BATAM TERKINI
Asal Tidak Ditutup, Pedagang Pasar Tos 3000 Batam Sambut Baik Penataan Pasar, Omzet Menurun Drastis
Pedagang Tos 3000 menyambut baik kebijakan pengelola pasar melakukan pengukuran dan pemotongan meja dagangan agar physical distancing jalan
TRIBUNBATAM.id, BATAM - Pedagang Pasar Tos 3000 Batam cukup kooperatif dalam menjalankan aturan pengelola serta Pemerintah Kota Batam dalam hal physical distancing.
Terbukti, pada Selasa (23/6/2020) lalu, ketika pihak pengelola melakukan pengukuran dan pemotongan meja dagangan, sebagian besar pedagang menyambut baik. Bahkan ada pula yang bersedia memotong sendiri meja dagangannya.
Ditemui di lokasi, seorang pedagang yang menjual barang pecah belah di Pasar ToS 3000 mengaku, menerima aturan pengelola yang bertujuan memperlebar akses jalan pasar.
Pedagang bernama Syamsimar itu menunjukkan, area lapak dagangannya menjadi jauh lebih sempit ketimbang biasanya.
"Ya, memang kemarin ada pemotongan. Meja saya ini, tidak dipotong tapi digeser jadi lebih rapat, biasanya lebih luas dari ini," ungkap Syamsimar, pada Rabu (24/6/2020).
• Sempat Nihil, Ada Empat Kasus Baru PDP di Karimun, Hasil Swab Belum Keluar
• Nongsa Jadi Percontohan New Normal Pariwisata, Pengelola Pelabuhan Nongsa Pura Batam Sambut Positif
Menurutnya, kebijakan dari pengelola, para pedagang wajib memotong atau menyesuaikan lapak meja dagangannya maksimal ukuran 180cm x 120cm. Apabila ada yang keberatan, maka konsekuensinya ada diminta libur berjualan hingga 40 hari.
"Disuruh potong, kalau tidak potong, prei 40 hari," ujar Syamsimar.
Dia sendiri cukup mendukung upaya yang dilakukan pihak pengelola dan Pemerintah Kota Batam dalam penataan ulang Pasar ToS 3000. Baginya, lapak dagangan diperkecil adalah lebih baik dibanding tidak diperbolehkan jualan.
"Kami semua pokoknya mendukung saja, asalkan masih bisa jualan," tambah Syamsimar.
Sebab, selama pandemi ini, mencari uang untuk sesuap nasi saja sukar. Selama berdagang, baru kali ini ia dihantam kesulitan ekonomi yang terparah.
Biasanya, di situasi normal, ia bisa memperoleh pemasukan paling banyak Rp 3 juta sehari dari menjual barang-barang pecah belah. Namun semenjak Covid-19 melanda, penghasilannya bisa hanya Rp 40 ribu per hari.
"Masa sekarang ini, pengunjung sudah berkurang, biasanya datang dari Singapura dan Malaysia, tapi karena lockdown jadi sepi.
Apalagi, banyak berita tentang Covid-19 di pasar ini, pembeli jadi pada kabur kan, tidak mau membeli di sini," keluh Syamsimar.
Ia sendiri miris melihat banyak masyarakat yang kesulitan ekonomi lebih parah dibanding dirinya. Menurutnya, pada siang hari, biasanya ada beberapa orang yang menunggu pasar tutup, kemudian memungut sayur-sayuran yang jatuh ke tanah demi dapat makan.
"Sering saya lihat di sini, orang-orang memungut buah, sayur, dan bawang yang jatuh. Miris lihatnya," ujar Syamsimar.