Bisa Capai Target Inflasi, Suku Bunga Negatif Akan Diterapkan Bank Sentral Inggris
Bank of England (BoE) atau Bank Sentral Inggris menerapkan suku bunga negatif dalam rangka pelonggaran kebijakan. Berikut penjelasan Bank Sentral.
TRIBUNBATAM.id, LONDON - Bank of England (BoE) atau Bank Sentral Inggris menerapkan suku bunga negatif dalam rangka pelonggaran kebijakan.
Menanggapi hal ini, Gubernur BoE Andrew Bailey menuliskan surat kepada perbankan.
Surat tersebut terkait dengan tantangan jika berlakukan kebijakan suku bunga negatif.
Dikutip dari Reuters Minggu (5/7/2020), di dalam surat tersebut dijelaskan, suku bunga negatif merupakan salah satu instrumen kebijakan yang saat ini sedang ditinjau oleh otoritas moneter.
Hal tersebut mungkin akan terjadi jika komite kebijakan moniter menilai dibutuhkan stimulus tambahan untuk mendorong tercapainya target inflasi Bank Sentral di kisaran 2 persen.
Di dalam laporan yang dituliskan Sunday Times dijelaskan, Bailey telah melakukan pertemuan dengan pimpinan perbankan pada akhir Juli lalu.
Di dalam pertemuan tersebut, pimpinan Bank Sentral itu mendiskusikan mengenai potensi pemberlakukan suku bunga acuan negatif dan menyatakan berbagai instrumen kebijakan telah disiapkan otoritas moneter.
Dikutip dari Forbes, Bank Sentral Inggris pada Maret lalu baru saja memangkas suku bunga acuan menjadi 0,1 persen.
Besaran tersebut merupakan yang terendah sepanjang sejarah Inggris.
Head of UK and Ireland Markets JP Morgan Private Bank Oliver Gregson menjelaskan, meski saat ini Inggris telah menjual surat berharga pemerintah dengan yield (imbal hasil) negatif pada awal tahun, namun terdapat jurang besar antara teori dan realita dari suku bunga negatif.
"Ada kemungkinan untuk itu, namun jika suku bunga benar-benar menjadi negatif, apa yang akan terjadi jika shock kembali terjadi? Ada cara lain untuk mestimulasi perekonomian," jelas dia.
Menurut Gregson, dengan penerapan kebijakan suku bunga negatif, banyak bank yang ragu untuk membebankan hal tersebut kepada nasabahnya. Dengan demikian, bank lebih memilih melindungi nasabahnya dengan mengorbankan profitabilitasnya sendiri.
"Hal ini membuat kian sulit bagi bank untuk menyerap kerugian jika terjadi kredit macet.
Untuk itu, mereka jadi kian berhati-hati dalam memberikan kredit, keinginan untuk menstimulasi ekonomi justru tidak terjadi," jelas Gregson.
Kehati-hatian ini memiliki efek samping buruk lainnya.
Karena bank hanya memberikan kredit ke pihak-pihak dengan risiko rendah,artinya, pihak-pihak yang tengah mengalami kesulitan justru kehilangan akses untuk bisa mendapatkan uang tunai.
Selain itu, suku bunga negatif juga akan merugikan para pensiunan yang hidup dari uang di tabungannya.
Selain itu, menurut Direktur Investasi Rathbones Jane Sydenham menilai akan sangat sulit bagi bank untuk menjelaskan konsep suku bunga negatif kepada nasabahnya.
"Sulit untuk memberi tahu orang-orang bahwa mereka akan mendapatkan bunga negatif pada tabungan mereka.
Itu tidak terasa enak dan berpotensi menyebabkan orang menarik uang dari bank, yang bisa membawa pada risiko pencurian hingga kebakaran," ujar dia.
Demi Bantu Perekonomian, Menteri Keuangan Inggris Minta Warganya Makan di Luar Rumah
Sama seperti negara lainnya, Inggris juga mengalami penurunan sektor ekonomi saat dilanda wabah virus Corona atau Covid-19.
Tentunya membuat pemerintah Inggris berlakukan serangkaian kebijakan untuk kembali pada kondisi yang normal.
Terbaru, Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak meminta warganya untuk makan di luar rumah.
Tujuannya adalah demi membantu meningkatkan kembali ekonomi negara.
Pernyataan tersebut disampaikan pada hari pertama pembukaan tempat makan dan sektor perhotelan, Sabtu (4/7/2020), setelah ditutup lebih dari tiga bulan.
Penguncian di Inggris menjadi salah satu yang terpanjang di kawasan Eropa.
Sunak menyebutkan, penguncian itu sangat menyakitkan bagi perekonomian Inggris karena tingkat konsumsi menurun drastis.
"Menghadapi situasi seperti ini, dengan jarak sosial, kita jelas akan sangat terpengaruh," kata Sunak, dikutip dari AFP, Sabtu (4/7/2020).
Sunak mengaku khawatir kepada generasi yang terdampak oleh virus Corona, terutama anak muda yang melihat sektor perhotelan sebagai jalan mereka ke pasar kerja.
"Bagi saya, ini benar-benar tentang keadilan sosial. Jika kita makan di luar, kita bisa melindungi pekerjaan tersebut," kata dia.
Skala sebenarnya dari masalah pengangguran Inggris akan terungkap setelah pemerintah mulai mengurangi skema pekerjaan pada Agustus 2020.
Negara itu membayar 80 persen dari upah sebagian besar warga. Namun, klaim pengangguran masih melonjak 126 persen menjadi 2,8 juta hingga Mei 2020.
Sunak akan membuat pernyataan ekonomi kepada parlemen minggu depan dan melihat seberapa besar dukungan pemerintah kepada bisnis di masa depan.
"Ini adalah ekonomi yang didorong oleh konsumsi. Orang-orang biasa tiga bulan lalu pergi bersama teman atau keluarga untuk pergi dan makan," kata Sunak, dilansir dari Independent, Sabtu (4/7/2020).
Menurut dia, keberhasilan bisnis dan ekonomi pada akhirnya bergantung pada setiap orang yang bertindak secara bertanggung jawab.
"Saya akan mengulangi pesan kepada semua orang bahwa ini adalah titik balik yang besar bagi kita. Kita harus memperbaikinya. Mari kita bekerja bersama dan menikmati musim panas dengan aman," kata dia.
Analisis perbendaharaan menunjukkan bahwa dukungan pemerintah selama penguncian telah mengurangi dampak buruk pada pendapatan rumah tangga rata-rata dari 30 persen menjadi sekitar 10 persen.
Dia juga mengklaim bahwa langkah tersebut telah membantu warga miskin.
Sementara, ekonomi Inggris menyusut dengan rekor 20,4 persen pada April, seorang ekonom Inggris menyebut kondisi itu akan membaik lebih cepat dari yang diharapkan.
Namun, PDB tahunan masih diperkirakan turun sebesar 8 persen sebagai akibat dari pandemi Covid-19.
Sejauh ini, Inggris telah melaporkan 285.788 kasus infeksi virus Corona dengan 44.216 kematian. Angka itu jadi yang tertinggi di Benua Biru.
Cabut Peraturan Karantina 14 Hari, Inggris Bersiap Membuka Kembali Negaranya Usai Covid-19
Inggris telah mengumumkan akan membuka negaranya lagi usai dihantam virus Corona atau Covid-19.
Bersamaan dengan itu, Inggris juga akan mengubah kebijakan terkait karantina 14 hari.
Kebijakan pembatasan perjalanan yang selama ini diterapkan juga akan diubah.
Per 10 Juli 2020, Pemerintah Inggris akan mencabut peraturan karantina 14 hari bagi warga Inggris yang mengunjungi Spanyol, Italia, Perancis, dan Jerman.
Dilansir dari The Guradian, Jumat (3/7/2020), pembatasan perjalanan untuk 60 negara dan wilayah lain juga akan dicabut.
Menurut Sekretaris Transportasi Inggris, Grant Shapps, kebijakan ini diambil sebagai langkah besar dibukanya kembali Inggris.
Namun, ada sejumlah hal yang perlu diumumkan lebih lanjut sebelum kebijakan ini diterapkan pada pekan depan.
Perdana Menteri Skotlandia Nicola Sturgeon mengatakan Skotlandia belum diajak berbincang soal ini lebih jauh.
Peraturan khusus Inggris tersebut dinilai membutuhkan kejelasan lebih lanjut mengenai apa yang akan terjadi pada seseorang yang tiba di bandara Inggris tanpa perlu mengisolasi diri.
Pertanyaan soal ini di antaranya apa yang harus dilakukan jika orang tersebut melakukan perjalanan ke rumah mereka di Skotlandia atau Wales, di mana pembatasan mungkin masih berlaku.
Pengumuman itu muncul ketika aturan karantina Pemerintah Inggris dicap sebagai "kegagalan" oleh serikat pekerja karena karantina berisiko menempatkan pekerja di industri perjalanan dalam bahaya.
"Peraturan karantina pemerintah telah menjadi kegagalan sejak awal," ujar Sekretaris Jenderal Perhimpunan Staf Gaji Transportasi Inggris, Manuel Cortes.
Sementara itu, Sekretaris Kesehatan Inggris, Matt Hancock ditugaskan untuk memuluskan proposal dengan Skotlandia, yang telah menyatakan keberatan.
Namun, hanya beberapa jam kemudian, Shapps menyalahkan Sturgeon dianggap menghambat kebijakan tersebut.
Mengkaji risiko
Sebelum diterapkan, Joint Biosecurity Centre telah berkonsultasi dengan Public Health England dan Kepala Petugas Medis, Chris Whitty, untuk memprediksi risiko yang akan terjadi.
Para ahli telah mempertimbangkan prevalensi virus Corona, jumlah kasus baru, dan potensi lintasan penyakit di tempat tujuan.
Semua penumpang, kecuali mereka yang ada dalam daftar kecil pengecualian, masih akan diminta untuk memberikan informasi kontak saat datang di Inggris.
"Hari ini menandai langkah selanjutnya dalam membuka kembali negara kita yang hebat.
Apakah Anda seorang wisatawan yang siap berpergian ke luar negeri atau seorang pebisnis yang ingin membuka peluang kembali.
Ini adalah kabar baik bagi orang-orang Inggris dan berita bagus untuk bisnis Inggris," ujar Shapps.
Menurut dia, semua pihak telah bekerja keras untuk mencapai tahap ini.
"Oleh karena itu, keselamatan tetap menjadi pedoman utama dan kami tidak akan ragu untuk bergerak cepat melindungi diri kita jika tingkat infeksi meningkat di negara-negara yang terhubung kembali," lanjut dia.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Suku Bunga Negatif Akan Diterapkan Bank Sentral Inggris, Apa Risikonya?".
