HUMAN INTEREST

Cerita Juru Parkir di Batam, Coba Bertahan saat Corona, Dambakan Anak Sekolah Perguruan Tinggi

Bang Udin mengaku tidak mendapat bantuan ketika Pemko Batam gencar-gencarnya membagikan sembako kepada warga terdampak Covid-19.

TribunBatam.id/Ichwan Nur Fadillah
Juru parkir di Kota Batam yang akrab disapa Bang Udin, Senin (15/6/2020). Pandemi Covid-19 berdampak besar pada pendapatannya. 

TRIBUNBATAM.id, BATAM – Dampak pandemi Covid-19 benar-benar dirasakan warga Kota Batam, Provinsi Kepri.

Termasuk Udin. Pria 55 tahun ini yang berprofesi sebagai juru parkir ini mengaku kehilangan hampir sebagian pendapatannya selama wabah virus Corona ini.

Kondisi ini membuat pria yang biasa disapa Bang Udin kesulitan. Sebab, ia harus menanggung seluruh kebutuhan rumah tangga.

“Untuk sekarang, cari Rp 50 ribu saja satu harinya sulit. Paling hanya Rp 20 ribu saya bawa pulang (sejak Covid-19),” katanya kepada TribunBatam.id memulai cerita, Senin (15/6/2020).

Walau hidup seorang diri di Kota Batam, Bang Udin harus mengirim uang kepada istri dan anaknya di kampung.

Beban di pundaknya kian berat dengan anaknya yang masih berusia 6 tahun yang harus ia beri makan, susu dan kebutuhan lainnya.

Juru parkir di Kota Batam, Provinsi Kepri yang akrab disapa Bang Udin, Senin (15/6/2020).
Juru parkir di Kota Batam, Provinsi Kepri yang akrab disapa Bang Udin, Senin (15/6/2020). (TribunBatam.id/Ichwan Nur Fadillah)

Sementara kondisinya sudah tak lagi kuat seperti saat dia muda. Jalannya mulai tertatih sejak salah satu kakinya cedera akibat ditabrak orang tak bertanggung jawab.

“Masih banyak kebutuhan untuk anak saya sekolah. Masih panjang perjuangan saya, sementara istri tak kerja,” sambungnya sambil melihat-lihat kendaraan di sekitar tempatnya berjaga.

Udin mengatakan, penghasilannya sebelum Covid-19 juga tak terlalu banyak. Jika dihitung, dia hanya mendapatkan Rp 50 ribu saja setiap harinya.

Itu pun jika pengunjung tempatnya berjaga sedang ramai. Jika sepi, Udin harus rela membawa pulang recehan.

Tapi, dia tak ingin mengeluh. Baginya, kesulitan adalah bagian dari perjalanan hidup.

“Saya hampir 4 tahun jadi juru parkir. Sebelumnya pekerja kasar di proyek. Sekarang memang berharap dari ini saja (juru parkir),” paparnya lagi.

Dengan kondisinya sekarang, Udin tak ingin anak semata wayangnya mengikuti jejak sang ayah.

Oleh sebab itu, dia bertekad untuk menyekolahkan buah hatinya itu hingga perguruan tinggi. “Itu harapan saya, semoga berjalan lancar,” tambahnya.

Petugas Berjibaku Bersihkan Sisa Pohon Tumbang di Jalan Akses Sei Ladi Batam

Bukan Hanya Bayam, Berikut Daftar Makanan yang Tidak Boleh Dipanaskan Ulang

Walau beberapa waktu lalu Pemerintah Kota Batam sempat membagi-bagikan bantuan sosial untuk warga terdampak Covid-19, Udin mengaku tak mendapatkannya.

Padahal, dirinya ikut terdampak dan memang dalam kondisi sulit.

Tak tahu alasannya, namun Udin tak ingin berpikiran negatif kepada pemerintah. Baginya, dia hanyalah sebagian kecil masalah yang harus diselesaikan pemerintah dalam penanganan Covid-19 saat ini.

“Saya tak ingin yang berwenang itu tambah pusing. Jadi biar saja, yang penting saya sehat dan bisa bekerja. Untuk bantuan, beberapa orang sempat beri saya sembako,” ucapnya.

Jika tak mengenal Udin, kebanyakan orang takut kepadanya. Namun, lelaki ‘bermata satu’ dan gondrong ini dikenal sebagai juru parkir baik hati di lingkungan tempatnya berjaga.

Terpaksa Tidur di Halte Bus

Pandemi Covid-19 benar-benar membuat perekonomian warga terpuruk.

Warga asal Binjai, Sumatra Utara bernama Roy misalnya. Merantau ke Kota Batam sejak 4 tahun lalu, pria 23 tahun itu kini terpaksa tidur di halte yang berlokasi di Nagoya, Kota Batam, Provinsi Kepri.

Penyebabnya, pengurangan karyawan di tempat ia bekerja sebelumnya akibat wabah virus Corona.

Bermodal ijazah SMP, Roy awalnya nekat merantau ke Kota Batam. Ia kerja berpindah-pindah, dari rumah makan hingga kerja galangan, sampai permainan elektronik di kawasan Nagoya, kota Batam.

Semenjak tak memiliki penghasilan, ia diusir oleh pemilik indekos hingga terpaksa tidur di halte bus.

"Hampir 2 bulan lah tidur di jalan - jalan seperti ini," kata Roy saat ditemui TribunBatam.id, Minggu (14/6/2020).

Kondisi tempat tidur Roy dan temannya. Ia terpaksa tidur di halte bus semenjak diberhentikan dari tempatnya bekerja akibat pandemi Covid-19.
Kondisi tempat tidur Roy dan temannya. Ia terpaksa tidur di halte bus semenjak diberhentikan dari tempatnya bekerja akibat pandemi Covid-19. (TribunBatam.id/Himi Heptana)

Roy pun kerap berganti tempat untuk sekedar melepas lelah. Selain di halte bus, ia sering berteduh di bawah pohon rindang yang lokasinya tidak jauh dari halte bus.

Orangtuanya di kampung tidak mengetahui dengan kondisinya di Kota Batam seperti ini.

Ia hanya menunggu hingga kondisi New Normal di Batam benar-benar terealisasi dan kembali mencari kerja.

Untuk melepas rindu di kampung halaman, ia menggunakan salah satu sosial media untuk berkirim pesan melalui warnet.

Soal makan, ia hanya berharap dari pemberian pengendara mobil yang berbaik hati memberi sedikit rezekinya.

Untuk urusan makan, terkadang Roy harus bekerja serabutan di Pasar Tos 3000 hanya untuk mendapat uang Rp 20 ribu.

"Makan nasi sehari sekali, kadang tak makan, hanya gorengan saja," kata Roy.

Roy tidur di halte tidak menggunakan alas, kasur dan selimut. Ia tidur langsung di lantai, pada saat hujan Ia harus berpindah untuk mencari tempat yang bisa digunakan untuk tidur dan terhindar dari hujan.

Untuk mandi Ia menggunakan kamar mandi di satu masjid. Pakaian kotornya, ia letakkan di halte, sedangkan untuk pakaian bersih titip di jasa laundry.

"Pintar-pintar saja bagaimana lah, sambil nunggu keadaan normal kembali," jelas Roy.(TribunBatam.id/Ichwannurfadillah/Himi Heptana)

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved