Otoritas China Temukan Covid-19 Pada Kemasan Makanan, Manajemen Keamanan Belum Ideal

Otoritas China mengumumkan adanya penemuan Covid-19 pada kemasan makanan. Merupakan kemasan udang beku yang diimpor dari Ekuador beberapa waktu lalu.

FREEPIK.COM
Ilustrasi Covid-19. Virus corona ditemukan pada kemasan makanan, bagaimana risikonya? 

TRIBUNBATAM.id, BEIJINGOtoritas China mengumumkan adanya penemuan virus Corona atau Covid-19 pada kemasan makanan.

Kemasan makanan tersebut merupakan produk udang beku yang diimpor dari Ekuador beberapa waktu lalu.

Namun lewat penemuan ini, kepala keamanan pangan tak ingin mengklaim jika Covid-19 dapat ditularkan lewat kemasan makanan.

Dikutip dari SCMP, Jumat (10/7/2020) Direktur Jenderal Biro Keamanan Pangan Impor dan Ekspor Bi Kexin menyebut enam sampel positif Covid-19 ditemukan dari hampir 223.000 sampel yang diambil dari makanan beku impor, interior dan eksterior kemasan.

Pihak berwenang pun kini banyak melakukan tes Covid-19 pada makanan impor setelah kemunculan gelombang kedua di Beijing pada pertengahan Juni 2020.

Gelombang dua infeksi di ibu kota China itu terkait dengan pasar makanan, tempat virus Corona ditemukan pada papan potong yang digunakan untuk salmon impor.

VIRAL Media China Klaim Batik Berasal dari Tiongkok, Netizen Ramai Ribut di Twitter

Para ahli telah menegaskan bahwa ikan itu tak mungkin membawa virus.

Menurut Bi, sampel positif ditemukan di luar kemasan makanan dan bagian dalam wadah udang yang dijual oleh tiga perusahaan Ekuador.

Namun, sampel dari makanan laut dan interior kemasan menunjukkan hasil negatif.

"Hasilnya menunjukkan bahwa wadah dan pengemasan perusahaan-perusahaan ini berada di bawah risiko terkontaminasi oleh virus Corona," kata dia.

Manajemen keamanan makanan belum ideal

Meski demikian, para ahli mengatakan, meskipun ini tidak berarti mereka dapat menularkan virus, tapi itu menunjukkan bahwa manajemen keamanan makanan tidak ideal.

Bea Cukai China pun telah menangguhkan impor makanan dari tiga perusaahn Ekuador dan akan mengembalikan atau menghancurkan makanan yang disita.

Mereka juga mendesak pemerintah Ekuador untuk meningkatkan kontrol atas makanan beku yang dieskpor ke China.

Sementara itu, Wakil Direktur Pusat Nasional China untuk Penilaian Risiko Keamanan Pangan, Li Ning mengatakan, hampir 60.000 sampel makanan dari sejumlah daerah, termasuk Zhejiang, Yunnan, Henan, dan Shandong telah diuji dan ditemukan negatif pada Selasa (7/7/2020).

"Secara keseluruhan, kemungkinan makanan terkontaminasi oleh virus Corona tetap sangat kecil," jelas Li.

Menurutnya, makanan bisa terkontaminasi virus Corona jika ada di sekitar atau dibawa oleh staf yang menangani makanan.

Karena itu, anggota staf tidak boleh pergi bekerja jika mereka memiliki gejala seperti demam, batuk, dan kelelahan.

Li menambahkan, fasilitas pemrosesan makanan dan toko ritel juga harus memperketat tindakan kebersihan mereka untuk mencegah infeksi.

"Konsumen harus membersihkan bahan makanan sebelum dimasak dan memastikan makanan sudah dimasak dengan matang untuk membunuh virus Corona dan mikroorganisme patogen lainnya," tutup dia.

Amerika Serikat dan China Berkonflik, Rusia Khawatir, Minta Keduanya Tempuh Jalan Diplomatik

 Kekhawatiran atas konflik yang terjadi antara Amerika Serikat ( AS) dan China turut dirasakan oleh Rusia.

Terlebih, baru-baru ini semakin meningkat tudingan yang dilemparkan Amerika Serikat ( AS) terhadap China.

Tanggapan Rusia tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, pada Jumat (9/7/2020) lalu.

Lavrov menyorot beberapa pihak berwenang AS telah menyerang pejabat China sampai tahap penyerangan terhadap pribadi.

Hal itu menurutnya sangat mengkhawatirkan.

Lavrov berharap dua negara adidaya tersebut dapat menemukan solusi atas permasalahan mereka melalui jalan diplomatik sebagaimana dilansir dari CGTN News, Sabtu (11/7/2020).

Selain mengomentari masalah AS-China, Lavrov juga membahas perjanjian mengenai pembatasan senjata antara Rusia dengan China.

Pakta pengendalian senjata antara Rusia dan AS diatur melalui New Strategic Arms Reduction Treaty ( New START).

