Usai Covid-19, Singapura Bersiap Hadapi Wabah DBD Terbanyak Sepanjang Sejarah, Catat 14.000 Kasus

Pemerintah Singapura sudah melakukan serangkaian kebijakan menjelang penerapan New Normal. Namun, Singapura kini dihadapkan dengan ancaman wabah DBD.

Netdna
Ilustrasi nyamuk. Singapura dikabarkan bersiap hadapi wabah DBD terbanyak sepanjang sejarah. 

TRIBUNBATAM.id, SINGAPURASingapura dianggap sebagai salah satu negara yang sukses mengendalikan penyebaran virus Corona atau Covid-19.

Bahkan, Pemerintah Singapura juga sudah melakukan serangkaian kebijakan menjelang penerapan New Normal.

Namun ternyata, Singapura kini dihadapkan dengan ancaman wabah lainnya.

Wabah tersebut adalah demam berdarah dengue ( DBD).

Menurut Badan Lingkungan Nasional Singapura (NEA) lebih dari 14.000 kasus DBD telah dilaporkan di negara ini sejak awal tahun 2020.

Sementara itu, jumlah keseluruhan kasus sepanjang tahun 2020 diperkirakan akan melebihi rekor wabah demam berdarah terbanyak dalam sejarah Singapura, yakni 22.170 kasus pada 2013.

Mulai 13 Juli 2020, Bioskop di Singapura Kembali Dibuka, Keluarga Boleh Duduk Bersama

DBD adalah infeksi virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes, nyamuk yang juga menjadi penyebar zika, chikungunya, dan demam kuning.

Nyamuk ini umumnya ditemukan di daerah tropis dan subtropis yang panas dan lembap selama musim hujan.

Hanya sekitar 25 persen dari mereka yang terinfeksi menunjukkan gejala, yang meliputi demam tinggi, sakit kepala parah, nyeri otot dan sendi.

Kasus ekstrem dapat menyebabkan pendarahan, kesulitan bernapas, kegagalan organ, dan berpotensi kematian.

Korban meninggal

Melansir CNN International, di Singapura, 16 orang telah meninggal karena DBD tahun ini, angka ini dua kali lipat dari jumlah kematian tahun 2013.

Bulan Juni hingga Oktober secara umum merupakan puncak musim DBD di Singapura, hal ini terjadi karena percepatan perkembangan nyamuk Aedes dan periode inkubasi yang lebih pendek dari virus Dengue.

Pekan lalu, terdapat penambahan 1.468 kasus DBD di Singapura.

Penambahan ini menjadikan jumlah penambahan kasus DBD selama tiga pekan berturut-turut selalu di atas 1.000, sekaligus menjadi angka kasus mingguan tertinggi yang pernah dicatat Singapura.

Menanggapi kasus-kasus yang melonjak, pemerintah Singapura telah meningkatkan pemeriksaan untuk menghilangkan habitat nyamuk potensial di area publik dan kawasan perumahan.

Selama tiga pekan terakhir, NEA menyebut ada sekitar 6.900 bangunan yang telah menjalani inspeksi dan pengendalian vektor.

"Mayoritas perkembangbiakan nyamuk yang terdeteksi terus ditemukan di area publik dan perumahan," kata NEA dalam sebuah pernyataan, Kamis.

Mulai 15 Juli, NEA akan meningkatkan denda bagi orang-orang yang tidak mengambil tindakan untuk mencegah nyamuk berkembang biak, baik di dalam maupun di luar properti mereka. Nyamuk dikenal menyukai sudut basah dan gelap dan daerah genangan air.

Hingga 400 juta infeksi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut kasus-kasus DBD meningkat secara dramatis di seluruh dunia, hingga 30 kali lipat dalam 50 tahun terakhir.

Diperkirakan ada 100-400 juta infeksi DBD setiap tahun, dan sekitar setengah dari populasi dunia sekarang berisiko terinfeksi.

Para ilmuwan mengatakan cuaca yang lebih panas dan lembap karena perubahan iklim telah menciptakan kondisi ideal bagi nyamuk betina untuk bertelur.

Selain peningkatan populasi nyamuk, urbanisasi yang cepat terjadi di banyak negara Asia juga menyebabkan populasi hidup dalam kontak yang lebih dekat dengan nyamuk pembawa penyakit itu.

Di Singapura, para ahli percaya bahwa melonjaknya kasus demam berdarah tahun ini disebabkan kemunculan kembali strain virus dengue lama yang sebelumnya tidak terdeteksi selama hampir tiga dekade.

Ada empat strain, atau serotipe, dari virus dengue. Di Singapura, DENV-2 telah menjadi strain dominan sejak 2016, tetapi sejaki tahun lalu, DENV-3 mengalami peningkatan.

"Mengingat wabah lokal di masa lalu biasanya disebabkan oleh DENV-1 dan 2, kekebalan yang dimiliki oleh masyarakat terhadap kedua DENV tersebut mungkin tidak lagi melindungi terhadap DENV-3 yang baru-baru ini muncul," kata Luo Dahai, profesor infeksi dan kekebalan tubuh di Universitas Teknologi Nanyang.

Menurut NEA, strain DENV-3 ditemukan pada 48 persen dari kasus DBD yang terjadi pada bulan Februari.

Angka ini berarti hampir dua kali lipat dari kasus dengan strain DENV-2.

"Peningkatan proporsi kasus dengan strain DENV-3 menjadi perhatian di Singapura, karena kami belum pernah mengalami wabah demam berdarah yang disebabkan oleh DENV-3 selama hampir tiga dekade," kata NEA.

"Ini berarti bahwa populasi kami memiliki kekebalan yang lebih rendah terhadap DENV-3, dan akibatnya sebagian besar populasi kami rentan terhadap infeksi DENV-3," tambah NEA.

Apakah lockdown berpengaruh?

Luo menyebut faktor potensial lain yang memperburuk wabah demam berdarah tahun ini bisa jadi adalah tindakan lockdown untuk menekan penyebaran virus Corona.

"Ketika lebih banyak orang tinggal di rumah sepanjang hari, mungkin ada lebih banyak perkembangbiakan nyamuk di kawasan perumahan dan lebih banyak kesempatan bagi nyamuk untuk 'makan darah'," kata Luo.

Menurut WHO, nyamuk betina aktif pada siang hari.

Puncak periode "berburu darah" mereka adalah pagi dan sore hari sebelum senja.

NEA menyebut ada peningkatan lima kali lipat dalam penemuan larva nyamuk di rumah dan koridor umum di wilayah perumahan selama periode lockdown, dibandingkan dengan dua bulan sebelumnya.

Menlu Singapura Bicara Soal Pembukaan Bertahap Negaranya, Warga Masih Diminta Tunda Perjalanan

Singapura kembali angkat bicara terkait pembukaan bertahap perbatasan di negaranya usai dilanda wabah virus Corona atau Covid-19.

Melalui Menteri Luar Negeri Singapura Dr Vivian Balakrishnan, Singapura menyatakan rencananya untuk secara bertahap membuka kembali perbatasan.

Hal tersebut disampaikan lewat akun Facebook Menteri Luar Negeri Singapura pada Jumat (3/7/2020).

Ia juga menjelaskan bahwa menerima panggilan dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia Luhut Pandjaitan terkait pembukaan kembali Singapura.

Berikut isi pesannya:

Pada tanggal 2 Juli 2020, Menteri Luar Negeri Dr Vivian Balakrishnan menerima panggilan telepon dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia Luhut Pandjaitan untuk menyampaikan harapan baiknya,  dan nantinya membahas kunjungan ke Batam dan Bintan.

Dalam pernyataan tersebut juga membahas kerjasama bilateral antara Singapura dengan Indonesia di tengah wabah Covid-19.

" Kedua Menteri sepakat tentang pentingnya menjaga kerja sama bilateral positif bahkan di tengah pandemi Covid-19," tulisnya.

Sementara itu, Singapura menyatakan saat ini masih menyarankan kepada warganya untuk menunda perjalanan.

" Seruan itu tidak masuk ke diskusi khusus tentang pertukaran dan kerja sama pariwisata.

Singapura secara bertahap membuka kembali perbatasan secara progresif dan terkalibrasi, sambil memastikan kesehatan dan keselamatan warga Singapura dan pengunjung internasional.

Saat ini, warga Singapura masih disarankan untuk menunda semua perjalanan ke luar negeri. ” kata keterangan di Facebook Kementerian Luar Negeri Singapura.

Pernyataan Menteri Luar Negeri Singapura.
Pernyataan Menteri Luar Negeri Singapura. (Facebook)

Sumber: https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=3483895924954067&id=920226407987711

(*)

Amsakar Dorong Pelabuhan Gerakkan Pariwisata, Sepakat Siap Buka Akses ke Singapura dan Malaysia

Pelaku Pariwisata Batam Menjerit, Minta Relaksasi Turis Singapura dan Malaysia Bisa Masuk

Hasil Liga Italia Lazio vs AC Milan, Zlatan Ibrahimovic dan Ante Rebic Cetak Gol, Milan Menang

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Singapura Bersiap Hadapi Wabah DBD Terbanyak Sepanjang Sejarah".

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved