Curigai Kondisi Kesehatan Kim Jong Un, Jepang Temukan 'Pergerakan Aneh' di Korea Utara
Jepang akui mendeteksi 'pergerakan aneh' di Korea Utara. Jepang juga mencurigai terkait kondisi kesehatan Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un.
Setelah kemunculannya itu, dia kembali menghilang selama 3 minggu dan menimbulkan banyak pertanyaan tentang kondisi kesehatannya.
Ketika teori kematiannya mulai mencuat, Kim muncul kembali dengan membuat deklarasi tentang persiapan negaranya dalam siaga nuklir.
Sementara itu, dalam beberapa pekan terakhir ketegangan meningkat lagi di semenanjung Korea, setelah rezim Kim meledakkan kantor penghubung diplomatik dalam bentrokan terbaru dengan Seoul.
Foto-foto Kim yang tersenyum bahkan dirilis oleh media resmi pemerintah, Kantor Berita Pusat Korea pada 7 Juni lalu.
Selain itu, untuk mengetahui perkembangan kondisi Kim Jong Un, 2 bulan lalu, Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi telah mengungkapkan bahwa pemerintahnya telah bekerja sama dengan AS untuk mengumpulkan informasi.
Korea Utara Berencana Kirim 12 Juta Selebaran Propaganda, Korea Selatan Minta Untuk Berhenti
Korea Utara tampak semakin intens melayangkan propaganda kepada Korea Selatan.
Diketahui Korea Utara telah kembali memasang pengeras suara di perbatasannya dengan Korea Selatan untuk siarkan propaganda.
Kini, Korea Utara dikabarkan akan menyebarkan 12 juta selebaran berisi propaganda ke wilayahnya.
Menanggapi hal tersebut, Korea Selatan meminta kepada tetangganya, Korea Utara, untuk menghentikan upaya tersebut.
Tensi di Semenanjung Korea meningkat dalam beberapa pekan terakhir, dimulai dari penghancuran kantor perwakilan dua negara di Kaesong.
Kemudian Korea Utara mengancam bakal mengerahkan militer, dengan yang terakhir mereka menyatakan sudah mencetak 12 juta selebaran propaganda.
Berbagai ancaman itu terjadi buntut pembelot Korut yang sering mengirim propaganda melawan Kim Jong Un di perbatasan Korea Selatan.
Jika Pyongyang benar-benar menjatuhkan jutaan pamflet, itu akan menjadi aksi propaganda terbesar yang mereka lakukan kepada rivalnya tersebut.
Seoul pun bereaksi, di mana mereka meminta Korut untuk membatalkan rencana itu, di mana aksi tersebut "tidak akan memperbaiki relasi".