Rusia dan AS menandatangani perjanjian New START pada 2010. Perjanjian tersebut berisi penetapan batasan jumlah berbagai macam senjata strategis yang dimiliki oleh kedua negara itu.

Perjanjian tersebut akan kedaluwarsa pada Februari 2021 dan dapat diperpanjang hingga 5 tahun ke depan dengan persetujuan bersama.

Dia mengatakan Rusia telah siap untuk setiap perkembangan. Jika AS menolak untuk memperbarui perjanjian tersebut, Rusia mungkin akan mengambil langkah lain.

"Kami tahu, dan kami sangat percaya bahwa kami dijamin untuk menjamin keamanan kami untuk jangka panjang bahkan tanpa adanya perjanjian ini," ujar Lavrov.

Jika pihak AS membuka ruang untuk memperpanjang perjanjian New START, fokus dialognya akan seputar pada pengontrolan senjata baru, dalam konteks semua faktor yang memengaruhi stabilitas strategis.

Menurut Lavrov, Rusia tidak memerlukan perpanjangan perjanjian tersebut melebihi AS

Lavrov menambahkan jika Amerika Serikat dengan tegas menolak untuk memperpanjangnya perjanjian New START, Rusia tidak akan membujuknya.

WHO Akhirnya Kirim Tim Ahli ke China, Siap Menyelidiki Asal-usul Pandemi Covid-19

China merupakan negara pertama yang melaporkan penemuan kasus virus Corona atau Covid-19.

Badan Kesehatan Dunia ( WHO) akhirnya berangkat ke China untuk menyelidiki asal usul pandemi ini.

Delegasi tim ahli WHO berangkat ke China pada Jumat (9/7/2020).

Wabah virus Corona ini diyakini pertama kali muncul di pasar grosir di pusat kota Wuhan, China, pada akhir tahun lalu.

Sementara, penyebarannya diyakini berasal dari antar-spesies hewan ke manusia.

Melansir Reuters pada Jumat (10/7/2020), dua pakar WHO, spesialis kesehatan hewan dan epidemiologi, pergi ke China untuk bekerja sama dengan para ilmuwan "Negeri Panda".

Juru bicara WHO Margaret Harris mengatakan, WHO dan para ilmuwan China secara bersama-sama akan menentukan ruang lingkup dan jadwal penyelidikan virus Corona.

"Mereka sudah berangkat, mereka adalah para ahli penelitian lapangan," kata Harris.

Pertemuan para perwakilan WHO ini akan melibatkan negosiasi dengan para ilmuwan China, termasuk akan membahas komposisi tim penilitian yang lebih lengkap.

"Salah satu masalah besar yang membuat semua orang tertarik, dan menjadi alasan kami mengirim ahli kesehatan hewan, adalah untuk mengetahui apakah virus Corona ditularkan melalui antar-spesies hewan ke manusia.

Dan spesies apa yang menjadi mediatornya," kata Harris.

Harris mengatakan bahwa virus Corona ada kesamaan dengan virus kelelawar, tapi masih perlu dipastikan lagi perbedaannya.

“Tetapi apakah ia melewati spesies perantara? Ini adalah pertanyaan yang kita semua harus jawab,” katanya.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo mengatakan, ada kemungkinan virus Corona berasal dari sebuah laboratorium di Wuhan.

Namun pihak pemerintah AS, tidak menunjukkan bukti untuk dugaannya.

Sementara itu, China telah dengan keras membantah dugaan pemerintah AS.

Para ilmuwan dan agen intelijen AS juga mengatakan virus Corona itu muncul secara alamiah.

"Jika ada kekeliruan (penelitian kasus virus Corona), dan kita mungkin tidak pernah tahu pasti, itu akan sangat sulit untuk mengungkapnya," kata seorang profesor di Georgetown Law di Washington DC, Lawrence Gostin.

Gostin mengatakan para peneliti mengahadapi tantangan besar dalam menyelidiki asal-usul virus Corona sebagai formula untuk menanggulangi pandeminya.

Sebab, sejak pasar Wuhan ditutup setelah ada indikasi virus baru yang sekarang dikenal dengan nama Covid-19, tidak ada catatan independen, evaluasi atau investigasi terhadap potensi zoonosis.

“Jadi, akan sangat sulit untuk merunut ke awal mula kemunculan virus dan menyatukan hasilnya,” katanya.

(*)

Jepang Siapkan Jet Siluman Tercanggih di Dunia, Disebut Bakal Buat China Ciut Nyali

UU Keamanan Nasional, Amerika Serikat Peringatkan Warganya di China: Kalian Bisa saja Dipenjara!

Trending Twitter, Video Viral Media Tiongkok Sebut Batik Sebagai Kerajinan Tradisional dari China

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "virus Corona Ditemukan pada Kemasan Makanan, Bagaimana Risikonya?".

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved