VIRUS CORONA DI INGGRIS

Diubah Memakai Masker, 5 Potret Lukisan di Museum Fitzwilliam Inggris Tuai Sorotan

Museum Fitzwilliam di Inggris menjadi sorotan publik di tengah wabah Covid-19. Mengonsep ulang sejumlah karya seni lukis dengan membubuhkan masker.

Instagram @fitzmuseum_uk
Lukisan di Museum Fitzwilliam, Inggris. 

TRIBUNBATAM.id, LONDONMuseum Fitzwilliam di Inggris menjadi sorotan publik di tengah wabah virus Corona atau Covid-19.

Pihaknya diketahui mengonsep ulang sejumlah karya seni lukis dengan tampilan terbaru.

Museum Fitzwilliam memperlihatkan lima potret lukisan terkenal dengan tambahan menggunakan masker.

Konsep baru dari lembaga koleksi seni yang terletak di Cambridge, Inggris tersebut memiliki edisi "Masterpieces 2020".

Tapi tunggu dulu, bukan kemudian lukisannya diubah, melainkan karya ini akan dibuat dalam bentuk kartu ucapan, kartu pos, dan aneka kartu lainnya selama pandemi Covid-19.

Artinya, karya original lukisan tetap dipertahankan, sementara penambahan masker pelindung di sejumlah potret lukisan hanya berupa pengubahan visual untuk kepentingan komersil.

Jadwal Liga Inggris, Man City vs Arsenal, Everton vs Liverpool, Lampard Tak Remehkan Aston Villa

Diketahui selama lockdown diterapkan di Inggris, salah satu yang mendapatkan dampak adalah para pekerja museum.

Tentu penjualan kartu ini diadakan untuk mendukung roda ekonomi museum selama lockdown.

Baca: Wali Kota Bristol Inggris Marvin Rees: Saya Minta Semuanya untuk Melawan Rasisme dan Ketidakdilan

Baca: Patung eks PM Inggris Winston Churchill Dicoret Grafiti Selama Aksi #BlackLivesMatter di London

Sekitar 400.000 pengunjung setiap tahun datang ke museum, namun harus ditutup pada bulan Maret 2020 akibat kebijakan lockdown.

Di museum hanya terdapat sejumlah petugas keamanan.

Beberapa staf konservasi juga masih datang ke museum untuk memeriksa koleksi selama seminggu sekali.

Bagaimana bentuknya?

Diberitakan BBC, Selasa (9/6/2020), ide ini datang dari pertanyaan bagaimana potret manusia dalam lukisan juga dapat terlihat melindungi dirinya sendiri.

Subjek potret lukisan yang memakai masker menjadi lebih hidup dengan mengikuti apa yang sedang dunia hadapi saat ini.

Beberapa di antaranya seperti lukisan John Everett Millais berjudul 'Bridesmaid' telah diperbaharui di mana subjek potret terlihat mengenakan masker bermotif bunga.

Motif bunga yang dipakai ini sengaja dibuat agar sesuai dengan gaun sutra yang dipakai.

Selanjutnya, lukisan 'The Twins' juga telah diperbaharui dengan menampilkan dua subjek potret memakai masker yang sedang berjalan dengan anjing mereka.

Kepada BBC, seorang juru bicara museum menjelaskan bahwa tujuan diadakannya pembuatan konsep baru ini adalah untuk memberikan perspektif unik tentang kehidupan saat ini.

"Desain yang begitu spesial ini diciptakan dalam jangka tertentu dengan perspektif yang unik tentang kehidupan kita saat ini melalui seni yang kita kenal dan cintai," katanya.

Diketahui Museum Fitzwilliam telah menyimpan aneka macam seni rupa dan barang antik berusia lebih dari 200 tahun.

Nama 'Fitzwilliam' dipakai untuk menghormati Viscount Fitzwilliam yang wafat meninggalkan karya seni dan perpustakaannya yang senilai 100.000 Poundsterling (pada masanya, yang terhitung 74.000.000 Pounsterling pada masa sekarang).

Koleksi Fitzwilliam kemudian dihibahkan ke Universitas Cambridge pada tahun 1816.

Terpantau di situsnya, berikut 5 koleksi yang dibuat versi kartu

1. La Liseuse (The Reader) karya pelukis asal Belgia bernama Alfred Emile Leopold Stevens tahun 1860.

2. The Bridesmaid karya John Everett Millais (1851).

3. The Daughter of Sir Matthew Decker, karya seniman Belanda, Jan van Meyer in 1718.

4. The Twins, Kate and Grace Hoare karya John Everett Millais, tahun 1876.

5. Venus and Cupid karya Titziano 'Titian' Vecelli tahun 1555-1565.

Tak Hasilkan Manfaat, Inggris Hentikan Uji Coba Obat Anti Malaria Kepada Pasien Covid-19

Inggris merupakan salah satu negara yang menggelar penelitian untuk menemukan obat atau vaksin virus Corona.

Berbagai uji coba terkait Covid-19 dilakukan Inggris, termasuk dengan melibatkan obat anti-malaria atau hidroksiklorokuin.

Namun kini, Inggris mengumumkan akan menghentikan uji cobanya kepada pasien Covid-19.

Dilansir dari CNN, Jumat (5/6/2020), para peneliti mengumumkan bahwa percobaan pemulihan yang mereka lakukan dengan memasukkan hidroksiklorokuin dalam penelitiannya dinilai tidak menghasilkan manfaat yang diharapkan selama ini.

Adapun percobaan pemulihan yang dimaksudkan adalah percobaan besar yang berbasis di Inggris dengan menyelidiki potensi perawatan virus Corona.

Sementara itu, dalam uji coba lain yang mendaftarkan lebih dari 11.000 pasien dari 175 rumah sakit di Inggris pun akan menghentikan studi ini.

"Kami meninjau data dan menyimpulkan bahwa tidak ada bukti efek yang mengutungkan dari hidroksiklorokuin pada pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 dan memutuskan untuk berhenti mendaftarkan pasien dengan hidroksiklorokuin, dengan efek langsung, dan yang telah ditindaklanjuti pagi ini," ujar Wakil Kepala Penyelidik Persidangan sekaligus profesor di Universitas Oxford, Martin Landray dalam konferensi pers, Jumat (5/6/2020).

Sebagai bagian dari percobaan, 1.542 pasien Covid-19 dipilih secara acak untuk menerima hidroksiklorokuin sebagai pengobatan dibandingkan dengan 3.132 pasien yang menerima perawatan standar yang biasa.

Data menunjukkan bahwa setelah sekitar 28 hari, sebanyak 25,7 persen dari pasien yang menerima hidroksiklorokuin telah meninggal dibandingkan dengan 23,5 persen dari pasien yang menerima perawatan biasa saja.

Landray mengungkapkan, hal tersebut tidak signifikan secara statistik, namun angka tersebut menunjukkan bahwa pemberian hidroksiklorokuin benar-benar tidak ada bukti manfaatnya.

"Saya pikir kita dapat mengatakan bahwa data ini secara meyakinkan mengesampingkan manfaat kematian yang berarti," ujar Landray.

"Kesimpulan kami adalah bahwa perawatan ini tidak mengurangi risiko kematian akibat Covid-19 di antara pasien rumah sakit. Itu jelas memeiliki arti penting yang signifikan terhadap cara pasien dirawat. Tidak hanya di Inggris, namun di seluruh dunia," lanjut dia.

Maju mundur uji coba hidroksiklorokuin

Pekan lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk sementara waktu menghentikan sementara uji coba hidroksiklorokuine karena kekhawatiran seputar keamanan obat dan untuk meninjau data sendiri.

Kemudian pada hari Rabu, setelah ulasan itu, WHO mengumumkan bahwa mereka memutuskan untuk melanjutkan mempelajari hidroksiklorokuin sebagai pengobatan Covid-19 yang potensial dalam uji coba.

Kepala Penyelidik untuk uji coba pemulihan sekaligus profesor di Universitas Oxford, Peter Horby mengatakan, rekan-rekannya dan ia telah diberi tahu WHO mengenai data yang ditemukan dalam uji coba dan keputusan untuk mengakhiri penelitian ini.

"Kami sudah berbicara melalui telepon pagi ini dengan WHO. Mereka akan mengadakan komite mereka untuk mempertimbangkan kembali keputusan mereka berdasarkan peristiwa ini," ujar Horby kepada pers, Jumat (5/6/2020).

WHO mengonfirmasikan, pihaknya telah menerima pemberitahuan dari penyelenggara uji coba pemulihan bahwa tindakan uji coba itu mengakhiri hidroksiklorokuinnya.

"Karena Solidaritas dan Pemulihan adalah dua dari percobaan yang lebih besar, dan terlebih lagi mereka memiliki desain studi yang sangat, sangat mirip, kami telah berhubungan," ujar Kepala Ilmuwan WHO, Dr Soumya Swaminathan.

Swaminathan menambahkan, peneliti uji coba Solidaritas dan Pemulihan memberi tahu WHO mengenai hasil pendahuluan yang telah mereka tanyakan pada pers.

"Kami menunggu untuk melihat analisis data akhir dan publikasi yang akan keluar darinya dan tentu saja komite kami akan mempertimbangkan hasil ini saat kami melanjutkan penelitian," ujar Swaminathan.

"Namun, mereka adalah dua uji coba yang berbeda, dengan protokol mereka sendiri, komite pengawasan mereka sendiri dan oleh karena itu kami akan melanjutkan uji coba dan komite kami akan mempertimbangkan data begitu tersedia," lanjut dia.

Dilansir dari Reuters, Jumat (5/6/2020), uji coba hidroksiklorokuin mendapat dukungan vokal dari Presiden AS Donald Trump.

Menurut para ahli, obat anti-malaria ini dapat menjadi alat yang murah dan tersedia secara luas, jika terbutki berhasil dalam memerangi pandemi yang telah menewaskan hampir 400.000 orang di dunia.

Awal pekan ini, percobaan acak dari University of Minnesota menemukan bahwa obat itu tidak efektif dalam mencegah infeksi pada orang yang terpapar virus Corona.

Puluhan percobaan mencoba berbagai permutasi penggunaan obat terus berlanjut.

(*)

Meski Pemerintah Berencana Buka Rumah Ibadah, Masjid di Inggris Ini Memilih Tak Beroperasi

Ketakutan Dikejar Anjing, Turis Inggris Terjebak di Bak Penampungan Air Selama 6 Hari, Kaki Patah

Singgung Asal Muasal virus Corona, Mantan Ketua MI6 Inggris Sebut Covid-19 Buatan Manusia

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul 5 Potret Lukisan di Museum Fitzwilliam Inggris Diubah Memakai Masker, Ini Alasannya.

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved