Korea Utara Ancam Ubah Perbatasan Jadi Benteng Pertahanan, Korea Selatan Tak Ambil Pusing

Korea Utara mengancam akan menjadikan perbatasan antar-Korea sebagai benteng pertahanannya. Pelajari rencana untuk masuki kembali zona demiliterisasi.

(AFP/ED JONES)
ZONA DEMILITERISASI - Dalam foto ini terlihat seorang prajurit Korea Utara berpose di Zona Demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea. Suasana konflik Korea Utara dengan Korea Selatan kian memanas, ancam terkait benteng pertahanan. 

TRIBUNBATAM.id, PYONGYANG - Ketegangan antara Korea Utara dengan Korea Selatan yang kembali terjadi menjadi sorotan dunia.

Terbaru, Korea Utara mengancam akan menjadikan perbatasan antar-Korea sebagai benteng pertahanannya.

Semua itu disampaikan langsung oleh Staf Umum Tentara Rakyat Korea (KPA).

Mereka mengatakan telah mempelajari rencana untuk memasuki kembali zona demiliterisasi di bawah pakta antar-Korea, seperti diberitakan Kontan, Rabu (24/6/2020).

Setelahnya, mereka akan mengubah garis depan menjadi benteng.

Diberitakan sebelumnya, diam-diam militer Korea Utara terus bergerak.

Moncong Artileri Korea Utara Terbuka dan Mengarah Ke Korea Selatan, Pertanda Siap Berperang?

Kontan memberitakan militer Korsel melihat dua moncong artileri Korut dalam keadaan terbuka dan mengarah ke Korsel.

Hal itu memunculkan kekhawatiran akan terjadinya perang, meski tak ada rincian artileri jenis apa yang dimaksud.

Akan tetapi, pihak Korea Selatan tak telalu ambil pusing.

Menurut sumber Yonhap di Pemerintahan Korea Selatan, moncong artileri Korut terbiasa dibuka dan ditutup.

Alih-alih bersiap perang, hal itu bisa saja dilakukan untuk merawat artileri.

Menrutnya, buka tutup moncong artileri bisa dilakukan untuk menghilangkan kelembaban.

"Tapi, (moncong artileri) itu adalah kegiatan yang sering dibuka dan ditutup oleh militer Korea Utara.

Ada kemungkinan moncong terbuka untuk menghilangkan kelembaban atau untuk pekerjaan ventilasi," ujar sumber yang tak disebutkan namanya itu.

Pergerakan militer Korea Utara tak berhenti di situ.

Kim Jong Un mengirim tentara dalam kelompok kecil ke pos-pos penjagaan yang ada di Zona Demiliterisasi.

Mereka melakukan pembersihan semaksemak dan pemeliharaan jalan di perbatasan.

"Pos penjagaan dan kotak pengintaian jelas merupakan fasilitas untuk keperluan militer," kata sumber itu, Minggu (21/6/2020).

Meski demikian, Korea Selatan tetap melakukan pengawasan.

"Jadi, wajar kalau ada gerakan militer di balik itu (pengiriman tentara untuk pembersihan semak-semak). Tapi, kami terus mengawasi mereka".

Siarkan Propaganda, Korea Utara Mulai Pasang Pengeras Suara di Perbatasan Korea Selatan

Ketegangan antara Korea Utara dengan Korea Selatan rupanya terus berlanjut.

Terbaru, Korea Utara mulai memasang lagi pengeras suara untuk menyiarkan propaganda mereka.

Pengeras suara yang dipasang di perbatasan dengan Korea Selatan itu diketahui sempat dicabut pada 2018 lalu.

Dalam pertemuan 2018 di Panmunjom, Presiden Korsel Moon Jae-in dan Pemimpin Korut Kim Jong Un sepakat untuk menghentikan segala permusuhan.

Upaya pengurangan itu antara lain dengan mencabut pengeras suara yang menyebarkan pesan propaganda, dan menghentikan penyebaran pamflet.

Berdasarkan keterangan militer Korea Selatan, Korea Utara terdeteksi memasang loudspeaker itu "di beberapa titik" Zona Demiliterisasi sejak Minggu (21/6/2020).

"Kami mendeteksi langkah mereka di 10 kawasan, yang dilakukan secara simultan," jelas kantor Kepala Staf Gabungan, dikutip Yonhap Senin (22/6/2020).

Sementara kementerian pertahanan menerangan, mereka memonitor setiap pergerakan Pyongyang, dan menegaskan siap mengambil tindakan jika diperlukan.

Salah satu sikap yang dipertimbangkan adalah memasang juga loudspeaker mereka, yang diketahui dilepas setidaknya di 40 titik.

Langkah Korut memasang lagi pengeras suara terjadi di tengah keterangan dengan negara tetangga selama sekitar dua pekan terakhir.

Pada Selasa pekan lalu (16/6/2020), negara komunis tersebut meledakkan kantor perwakilan gabungan dengan Korsel yang berlokasi di Kaesong.

Penghancuran itu disusul ancaman bahwa mereka siap mengerahkan militer ke perbatasan, selain menyebut Seoul sebagai "musuh".

Berbagai ancaman Korea Utara muncul karena mereka menganggap Seoul tidak becus menangani aktivitas para pembelot di perbatasan.

Para pembangkang Korut sering mengirim barang, maupun menyebarkan selebaran berisi kecaman dan tudingan bahwa Kim Jong Un adalah pelanggar HAM.

Usai Korea Utara Ledakkan Kantor Kaesong, Menteri Unifikasi Korea Selatan Mengundurkan Diri

Peledakan kantor penghubung yang dilakukan Korea Utara di Kaesong menjadi perbincangan hangat publik dunia.

Usai ledakkan tersebut, Menteri Unifikasi Korea Selatan Kim Yen-chul mengundurkan diri.

Ia dikabarkan menerima serangkain ancaman yang kian meningkat setelah peledakan kantor penghubung yang dilakukan Korea Utara.

Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in menerima pengunduran menterinya itu pagi ini, Jumat (19/6/2020) sebagaimana dilansir Asia News.

Kim mengundurkan diri setelah Korea Utara meledakkan gedung kantor penghubung antar-Korea di Kaesong dan juga setelah berbagai ancaman Korut mengalir pada Seoul dan Washington.

Kim telah ditunjuk sebagai menteri unifikasi pada April tahun lalu, pada awal mula hubungan Korea Utara dan Amerika Serikat (AS) mulai kandas.

Pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un bertemu dengan Presiden AS Donald Trump pada 2018 dan 2019 namun gagal memperoleh pencabutan atau pun penangguhan sanksi internasional yang diberikan AS kepada Korut karena program nuklir dan senjata Pyongyang.

Washington sebelumnya menetapkan pelucutan senjata kepada Pyongyang sebagai prasyarat pencabutan sanksi internasional namun hal itu belum terjadi.

Sementara itu, sebelum meledakkan gedung penghubung di Kaesong, Korea Utara telah bersumpah akan memutus semua saluran komunikasi dengan Korea Selatan baik secara pemerintahan mau pun militer.

Korea Utara juga mengabaikan perjanjian yang telah ditandatangani pada 2018 demi mengurangi ancaman-ancaman konvensional.

Itu artinya, mulai sekarang, pertempuran-pertempuran kecil, bentrokan kecil dan (terkadang) tindak pembunuhan di darat mau pun perbatasan laut sangat mungkin terjadi.

Pihak oposisi telah sering mengkritik Presiden Moon karena terlalu optimis.

Beberapa grup dari pembelot Korea Utara yang terkait dengan pihak oposisi terus memprovokasi pihak Utara dengan kerap mengirimi balon yang menerbangkan pesan-pesan anti kepemimpinan dan rezim Kim Jong Un.

Seoul telah sering memblokir upaya-upaya itu namun pada akhirnya Seoul bergesekan dengan kebebasan berpendapat di negara yang demokratis itu.

Di dalam krisis Korea Utara, pemerintah Moon Jae-in berperan sebagai mediator antara Korea Utara, AS dan Beijing.

Banyak pakar analis berpendapat bahwa Kim Jong Un menginginkan jaminan keselamatan untuk berdialog dan rezimnya menggunakan ancaman untuk memaksa lawannya berkompromi.

Tetapi ada juga analis yang mengaitkan sikap keras Pyongyang terhadap AS ke China sebagai upaya Beijing untuk memaksa Washington agar berbicara langsung ke China.

(*)

Moon Ga Young Dipastikan Bergabung dengan Cha Eun Woo Untuk Drama Korea True Beauty

Korea Utara Berencana Kirim 12 Juta Selebaran Propaganda, Korea Selatan Minta Untuk Berhenti

Angkat Cerita Zombie, Film #ALIVE Akan Tayang di Korea Selatan, Dibintangi Park Shin Hye & Yoo Ah In

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Makin Panas, Korea Utara Ancam Korea Utara, Bakal Ubah Perbatasan Jadi Benteng Pertahanan.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved