Korea Utara Tuding Korea Selatan Hanya Jadi Boneka Amerika Serikat dalam Perjanjian Duo Korea

" Korea Selatan berperan sebagai boneka yang hanya membenarkan sanksi AS dan skema tekanan terhadap republik kita ( Korea Utara)," katanya

Penulis: Mairi Nandarson | Editor: Mairi Nandarson
KCTV-Yonhap
Aksi warga Korea utara 

TRIBUNBATAM.id, PYONGYANG - Sebuah radio saluran propaganda Korea Utara Jumat (26/6/2020) menuduh Korea Selatan terlalu tunduk kepada Amerika Serikat dalam kebijakan antar-Korea.

Kritikan terbaru Korea Utara itu lanjutan dari kritik anti-Seoul yang disampaikan Pyongyang hari ini Jumat (26/6/2020), setelah media pemerintah tiba-tiba dihentikan awal pekan ini setelah berminggu-minggu retorika dan mengancam.

Tongil Voice, sebuah stasiun radio propaganda, mengkritik Korea Selatan yang dinilai bergantung pada pertemuan "kelompok kerja" yang diadakan AS untuk mengoordinasikan kebijakan Korea Utara.

UPDATE Harga HP Xiaomi Juni 2020, Redmi Note 5A Rp 1,5 Jutaan, Redmi Note 9 Mulai Rp 2,4 Jutaan

UPDATE Data 35 Negara Kasus Corona Tertinggi di Dunia Jumat (26/6) Pagi, Total 9.710.402

Data Corona 34 Provinsi Indonesia Jumat (26/6) Pagi, Total 50.187, Sembuh 20.449, Meninggal 2.620

Korea utara mengatakan bahwa Seoul terus melakukan "upaya bodoh untuk mendapatkan sesuatu" dari Washington saat hubungan antar-Korea berada di ambang keruntuhan.

"Hamstrung oleh pertemuan kelompok kerja dengan Amerika Serikat, pihak berwenang Korea Selatan telah menerapkan tidak satupun dari mereka yang disepakati dalam deklarasi Utara-Selatan."

" Korea Selatan berperan sebagai boneka yang hanya membenarkan sanksi AS dan skema tekanan terhadap republik kita ( Korea Utara) dan mengikuti jejaknya," katanya.

"Jika pihak berwenang Korea Selatan terus mengikuti AS dengan sikap patuh, satu-satunya hal yang akan mereka hadapi adalah kecaman dan kutukan yang lebih besar dari semua orang Korea (Utara)," tambahnya.

Korea Utara mengecam Korea Selatan karena gagal melakukan upaya aktif untuk memajukan hubungan antar-Korea dan khawatir melanggar sanksi global yang dipimpin AS terhadap rezimnya.

Secara khusus, Korea Utara baru-baru ini mengutip pertemuan kelompok kerja Korea Selatan dan AS yang diluncurkan pada 2018 untuk mengoordinasikan kebijakan Korea Utara sebagai hambatan utama untuk hubungan lintas-perbatasan.

Kritik itu muncul beberapa hari setelah outlet propaganda Korea Utara tiba-tiba menurunkan artikel yang mengkritik Korea Selatan secara massal pada hari Rabu.

Langkah ini mengikuti keputusan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menunda rencana aksi militer terhadap Selatan.

Jadwal Liga Spanyol Pekan ke 32 Malam Ini Sevilla vs Valladolid, Besok Celta Vigo vs Barcelona

Jadwal Liga Italia Pekan 28 Malam Ini Juventus vs Lecce 02.45 WIB, Minggu Malam AC Milan vs AS Roma

Prakiraan Pemain Juventus vs Lecce, Kick Off Pukul 02.45 WIB, 2 Pertemuan Terakhir Berakhir Seri

Dikutip dari Korea Herald melansir Yonhap, Korea Utara telah meningkatkan ketegangan lintas-perbatasan dalam beberapa pekan terakhir dengan mengeluarkan retorika kebencian dan ancaman kemarahan atas selebaran anti-Pyongyang yang diterbangkan dari Korea Selatan.

Ini sebelumnya memotong semua jalur komunikasi lintas batas dan bahkan meledakkan kantor penghubung antar-Korea yang dibuat di kota perbatasannya Kaesong sebagai hasil dari pertemuan puncak 2018 antara kedua Korea.

Pyongyang mengatakan akan mengirim pasukan ke daerah perbatasan yang dilucuti berdasarkan perjanjian antar-Korea untuk proyek-proyek bisnis bersama dan mengancam akan melanjutkan "semua jenis latihan militer reguler" di dekat perbatasan.

Meskipun Korea Utara kembali mengkritik, para pengamat melihat Korea Utara relatif melunak sejak tuduhan itu dikeluarkan melalui saluran propaganda, bukan melalui saluran media resmi, seperti Rodong Sinmun dan Kantor Berita Pusat Korea. (Yonhap)

sumber: koreaherald.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved