Suhu Politik Malaysia Kembali Memanas Setelah Anwar Ibrahim Tolak Mahathir Mohamad

Dua politis senior Malaysia ini dikabarkan memasuki babak baru dalam pasang surut relasi keduanya.

Editor: Eko Setiawan
AFP/MOHD RASFAN
Mahathir Mohamad (kanan) bersama tokoh politik Anwar Ibrahim (tengah) dan Menteri Dalam Negeri Muhyiddin Yassin pada 1 Juni 2018. 

Trump dan pejabat-pejabat tinggi di pemerintahannya, seperti Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, juga menuduh Beijing tidak transparan atas peringatan dini wabah virus Corona.

Robert O'Brien penasihat keamanan nasional Trump, pada Mei menyamakan dugaan China yang tidak terbuka tentang virus Corona seperti upaya Uni Soviet menutup-nutupi kehancuran pembangkit listrik tenaga nuklir di Chernobyl pada 1986.

Namun Mahathir membela China, meski ia setuju "jika melihat ke belakang" seharusnya pemerintah "Negeri Tirai Bambu" bisa menangani situasi lebih baik.

"Jika ini terjadi di Malaysia, dan kami menemukan seseorang menderita penyakit aneh, kami tidak pergi ke kota dan berkata 'Oh ada penyakit aneh di sini!'."

"Orang-orang China dalam ancaman, Mereka harus mencari tahu dulu, dan ketika mereka sedang menyelidikinya, mereka tidak sadar bahwa itu akan mengakibatkan pandemi."

Mahathir lalu memuji respons Malaysia terhadap pandemi Covid-19, mengapresiasi keberhasilan rekan-rekannya di pemerintahan yang sukses membuat warga "taat hukum" sejak lockdown parsial dimulai 18 Maret sampai pekan lalu.

Lockdown parsial Malaysia sedang dilonggarkan bertahap, dan dijadwalkan akan dicabut sepenuhnya pada akhir Agustus.

Lebih dari 8.400 orang telah terinfeksi virus Corona di "Negeri Jiran", dengan 85 persen pasien dipulangkan dan korban meninggal mencapai 120 orang.

Menurut Mahathir, rendahnya jumlah kasus Covid-19 di Malaysia dibandingkan AS dan negara-negara Eropa lainnya, karena kedisiplinan para rakyatnya.

Dia memperkirakan aturan-aturan ketat yang dijalankan di Malaysia, tidak akan bisa diterapkan di "Negeri Paman Sam".

"Ini tidak mungkin dilakukan di Amerika. Di Amerika ini tentang kebebasan. 'Anda tidak bisa menyuruhku tidak keluar rumah. Itu adalah kebebasanku'."

"Seperti yang Anda lihat sekarang, negara-negara miskin tampak mulai terbebas dari virus Corona - negara-negara kaya yang menderita."

"Seperti Malaysia yang miskin, tetapi kami memiliki beberapa fasilitas dan orang-orang yang sangat taat hukum."

Ketika ditanya tentang efek jangka panjang pandemi, Mahathir menekankan istilah globalisasi.

"Ketika mereka memperkenalkan globalisasi, dunia tanpa batas, mereka hanya memikirkan bagaimana dapat menjual barang ke seluruh dunia."

"Tetapi sekarang mereka telah sadar bahwa dunia sebenarnya adalah satu. Dari segi penyakit, sebenarnya hanya satu lokasi."

"Anda tidak dapat menghindar dan berkata 'Omong-omong, Amerika punya parit yang sangat dalam di Timur dan Samudra Pasifik di Barat'."

"Sekarang suka atau tidak, tidak mungkin mengisolasi dirimu sendiri, Anda adalah bagian dari satu desa."

"Gagasan tentang global village seharusnya tidak dalam hal ekonomi saja, tetapi juga dalam hal kebutuhan untuk menjaga kesehatan seluruh dunia."

(*)

 Industri di Malaysia dan Singapura Tutup, Perusahaan di Batam Buka Lowongan Kerja

 Ingat Sunda Empire? Dua Anak Pendirinya Kini Ditahan Malaysia, Foto di Paspor Bikin Bingung Imigrasi

 88 Meninggal, Demam Berdarah di Malaysia Tembus 50.511 Kasus di Tengah Wabah Covid-19

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Anwar Ibrahim Tolak Mahathir sebagai Calon PM Pakatan Harapan".

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved