BATAM TERKINI
SEJARAH Wayang Cecak Khas Kepulauan Riau, Gabungan Budaya Tionghoa dan Melayu
Provinsi Kepulauan Riau ternyata memiliki pertunjukan wayang yang tak kalah unik dari wayang yang ada di Jawa. Simak sejarahnya di sini.

TRIBUNBATAM.id, TANJUNGPINANG - Provinsi Kepulauan Riau ternyata memiliki pertunjukan wayang yang tak kalah unik dari wayang yang ada di Jawa.
Hanya saja, bukan wayang kulit, wayang khas Kepulauan Riau adalah wayang cecak.
Wayang Cecak adalah salah satu jenis kesenian yang berasal dari Pulau Penyengat, Tanjungpinang, Kepulauan Riau.
Kesenian ini berupa sastra lisan yang dipertunjukkan melalui media wayang.
Menggabungkan budaya Tionghoa dan Melayu, kesenian ini menggunakan boneka tangan sebagai pemerannya.
Boneka yang terbuat dari kain perca tersebut dimainkan oleh dalang dengan cerita yang menggambarkan kehidupan.
Sebagai latar panggungnya, terdapat sebuah kotak berukuran 2x3 meter untuk tempat memainkan wayang.
• PROFIL Ahmad Hijazi, Mantan Kadisperindag yang Disebut Bakal Maju Pilwako Batam Lawan Rudi & Lukita
Di kotak itulah boneka wayang digerakkan oleh tangan sang dalang dari belakang.
Filosofi
Melansir situs resmi Disbud Kepri, kesenian Wayang Cecak memiliki kandungan filosofi, terutama filosofi hidup.
Cerita-cerita yang lekat dengan kehidupan akan digambarkan dalam tokoh-tokoh wayang yang memerankan cerita.
Kesenian ini juga bertujuan untuk menyampaikan pendidikan karakter bagi anak-anak generasi penerus bangsa dalam bentuk karakter yang sederhana.
Hal ini membuat pembelajaran tentang kehidupan yang disampaikan akan lebih mudah dipahami.
Dalam cerita yang disampaikan, terdapat karakter baik dan kurang baik.
Karakter-karakter tersebut akan memerankan cerita yang biasanya terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Wayang cecak merupakan kesenian yang dipertunjukan untuk kalangan Elit tertentu dan tak menyebar ditengah masyarakat.
Sejarah
Awalnya, Wayang Cecak digagas dan dimainkan oleh Khadijah Terung.
Ia adalah seorang seniman wanita pada masa Kesultanan Melayu di Pulau Penyengat.
Khadijah diduga memainkan pertunjukan ini secara tertutup untuk kalangan terbatas saja sampai pada tahun 1940-an, sehingga informasi tentang Wayang Cecak ini tak banyak tersebar luas.
Kesenian ini dipelajarinya dari persentuhan keluarga kapitan China di tanjungpinang.
Dengan boneka yang terbuat dari kain perca dan sebuah ranjang miniatur sebagai pentas, cerita-cerita yang disampaikan umumnya merupakan sari dari syair-syair Melayu.
Beberapa diantaranya adalah syair Siti Zubaidah, Selindung Delima dan lainya.
Lakon dan durasi pertunjukkan
Lakon Wayang Cecak dimainkan dalam beragam judul, seperti Syair Siti Zubaidah, cerita Hang Jebat, cerita Engku Putri, Selindung Delima, dan lainnya.
Syair Siti Zubaidah, berkisah tentang perjalanan Zainal Abidin, putra Sultan Darmawansyah hingga menjumpai Siti Zubaidah, yang kemudian pada akhir cerita dapat dipinangnya.
Sedang untuk durasi pertunjukan wayang cecak biasanya antara 10 sampai 90 menit.
Musik
Pertunjukan Wayang Cecak ditampilkan dengan iringan musik dari biola, gendang, akordion, dan gong yang mengalun hingga cerita berakhir.
Musik tersebut sangat kental dengan budaya Melayu. (*)