sebagai bahan untuk merokok.

Selain itu, ganja juga banyak dicampur ke dalam makanan, mulai dari brownies, cookies, gulai, diseduh sebagai teh, atau dihirup dengan vaporizer.

Tersandung Kasus Narkoba, Simak Profil dan Perjalanan Karier Aktor Dwi Sasono, Suami Widi Mulia

Kontroversi

Di sejumlah negara, ganja masuk dalam golongan narkotika, walau tidak terbukti bahwa pemakainya menjadi kecanduan, berbeda dengan obat-obatan terlarang jenis lainnya.

Sering kali kita melihat tayangan di televisi atau surat kabar yang memperlihatkan orang ditangkap karena memiliki atau menggunakan ganja atau marijuana, seolah-olah penggunaan narkoba sudah menjadi tren atau gaya hidup anak muda sekarang.

Ganja merupakan salah satu obat terlarang yang penggunaan serta peredarannya telah diatur oleh undang-undang.

Ganja itu sendiri berasal dari tumbuh-tumbuhan sejenis rumput, walaupun ganja adalah sejenis obat tapi tidak dikenal sebagai obat.

Ganja merupakan sejenis narkotika, bagi  yang mengonsumsinya dapat menimbulkan efek tidak sadar, dalam penggunaannya sebagai barang narkotika, ganja biasanya dikonsumsi dalam bentuk rokok atau dimakan.

Dalam mengonsumsi ganja biasanya dicampur dengan jenis minuman keras dan jenis narkotika lainnya.

Sejak jaman dulu ganja sudah digunakan, di India sendiri sering disebut dengan bhang, charas, atau Ghana.

Di negara Mesir disebut dengan hasish, di negara Afrika menyebutnya kef dan di negara maju menyebutnya marijuana.

Biasanya yang menjadi pecandu ganja adalah mereka yang emosinya tidak stabil.

Pernyataan dari Encyclopedia Britanica bahwa akan timbul ilusi atau hal-hal aneh dalam pikiran untuk mereka yang mengisap ganja, biasanya orang yang menghisap ganja akan merasa lapar, haus dan inginnya makanan yang manis.

Seseorang saat menggunakan ganja terlihat bermata sayu, merasa dirinya paling hebat, mengantuk, dan bahkan merasa sedang disiksa.

Kecelakaan di jalan raya banyak sekali terjadi karena pengaruh konsumsi ganja.

Penyalahgunaan pemakaian ganja sering dilakukan kalangan muda, biasanya mereka menggunakan untuk meningkatkan rasa percaya diri.

Orang yang menggunakan ganja tidak dapat mengendalikan tawa dan suka berbicara melantur, dalam kondisi sadar efek dari ganja dapat menyebabkan orang yang mengkonsumsinya memiliki ketakutan berlebih, mengigau, dan bersedih. 

Namun, ada penelitian yang menyebutkan ganja bisa menjadi obat bila diolah secara medis.

Dustin Sulak, seorang profesor bedah, meneliti dan membuat mariyuana untuk digunakan secara medis.

Sulak merekomendasikan beberapa jenis mariyuana kepada para pasiennya dan mendapat hasil yang mengejutkan.

Saat diberikan mariyuana, pasien yang memiliki sakit kronis mengalami perbaikan kondisi dari sebelumnya.

Kemudian pasien dengan multiple sclerosis juga mengalami lebih sedikit kejang otot dibanding sebelumnya.

Bahkan, pasien dengan peradangan usus parah mulai bisa makan lagi.

Penelitian Sulak ini cukup kuat dan menambahkan sejarah panjang manfaat ganja yang dapat digunakan sebagai obat terapeutik.

Namun masalahnya, karena tergolong barang ilegal, sulit untuk dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efektivitas ganja dalam dunia medis.

Efek Ganja Bagi Tubuh

Ganja termasuk ke dalam herba, karena bisa digunakan untuk mengatasi kondisi tertentu selama mengikuti supervisi medis.

Meski demikian, pemakaian ganja sebagai obat masih belum dilegalkan secara hukum oleh pemerintah.

Penggunaan tanaman ganja tanpa didasari oleh indikasi medis dan tidak di bawah pengawasan dokter, dalam hal ini sebatas untuk kesenangan, akan memberikan dampak negatif pada berbagai organ dan juga pada kesehatan penggunanya secara umum.

Beberapa efek ganja bagi tubuh adalah sebagai berikut:

- Paru-paru

Menurut beberapa penelitian, kandungan tar pada ganja hampir tiga kali lipat lebih tinggi dari tar tembakau.

Selain itu, asap ganja juga diduga memiliki kandungan zat penyebab kanker 70% lebih banyak dari asap rokok tembakau.

Oleh karena itu, risiko Anda terkena kanker paru-paru pun semakin tinggi, terutama jika pemakaian ganja dalam waktu lama, meski hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Dan jika Anda merokok dengan campuran ganja dan tembakau, risiko penyakit paru-paru akan lebih tinggi.

- Otak

Terlalu lama menggunakan ganja dapat menyebabkan gangguan pada kemampuan berpikir, kehilangan memori, dan menghambat fungsi otak.

Penelitian dengan memanfaatkan pemindaian MRI otak menunjukkan adanya perubahan struktur di bagian tertentu pada otak pengguna ganja dalam jangka panjang.

Perubahan ini juga memengaruhi kinerja otak.

- Kesehatan mental

Biasa mengisap ganja diduga memperburuk atau meningkatkan risiko kambuhnya gejala psikotik (psikosis) pada penderita skizofrenia.

Selain itu, efek ganja juga bisa menimbulkan halusinasi (melihat hal-hal yang tidak benar-benar ada), delusi (percaya dan meyakini hal-hal yang tidak benar),  rasa cemas, dan serangan panik.

Penggunaan ganja dalam jangka panjang juga memungkinkan seseorang untuk terkena gejala putus obat, yang meliputi insomnia, perubahan mood, dan penurunan nafsu makan.

Risiko ketergantungan ganja juga bisa terjadi.

Risiko terkena psikosis akan lebih tinggi jika Anda mulai menggunakan ganja di usia remaja, atau memiliki riwayat penyakit mental dalam keluarga.

- Sistem peredaran darah

Beberapa saat setelah mengisap ganja, detak jantung Anda akan bertambah 20-50 denyut per menit.

Efek ganja ini berlangsung sampai tiga jam.

Bagi penderita penyakit jantung, detak jantung yang lebih cepat ini bisa meningkatkan risiko serangan jantung.

Selain itu, ganja juga dapat menyebabkan naiknya tekanan darah dalam jangka pendek, risiko perdarahan, dan membuat mata menjadi merah karena pembuluh darah diperlebar.

- Sistem pencernaan

Mengisap ganja dapat menyebabkan rasa menyengat atau sensasi terbakar (rasa perih) di mulut dan tenggorokan.

Untuk ganja yang dikonsumsi secara ditelan (oral) makan dapat menimbulkan mual dan muntah.

Namun pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi, efek ganja justru terlihat dapat mengobati gejala mual dan muntah.

- Sistem kekebalan tubuh

Efek ganja bisa membuat sistem kekebalan tubuh melemah.

Penelitian juga menunjukkan adanya kaitan antara penggunaan ganja dengan meningkatknya risiko terkena penyakit yang dapat melemahkan kekebalan tubuh, seperti HIV/AIDS.

Akibatnya, tubuh menjadi semakin sulit melawan infeksi.

- Kehamilan dan menyusui

Mengisap ganja selama kehamilan dapat memengaruhi perkembangan otak janin, memperlambat pertumbuhan janin, menyebabkan kecacatan dan gangguan pada janin, serta leukemia.

Selain itu, mencampur ganja dan tembakau juga diduga meningkatkan risiko bayi terlahir prematur atau terlahir dengan berat badan rendah.

Ibu yang mengonsumsi ganja ketika menyusui dapat membuat zat kimia dalam mariyuana yang disebut tetrahydrocannabinol (THC) masuk ke dalam ASI.

Akibatnya, pertumbuhan bayi akan terhambat.

Efek ganja selain tidak baik bagi kesehatan juga bisa membuat seseorang terjerat hukum.

Di Indonesia, dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, ganja termasuk dalam narkotika golongan I, yang jika ditanam, dipelihara, dimiliki, atau disimpan, dapat dikenai sanksi pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan denda paling banyak Rp 8.000.000.000,00 (delapan miliar Rupiah).

Artikel ini telah tayang di Tribunnewswiki.com dengan judul Ganja.

Sumber: TribunnewsWiki
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved