Terkait Aksi Protes 'Rasisme' George Floyd di Inggris, Boris Johnson Bentuk Lembaga Khusus

Berbagai aksi protes terkait Black Lives Matter juga terjadi di Inggris. Boris Johnson menanggapi dengan membentuk lembaga sendiri terkait rasisme.

newsthump.com
PM Inggris Boris Johnson bentuk lembaga tanggapi aksi protes rasisme di negaranya. 

TRIBUNBATAM.id, LONDON - Berbagai aksi protes terkait Black Lives Matter juga terjadi di Inggris.

Menanggapi hal ini, Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson turut mencari cara terbaik untuk mengatasi dampaknya.

Ia dikabarkan tengah membentuk sebuah badan atau lembaga untuk menyelidiki hal rasialisme di Inggris.

Dalam pernyataannya di Telegraph pada Senin (15/6/2020) Johnson sebagaimana dilansir AFP mengatakan, "banyak hal yang harus dikerjakan" untuk menangani rasisme meski pun perkembangannya besar dan berpendapat bahwa masalah yang harus ditangani adalah intinya, bukan simbolnya.

Hal itu merujuk pada demonstrasi Black Lives Matter di berbagai kota di Inggris sejak kematian pria kulit hitam di Amerika Serikat, George Floyd di tangan seorang petugas polisi Minneapolis pada 25 Mei lalu.

Pada Sabtu kemarin, sekelompok orang sayap kanan berkumpul di London untuk melakukan aski unjuk rasa anti rasisme.

Jadwal Belajar dari Rumah TVRI Selasa 16 Juni 2020, Cerita Rakyat, Bahasa Inggris hingga Dokumenter

"Ini waktunya untuk membentuk badan (lembaga) lintas pemerintah untuk menyelidiki semua aspek ketidaksamaan, dalam pekerjaan, bidang kesehatan, akademik dan aspek hidup lainnya," tulis Johnson di artikel yang dipublikasikan Minggu kemarin oleh Telegraph.

"Kita harus menangani substansi masalahnya, bukan simbolnya."

Para demonstran telah menyerukan agar patung-patung figur bersejarah diturunkan. Sementara patung pedagang budak di abad 17, Edward Colston di Bristol telah disasar massa dan dibuang ke pelabuhan oleh massa.

Edward Colston adalah sosok yang membangkitkan pergerakan Black Lives Matter di Inggris.

Namun, untuk patung pemimpin perang Winston Churchill yang dianggap beberapa aktivis sebagai sosok rasis, PM Johnson bersikeras agar patung itu tetap berada di tempatnya, di luar gedung perlemen Inggris di Westminster.

"Kita perlu membahas masa sekarang ini, bukan menulis ulang kejadian masa lalu. Dan itu artinya kita tidak bisa dan tidak harus berada dalam debat kusir tentang figur patung yang murni atau pun benar secara politis menurut publik," tulis PM Johnson.

Johnson juga berjanji bahwa dia akan semaksimal mungkin menjaga patung Winston Churchill agar tetap berada di tempatnya.

Dia menyarankan bahwa daripada merobohkan patung, lebih baik membangun figur lain yang dianggap layak untuk dijadikan peringatan oleh generasi saat ini.

PM Johnson sendiri merupakan sosok yang diberi label 'rasis' oleh sebuah artikel di Telegraph pada 2002.

Dia pernah menyebut orang kulit hitam sebagai 'negro' dan 'semangka tersenyum', merujuk pada sejarah perbudakan dulu, orang kulit hitam memakan semangka sebagai simbol kemerdekaan.

Protes Anti Rasisme Juga Terjadi di Inggris, PM Boris Johnson Peringatkan Soal Ekstremis

Aksi anti rasisme tak hanya terjadi di Amerika Serikat, melainkan juga di Inggris.

Bahkan di Inggris cukup berakhir ricuh saat para demonstran menggulingkan patung Edward Colston dan monumen lainnya.

Menanggapi hal ini, Perdana Menteri Inggris yakni Boris Johnson memberikan peringatannya.

Pada Jumat (12/6/2020), Boris Johnson memperingatkan bahwa protes anti rasisme telah dibajak oleh ekstremis yang menyerang monumen nasional sebagai upaya untuk 'menyensor masa lalu Inggris'.

"Ini jelas bahwa pemrotes sayangnya telah dibajak oleh para ekstremis yang bermaksud melakukan kekerasan," ungkap Johnson pada sebuah pernyataan yang diunggah di Twitter.

Polisi telah menutupi patung-patung terkemuka di sekitar London jelang gelombang baru demonstrasi dan aksi unjuk rasa pada akhir pekan ini.

Sebuah patung dari tokoh terkenal, Winston Churchill di luar gedung parlemen telah dirusak pada akhir pekan lalu saat demonstrasi Black Lives Matter dipicu oleh kematian George Floyd di Amerika Serikat pada 25 Mei lalu.

Johnson menyebut penargetan terhadap patung Churchill "tidak masuk akal dan memalukan".

" Patung Winston Churchill di Lapangan Parlemen merupakan pengingat dan penghargaan terhadapnya yang telah menyelamatkan negeri ini dan seluruh Eropa dari fasisme dan tirani rasis," ungkap Johnson yang mengelompokkan pemimpin perang itu sebagai salah satu pahlawannya.

"Ya, terkadang dia mengekspresikan pendapat yang tidak bisa diterima oleh kita hari ini tapi dia adalah pahlawan dan pantas untuk dikenang," tulis Johnson sebagaimana dilansir media Perancis AFP.

Para pemrotes menyalahkan Churchill atas kebijakan-kebijakannya yang mengarah pada kematian akan jutaan orang selama krisis kelaparan di Bengal, India pada 1943.

"Kini kita tidak bisa menyensor masa lalu. Kita tidak bisa berpura-pura memiliki sejarah yang berbeda," ungkap Johnson.

"Patung-patung di kota-kota dan daerah-daerah kita telah dipajang oleh generasi-generasi sebelum kita," pungkasnya

Meski Pemerintah Berencana Buka Rumah Ibadah, Masjid di Inggris Ini Memilih Tak Beroperasi

Sama seperti warga negara lainnya, umat muslim di Inggris juga merasakan dampak besar dari wabah virus Corona atau Covid-19.

Terbaru, Inggris berencana untuk membuka rumah ibadah di seluruh negaranya.

Keputusan ini mendapatkan respon bertolak belakang dari imam besar di Inggris.

Seorang imam besar di Inggris menyarankan untuk tidak membuka masjid hingga kondisi memungkinkan untuk salat berjamaah.

Pemerintah diperkirakan akan mengumumkan gereja, masjid, dan sinagoge bisa beroperasi kembali mulai 15 Juni mendatang, dikutip dari BBC.

Tetapi karena masjid-masjid fungsi utamanya untuk salat berjamaah, para tokoh Muslim menilai bahwa rencana tersebut kurang jelas.

Imam Qari Asim mengatakan pembukaan ini akan menyebabkan risiko yang lebih besar.

Sementara itu, pernikahan diperkirakan masih dilarang menyusul aturan yang akan ditetapkan perdana menteri beserta kabinet pada Selasa mendatang.

Namun di negara bagian Irlandia Utara, tempat ibadah sudah mulai beroperasi.

Sedangkan Skotlandia dan Wales masih belum melakukan hal tersebut.

Pemerintah pusat mengatakan setiap perubahan aturan bergantung dengan lima syarat untuk melonggarkan kuncian.

Ketua Dewan Penasihat Nasional Masjid & Imam (MINAB), Imam Asim meminta masjid agar tidak dibuka dulu hingga kondisi aman terlebih untuk salat berjamaah.

"Perbedaan mendasar antara masjid dan beberapa tempat ibadah lainnya adalah bahwa masjid pertama dan terutama digunakan untuk sholat berjamaah."

"Salat secara pribadi dapat dilakukan di mana saja, terutama di rumah-rumah. Dengan demikian, membuka masjid pada 15 Juni akan menyebabkan lebih banyak tantangan bagi masjid dan imam karena harapan dari masyarakat adalah untuk memulai kembali ibadah kolektif," jelas Imam Asim.

Sekretaris jenderal Dewan Muslim Inggris, Harun Khan juga menilai bahwa masyarakat perlu edukasi lebih jelas terkait inisiatif pemerintah tersebut.

Sehingga pesannya tidak ambigu dan masyarakat tetap berpegang pada pedoman kesehatan.

"Masjid disediakan terutama untuk ibadah jamaah, sehingga saat ini ada ketidakpastian dan keprihatinan yang signifikan dari para pemimpin masjid tentang bagaimana peraturan baru benar-benar dapat diterapkan," kata Harun Khan.

Khan menambahkan bahwa MCB, payung dari asosiasi Muslim, telah berkonsultasi dengan masyarakat di seluruh negeri dan jelas perencanaan proaktif tentang membuka kembali masjid telah terjadi.

MINAB juga telah meminta pemerintah untuk mengizinkan kelompok kecil untuk shalat lima waktu di masjid-masjid.

Di sisi lain Uskup Agung Wesminister dan Katolik Roma paling senior di Inggris dan Wales, Kardinal Vincent Nichols berterima kasih karena tempat ibadah jadi langkah pelonggaran kuncian yang pertama.

Dia memastikan jamaat akan menuruti aturan pembatasan sosial, setidaknya dengan dibukanya gereja masyarakat akan kembali berhubungan dengan tempat ibadah.

Namun dia menambahkan bahwa tidak setiap gereja Katolik akan dibuka pada 15 Juni nanti.

"Keputusan dan ketentuan lokal harus memimpin proses ini," katanya.

Juru bicara Perdana Menteri mengatakan, Johnson menilai masyarakat perlu memiliki ruang beribadah dan berdoa.

Inggris duduk di posisi kelima negara dengan kasus infeksi Covid-19 tertinggi di dunia.

Worldometers pada Senin (8/6/2020) mencatat 286.194 infeksi dengan 40.542 kematian.

Sementara itu angka kesembuhannya tidak tercatat.

(*)

Jelang Liga Inggris Chelsea Pesta 7 Gol vs QPR, Billy Gilmour dan Loftus-Cheek Catat Brace

Jadwal Liga Inggris Pekan Ini, Big Match! Man City vs Arsenal, Spurs vs Man United, Live Mola TV

Dampak Berlakukan Lockdown, Ekonomi Inggris Anjlok 20,4 Persen Pada April 2020

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Selidiki Ketidakadilan Ras, PM Inggris Ingin Bentuk Sebuah Lembaga".

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved