Dexamethasone Muncul Ketika Pandemi Virus Corona, Diklaim Kurangi Risiko Kematian Karena Covid-19

Dexamethasone merupakan steroid generik yang banyak digunakan pada penyakit lain untuk mengurangi peradangan.

AFP/Justin Tallis
Seorang apoteker memegang sekotak tablet dexamethasone di sebuah toko kimia di London. Steroid dexamethasone pada Selasa (16/6/2020) diperlihatkan sebagai obat pertama yang secara signifikan mengurangi risiko kematian pada kasus pasien COVID-19 yang parah. Uji coba ini dipuji sebagai "terobosan besar" dalam perang melawan Covid-19. 

TRIBUNBATAM.id, LONDON- Apakah Anda pernah mendengar obat dexamethasone?

Saat ini dunia tengah heboh membahas mengenai dexamethasone.

Hal itu lantaran obat ini diklaim mampu mengobati pasien yang terinfeksi virus corona (Covid-19).

Dexamethasone merupakan steroid generik yang banyak digunakan pada penyakit lain untuk mengurangi peradangan.

Dikutip dari laman Indian Express, Kamis (18/6/2020), ada sebuah terobosan besar yang dihasilkan para Ilmuwan di Inggris dalam melakukan penelitian terkait pengobatan terhadap mereka yang terinfeksi penyakit ini.

UPDATE Corona Dunia Kamis (18/6): Tembus 8,3 Juta, Indonesia 41.431, Singapura 41.216

Data Corona 34 Provinsi Indonesia Kamis (18/6) Pagi, Total 41.431, Sembuh 16.243, Meninggal 2.276

Para ilmuwan ini mengklaim bahwa obat steroid generik ini mampu mengurangi angka kematian hingga sepertiga jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit negara itu.

Hasil dari penelitian ini merupakan bagian dari uji coba RECOVERY yang berbasis di Inggris.

Satu kotak obat injeksi dexamethasone dipotret di sebuah toko kimia di London pada 16 Juni 2020. dexamethasone pada hari Selasa diperlihatkan sebagai obat pertama yang secara signifikan mengurangi risiko kematian di antara kasus COVID-19 yang parah, dalam hasil percobaan dipuji sebagai
Satu kotak obat injeksi dexamethasone dipotret di sebuah toko kimia di London pada 16 Juni 2020. dexamethasone pada hari Selasa diperlihatkan sebagai obat pertama yang secara signifikan mengurangi risiko kematian di antara kasus COVID-19 yang parah, dalam hasil percobaan dipuji sebagai "terobosan besar" dalam perang melawan penyakit ini. (Arman SOLDIN / AFP)

RECOVERY menjadi salah satu uji coba obat yang dilakukan secara random dan terbesar di dunia untuk mengobati pasien corona.

Namun sebenarnya ini adalah penelitian yang sama yang dilakukan pada awal bulan ini dan menunjukkan bahwa obat malaria yakni hydroxychloroquine (HCQ) tidak memiliki dampak yang baik bagi pasien virus tersebut.

Dalam uji coba yang dipimpin oleh tim dari Universitas Oxford itu, sebanyak 2.104 pasien telah diberikan dexamethasone.

Kondisi mereka pun langsung menunjukkan perubahan yang positif jika dibandingkan dengan 4.321 pasien lainnya yang tidak menerima obat.

Detik-detik Wanita Tewas Bersimbah Darah Setelah Menabrak Pintu Kaca Kantor Bank

Uya Kuya Sebut Nino Kuya Bukan Anak Kandungnya, Adik Cinta Mau Kabur dari Rumah: Dari Awal dah Lihat

Terkait perkembangan penelitian terhadap dexamethasone, obat ini terbukti mengurangi risiko kematian sepertiga pasien yang menggunakan ventilator.

Sedangkan bagi pasien yang menggunakan oksigen, obat ini diklaim mengurangi risiko kematian hingga seperlima dari total jumlah pasien yang diteliti.

Seperti yang disampaikan seorang dokter dari Universitas Oxford yang memimpin penelitian ini, Peter Horby.

"Sejauh ini, dexamethasone adalah satu-satunya obat yang telah terbukti mengurangi angka kematian secara signifikan. Ini adalah terobosan besar," kata Horby.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved