BREAKING NEWS, Duo Korea Memanas, Korea Utara Ledakkan Kantor Penghubung Perbatasan di Kaesong

"Korea Utara meledakkan Kantor Penghubung Kaesong pada pukul 14:49," kantor juru bicara kementerian Unifikasi Seoul

Penulis: Mairi Nandarson | Editor: Mairi Nandarson
koreaherald.com/foto dari pembaca Yonhap
Asap dari ledakan kantor penghubung dua korea yang dihancur korea Utara Selasa (16/6/2020) siang 

TRIBUNBATAM.id, SEOUL - Situasi di Semenanjung Korea kini memanas setelah Korea Utara dikabarnya menghancur kantor penghubung antar dua Koream di Kaesong, Selasa (16/6/2020) siang.

Korea Utara meledakkan kantor penghubung dengan Korea Selatan di kota perbatasan Kaesong pada hari Selasa (16 Juni), dibenarkan kementerian Unifikasi Seoul.

Ia mengatakan, ledakan terjadi setelah berhari-hari Korea Utara menyampaikan ancaman kepada Korea Selatan.

Ancaman Adik Kim Jong-un yang Membuat Korea Selatan Langsung Gelar Darurat

Ranking Petinju Kelas Berat Versi Ring Magazine, Tyson Fury di Atas Anthony Joshua, Wilder No 4

Daftar Calon Peraih Ballon dOr 2020 versi Goal, Lionel Messi & Cristiano Ronaldo Masih di 3 Besar

"Korea Utara meledakkan Kantor Penghubung Kaesong pada pukul 14:49," kantor juru bicara kementerian itu, yang menangani hubungan antar-Korea, mengatakan dalam satu peringatan yang dikirimkan kepada wartawan.

Kantor berita Yonhap melaporkan bahwa ledakan terdengar dan asap terlihat naik dari kota.

Dikutip dari Korea Herarld, mngutip kantor Kementerian Unifikasi Seoul, Korea Utara menghancurkan kantor tersebut pada pukul 14:49 siang ini.

Tindakan Korea Utara menghancurkan kantor penghubung antar-Korea di Kaesong, membuat hubungan mereka dengan Korea Selatan kembali memanas.

Sebelum penghancuran kantor penghubung ini, Korea Utara, melalui adik Kim Jong-un, Kim yo Jong, sudah mengancam Korea Selatan akan melakukan tindak militer.

Ancaman disampaikan karena Korea Selatan dianggap membiar aksi propaganda yang dilakukan para pembelot dengan mengirim balon-balon berisi pesan propaganda ke Korea Utara.

Korea Utara juga telah meningkatkan retorikanya melawan Korea Selatan dalam serangkaian pernyataan dari para pejabat tinggi termasuk Kim Yo-jong, saudara perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.

Tindakan itu terjadi beberapa jam setelah militer Korea Utara memperingatkan rencana untuk memperkuat kembali daerah-daerah yang dilucuti di sepanjang perbatasan antar-Korea, terus meningkatkan ketegangan di semenanjung itu.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan melalui media pemerintah Korea Utara, Departemen Staf Umum Tentara Rakyat Korea mengungkapkan rencana sedang ditinjau mengenai refortifikasi daerah di sepanjang perbatasan dan dimulainya kembali kampanye propaganda Korea Utara.

"Kami telah menerima pendapat tentang rencana aksi untuk membentengi garis depan di daerah-daerah yang dilucuti berdasarkan perjanjian Utara-Selatan, dan memperkuat kewaspadaan militer terhadap Selatan dari Departemen Front Bersatu dan departemen terkait hubungan dengan musuh," kata pernyataan itu.

Sejak minggu lalu Korea Utara kembali merujuk Korea Selatan sebagai "musuhnya," mengikuti perintah dari pejabat tinggi termasuk Kim Yo-jong untuk memperlakukan kegiatan antar-Korea sebagai "proyek melawan musuh."

Meskipun pernyataan itu tidak merinci daerah-daerah yang dilucuti, telah berspekulasi bahwa daerah-daerah di dalam dan di sekitar kawasan industri Kaesong dan Kumgangsan kemungkinan adalah kandidat.

Kota perbatasan Kaesong memiliki kehadiran militer yang berat sampai pekerjaan dimulai di kawasan industri pada tahun 2003, karena daerah tersebut dianggap memiliki nilai strategis tinggi untuk invasi lintas batas.

Daerah di sekitar Kumgangsan juga memiliki kehadiran militer yang kuat sebelum resor ini dibangun untuk pariwisata lintas batas.

Pengaktifan kembali kawasan industri Kaesong dan pariwisata di Kumgangsan dikatakan tinggi dalam daftar prioritas Utara dalam pembicaraan dengan Seoul dan Washington.

Kompleks industri telah ditutup sejak 2016 setelah uji coba senjata nuklir oleh Korea Utara, dan tur ke Kumgangsan dihentikan pada 2008 setelah seorang turis Korea Selatan ditembak mati oleh seorang prajurit Korea Utara.

“Pendapat untuk bekerja sama secara aktif dengan upaya distribusi selebaran skala besar yang diharapkan dari semua lapisan masyarakat, dengan membuka banyak daerah di sepanjang bagian depan daratan dan laut barat daya dan menyiapkan langkah-langkah keselamatan, telah diterima,” kata pernyataan itu, menambahkan bahwa terkait rencana akan diserahkan ke Komisi Militer Pusat Partai Buruh Korea.

"Militer kita akan dengan cepat dan menyeluruh menjalankan keputusan apa pun yang dibuat oleh partai dan pemerintah."

Kementerian Unifikasi Korea Selatan menanggapi perkembangan Selasa dengan mengulangi posisi Seoul bahwa kedua belah pihak harus mematuhi perjanjian antar-Korea.

"Korea Selatan dan Korea Utara perlu melakukan upaya untuk mematuhi perjanjian antar-Korea," kata seorang pejabat Kementerian Unifikasi.

Ancaman Korea Utara

Sebelumnya, ancaman dilontarkan adik Kim Jong Un, Kim Yo Jong tidak dianggap angin lalu lalu oleh Korea Selatan.

Tidak lama setelah Kim Yo Jong menyampaikan ancaman terkait aksi propaganda di perbatasan kedua negara yang dilakukan oleh para pembelot dari Korea Utara, Korsel langsung menggelar rapat darurat.

Ancaman Korea Utara yang disampaikan Kim Yo Jong dianggap sebagai ancaman serius, karena melibatkan militer.

Sebelumnya adik Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, Kim Yo Jong, yang berperan sebagai penasihat sang kakak, Sabtu (13/6/2020) menyebut negara tetangga mereka sebagai "musuh".

Kim Yo Jong melontarkan ancaman buntut aktivitas pembelot Korea Utara, yang menyebarkan selebaran anti-Pyongyang di perbatasan Korea Selatan.

Bahkan, adik Kim Jong Un itu menyatakan bakal memercayakan militer untuk memberikan pembalasan terhadap Negeri "Ginseng".

"Saya memberi instruksi kepada departemen bersenjata wewenang menangani masalah dengan musuh untuk menentukan sikap," jelas Kim yunior.

Dilansir New York Post Minggu (14/6/2020), merespons ancaman Pyongyang, Direktur Keamanan Nasional Chung Eiu-yong menggelar rapat darurat.

Berdasarkan keterangan kantor kepresidenan, Chung melakukan konferensi video bersama kementerian yang mengurusi keamanan dan para jenderal militer.

Kementerian Unifiksi, yang secara khusus mengurus relasi dengan Korea Utara, kemudian menyatakan mereka "menganggap ancaman tersebut serius".

"Utara dan Selatan harus menghormati perjanjian antar-Korea yang sudah disepakati," jelas kementerian unifikasi dalam rilis resmi.

Sementara kementerian pertahanan menuturkan, mereka akan memantau pergerakan militer negara tetangga sembari mempersiapkan respons.

Selama dua pekan terakhir, Kim Yo Jong terus melontarkan ancaman kepada Seoul, di mana dia sebelumnya menyatakan akan memutuskan hubungan.

Selain itu, dia juga melontarkan serangan bakal merusak kantor perwakilan gabungan dua Korea yang berada di kawasan Kaesong.

Tak hanya itu, jajaran pejabat Korut yang lain juga menyerang Amerika Serikat (AS), dan terjadi di peringatan dua tahun pertemuan perdana Kim Jong Un dan Presiden Donald Trump.

Para pakar berpendapat, serangan demi serangan yang diberikan oleh Korea Utara merupakan bentuk rasa frustrasi negara komunis tersebut.

Sebabnya, tidak ada perkembangan signifikan dalam perundingan denuklirisasi dengan AS, yang dimotori Presiden Korsel Moon jae-in.

Perundingan denuklirisasi tersebut kolaps dalam pertemuan kedua Kim dan Trump yang diselenggarakan di Hanoi, Vietnam, Februari 2019.

Ancam Batalkan Perjanjian Militer

Sebelum, Kim Yo Jong juga melontarkan ancaman kepada Korea Selatan, yang akan membatalkan perjanjian militer.

Korut juga mengancam akan menutup kantor penghubung lintas-perbatasan, kecuali Seoul menghentikan para aktivis mereka yang membagikan selebaran anti-Pyongyang di atas perbatasan dua negara itu.

Pernyataan itu dikeluarkan oleh adik perempuan pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong Un, yakni Kim Yo Jong, sebagaimana dilansir media Perancis AFP.

Pernyataan itu hadir di tengah hubungan beku mendalam antara Korea Utara dan Korea Selatan meski tiga pertemuan antara Kim Jong Un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae In pernah berlangsung pada 2018.

Para pembelot Kora Utara dan aktivis lainnya telah lama membagikan selebaran yang mengkritik Kim Jong Un atas pelanggaran hak asasi manusia dan ambisi nuklirnya.

"Pihak berwenang Korea Selatan akan dipaksa untuk membayar mahal jika mereka membiarkan situasi ini berlanjut sambil membuat berbagai alasan," kata Kim Yo Jong dalam sebuah pernyataan yang dilaporkan oleh kantor berita resmi KCNA.

Kim Yo Jong menyebutkan, para pembelot itu "sampah manusia" dan "anjing sampah" yang mengkhianati tanah air mereka.

Dia juga mengatakan sudah waktunya meminta pertanggung jawaban pemerintah Korea Selatan.

Kim Yo Jong mengancam akan membatalkan perjanjian militer dan menutup kantor perbatasan yang ditandatangani Moon Jae In ketika hadir di Pyongyang pada 2018 dalam rangka menghapus tensi perbatasan.

Namun, kebanyakan kesepakatan yang disetujui dari rapat kedua belah pihak masih belum dilaksanakan, dengan Pyongyang yang memutuskan hubungan dengan Seoul menyusul runtuhnya pertemuan antara Kim dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Hanoi, Vietnam, tahun lalu untuk membicarakan diskusi tentang nuklir yang terhenti.

Operasional di kantor perbatasan juga ditangguhkan karena wabah virus corona dan Korea Utara telah melakukan puluhan tes senjata sejak perjanjian militer ditandatangani.

Kim Yo Jong juga mengancam akan menarik diri secara permanen dari proyek-proyek gabungan dengan Korea Selatan, termasuk proyek Taman Industri Kaesong dan wisata Gunung Kumgang.

Kedua proyek itu merupakan pundi-pundi uang untuk Korea Utara yang telah ditangguhkan bertahun-tahun karena adanya sanksi AS akibat program senjata dan nuklir Korut.

sumber: channelnewsasia.com, koreaherarld.com

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved