TRIBUN WIKI

DIPICU Kelelahan hingga Stres, Simak Alasan Ilmiah Mengapa Manusia Menguap

Menguap umumnya dipicu oleh beberapa hal, termasuk kelelahan, demam, stres, obat-obatan dan alasan sosial dan psikologis.

shutterstock via Kompas.com
ilustrasi menguap 

TRIBUNBATAM.id - Saat mengantuk, biasanya seseorang akan menguap.

Menguap umumnya dipicu oleh beberapa hal, termasuk kelelahan, demam, stres, obat-obatan dan alasan sosial dan psikologis lainnya.

Antara satu orang dengan yang lainnya penyebabnya beda-beda.

Pertanyaan tentang mengapa kita menguap menimbulkan sejumlah kontroversi mengejutkan tentang sebuah hal yang sepele.

Ada beberapa teori yang menjelaskan mengapa orang menguap.

1. Membantu kita terjaga

Menguap datang seiring dengan meningkatnya rasa kantuk.

Hal ini menjadi hipotesis di balik mengapa orang menguap.

Menguap juga dihubungkan dengan meningkatnya aktivitas dan gerakan peregangan.

Meningkatnya gerakan tubuh mungkin membantu kita tetap awas di kala tekanan rasa kantuk meningkat.

Juga, otot-otot tertentu di telinga (otot tensor tympani) diaktifkan selama menguap.

KENAPA Mata Pedih Saat Mengiris Bawang Merah? Simak Penjelasan Ilmiahnya

Hal ini memicu pengaturan ulang rentang gerakan dan sensitivitas gendang telinga dan pendengaran, yang meningkatkan kemampuan kita untuk memantau dunia di sekitar kita setelah kita mungkin kehilangan kesadaran sebelum menguap.

Selain itu, membukanya bola mata dan pembilasan lensa mata mungkin akan menyebabkan peningkatan kewaspadaan secara visual.

2. Mendinginkan Otak

Teori lain mengapa kita menguap adalah hipotesis termoregulasi yang menunjukkan bahwa menguap mendinginkan otak.

Menguap menarik udara dingin ke dalam mulut, yang kemudian mendinginkan darah menuju otak.

Pendukung teori ini mengklaim peningkatan suhu otak terjadi sebelum menguap, dengan penurunan suhu terjadi setelah menguap.

Namun penelitian yang memunculkan teori ini hanya menunjukkan menguap berlebihan terjadi ketika suhu otak dan tubuh sedang mengalami peningkatan.

Penelitian tersebut tidak mengatakan bahwa menguap memiliki tujuan untuk mendinginkan.

Orang menguap semakin sering ketika eksperimen membuat demam buatan, yang menunjukkan korelasi antara suhu tubuh hangat dan menguap.

Namun tidak ada bukti yang mengacu bahwa menguap untuk mendinginkan tubuh–hanya bahwa penghangatan suhu tubuh memicu menguap.

3. Tugas Jaga

Perilaku seperti menguap telah diamati di hampir semua makhluk bertulang belakang.

Pengamatan tersebut menunjukkan bahwa refleks menguap itu hal yang purba.

Hipotesis perilaku berdasarkan teori evolusi mengacu pada manusia sebagai hewan sosial.

Ketika kita rentan terhadap serangan dari spesies lain, fungsi kelompok adalah untuk saling melindungi.

Tugas jaga adalah bagian dari kesepakatan dalam kelompok, dan menguap dan peregangan adalah bukti ketika tingkat kewaspadaan seorang individu sedang turun.

Hal ini penting untuk mengubah aktivitas untuk mencegah keteledoran dan mengindikasikan saatnya mengganti orang untuk berjaga-jaga.

Mengapa menguap itu menular?

Sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal Current Biology pada 31 Agustus 2017 mengungkap bagaimana fenomena itu bisa terjadi.

Peneliti menyebut jika perilaku tersebut muncul karena adanya aktivitas di bagian otak yang bertanggung jawab atas fungsi motorik.

Untuk mempelajari apa yang terjadi di otak seseorang saat melihat orang lain menguap, para peneliti melakukan pengamatan terhadap 36 orang dewasa.

Mereka diminta untuk menonton video orang lain yang sedang menguap.

Dengan menggunakan stimuli magnetik transkranial (TMS), para peneliti lalu mengukur aktivitas otak partisipan selama percobaan.

Dalam satu percobaan, orang-orang diminta untuk mencoba dan menahan menguap saat melihat video orang yang menguap.

Pada percobaan lain, para peserta diberi instruksi yang sama, tetapi peneliti juga menambahkan arus listrik ke kulit kepala para partisipasan tersebut.

Arus ini dimaksudkan untuk merangsang korteks motorik yang diperkirakan bisa mengendalikan menguap.

Selama eksperimen, peserta juga diminta untuk memperkirakan keinginan mereka untuk menguap.

Hasilnya, peneliti menemukan jika kecenderungan seseorang untuk meniru menguap ini berkaitan dengan tingkat aktivitas otak di korteks motor seseorang.

Semakin banyak aktivitas di daerah tersebut, maka kecenderungan seseorang untuk menguap semakin meningkat.

Hal ini terbukti ketika arus listrik dialirkan ke daerah tersebut.

Dorongan untuk menguap turut meningkat.

Selanjutnya, para peneliti juga menemukan bahwa hanya sebagian yang sukses menolak keinginan untuk menguap.

Saat partisipan diminta untuk menolak menguap, dorongan untuk menguap justru naik.

Dengan kata lain, dorongan untuk menguap meningkat seiring dengan keinginan diri sendiri untuk mencoba menghentikan aktivitas menguap itu.

Peneliti juga menyebut jika perilaku menguap yang menular itu merupakan jenis echophenomenon.

Dengan kata lain, itu adalah perilaku meniru orang lain secara otomatis.

Echophenomena sendiri ada bermacam jenisnya, termasuk di antaranya adalah echolalia atau meniru kata-kata seseorang dan echopraxia atau meniru tindakan seseorang.

Temuan lain juga menunjukkan jika menguap yang menular ternyata bukan hanya terjadi pada manusia.

Hewan lain termasuk anjing dan simpanse juga rentan mengalami fenomena tersebut. (*)

*Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul  "Alasan Kita Menguap, dan Mengapa Menguap Itu Menular",  dan "Misteri Tubuh Manusia, Kenapa Menguap Bisa Menular?". 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved