Setelah 60 Detik Naik Lift, Wanita di China Ini Tularkan Virus Corona ke 71 Orang
Dalam waktu 60 detik, seorang wanita di China yang terinfeksi virus Corona tanpa gejala (asimptomatik) telah menularkan wabah Covid-19 ke 71 orang.
TRIBUNBATAM.id, HARBIN - Dalam waktu 60 detik, seorang wanita di China yang terinfeksi virus Corona tanpa gejala (asimptomatik) telah menularkan virusnya ke 71 orang.
Tragedi ini terjadi di Provinsi Heilongjiang, China.
Pada pertengahan April lalu, 2 rumah sakit dibuat bingung dengan sumber penyebaran Covid-19 yang terjadi di sana.
Rincian kasus infeksi virus Corona di 2 rumah sakit itu diselidiki dalam sebuah studi baru yang dirilis oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), yang menganalisis dampak yang diakibatkan oleh seorang pelancong terinfeksi tanpa gejala.
Melansir Daily Star pada (12/7/2020), menyebutkan bahwa kasus itu dapat disisir mulai dari 2 April lalu, ketika seorang laki-laki dari Provinsi Heilongjiang, China yang menderita penyakit stroke datang ke rumah sakit.
Mulanya pria ini dirawat untuk mengobati penyakit strokenya dan belum dinyatakan terinfeksi virus Corona.
• China Punya Pesawat Siluman Terbaru, Diprediksi Akan Diproduksi Secara Masal
Pria itu dilarikan ke rumah sakit bersama 3 anak laki-lakinya yang bertugas menjaga.
Di antara mereka tanpa disadari telah menularkan virus Corona ke 28 orang lain, termasuk 5 perawat dan seorang dokter.
Bahkan, sebelum didiagnosis di rumah sakit itu, pria itu telah dibawa ke rumah sakit lain di Provinsi Heilongjiang, China untuk perawatan stroke.
Di sana pria itu menularkan virus Corona ke lebih dari 20 orang.
Selama perawatannya di sana, pria itu ternyata diketahui telah terlibat kontak fisik dengan seorang pasien berinisial B yang memiliki gejala Covid-19 dan para ilmuwan menyatakan bahwa virus Corona itu berasal dari luar negeri.
Semua orang yang memiliki kontak dengan pasien B diperiksa, salah satunya adalah pria dengan penyakit stroke tersebut.
Dinyatakan mereka semua terbukti positif virus Corona.
Semua orang yang memiliki kontak dengan mereka atau bahkan dekat dengan mereka saat di rumah sakit, diuji, dan diisolasi.
Hampir 50 orang dari mereka sudah terinfeksi virus dan telah menyebarkan ke lebih banyak orang lainnya.
Kendati demikian, tim pelacak virus tetap berusaha keras untuk mengetahui sumber penyebaran virus Corona di rumah sakit tersebut.
Hasil penyelidikannya diketahui, pasien B telah melakukan kontak fisik dengan pria yang mengidap stroke dan para anak laki-lakinya dalam sebuah pesta pada 29 Maret silam.
Di antara tamu yang hadir, tidak satu pun dinyatakan positif virus Corona.
Karena penularan virus biasanya terjadi sebab adanya kontak dekat, maka tim pelacak pun menguji pacar dari pria yang mengidap stroke.
Hasilnya, pacar pria itu juga telah terinfeksi virus Corona dan juga putrinya yang tinggal bersamanya.
Pria itu telah mengunjungi mereka pada 26 Maret lalu.
Sementara, ibu dan putrinya tidak memiliki riwayat perjalanan dan kontak fisik lain dengan orang yang mengarah pada kasus Covid-19.
Pada 9 April, tim pelacak akhirnya memanggil semua orang yang tinggal di menara apartemen yang sama dengan ibu dan putrinya itu, untuk mengetahui siapa penderita awal virus tersebut.
Pada tes tersebut, tim pelacak akhirnya mendapatkan sumber orang pertama yang menyebarkan virus Corona.
Ditemukan fakta bahwa belum lama dari momen itu, ada seorang wanita (inisial AO) yang melakukan perjalanan ke Amerika Serikat (AS) dan dia tinggal di satu lantai di atas ibu dan putrinya itu tinggal.
Sebuah pemeriksaan cepat kemudian mengungkapkan bahwa AO dalam keadaan sehat dan telah menerapkan protokol kesehatan, tapi hasil pemeriksaan lebih lanjut mengungkapkan bahwa AO memiliki antibodi Covid-19.
Tiga wanita itu kemudian menjalani serangkaian pemeriksaan, dan hasilnya mengatakan bahwa mereka tidak melakukan kontak langsung satu sama lain.
Sehingga, menyisakan satu kemungkinan sumber penularan, yaitu lift yang ada di apartemen mereka yang digunakan oleh semua orang, termasuk wanita asimptomatik Covid-19 (AO) yang baru kembali dari AS itu.
AO telah menggunakan lift untuk sampai ke apartemen tempat ia mengisolasi diri.
"Karena itu, kami percaya A0 (pelancong dari AS) adalah pembawa virus tanpa gejala dan bahwa B1.1 (putri dari ibu yang tinggal di lantai di bawahnya) terinfeksi melalui kontak dengan permukaan di lift di gedung tempat mereka berdua tinggal," tulis para peneliti.
Kemudian, para peneliti itu mengatakan bahwa hasil penelitian mereka menggambarkan bagaimana infeksi SARS-CoV-2 asimptomatik tunggal dapat mengakibatkan penularan komunitas secara luas.
Para peneliti percaya bahwa anak perempuan yang hidup di lantai bawah pasti menyentuh wajah, mata, atau hidungnya setelah kemudian menggunakan tombol yang sama atau bersandar pada panel yang sama.
Mereka mengatakan temuan mereka memperkuat pentingnya mencuci tangan dan mengisolasi untuk mencegah penyebaran virus Corona.
“Langkah-langkah berkelanjutan untuk melindungi, menyaring, dan mengisolasi orang yang terinfeksi sangat penting untuk mencegah dan mengurangi pandemi Covid-19,” katanya.
Amerika Serikat dan China Berkonflik, Rusia Khawatir, Minta Keduanya Tempuh Jalan Diplomatik
Kekhawatiran atas konflik yang terjadi antara Amerika Serikat ( AS) dan China turut dirasakan oleh Rusia.
Terlebih, baru-baru ini semakin meningkat tudingan yang dilemparkan Amerika Serikat ( AS) terhadap China.
Tanggapan Rusia tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, pada Jumat (9/7/2020) lalu.
Lavrov menyorot beberapa pihak berwenang AS telah menyerang pejabat China sampai tahap penyerangan terhadap pribadi.
Hal itu menurutnya sangat mengkhawatirkan.
Lavrov berharap dua negara adidaya tersebut dapat menemukan solusi atas permasalahan mereka melalui jalan diplomatik sebagaimana dilansir dari CGTN News, Sabtu (11/7/2020).
Selain mengomentari masalah AS-China, Lavrov juga membahas perjanjian mengenai pembatasan senjata antara Rusia dengan China.
Pakta pengendalian senjata antara Rusia dan AS diatur melalui New Strategic Arms Reduction Treaty ( New START).
Rusia dan AS menandatangani perjanjian New START pada 2010. Perjanjian tersebut berisi penetapan batasan jumlah berbagai macam senjata strategis yang dimiliki oleh kedua negara itu.
Perjanjian tersebut akan kedaluwarsa pada Februari 2021 dan dapat diperpanjang hingga 5 tahun ke depan dengan persetujuan bersama.
Dia mengatakan Rusia telah siap untuk setiap perkembangan.
Jika AS menolak untuk memperbarui perjanjian tersebut, Rusia mungkin akan mengambil langkah lain.
"Kami tahu, dan kami sangat percaya bahwa kami dijamin untuk menjamin keamanan kami untuk jangka panjang bahkan tanpa adanya perjanjian ini," ujar Lavrov.
Jika pihak AS membuka ruang untuk memperpanjang perjanjian New START, fokus dialognya akan seputar pada pengontrolan senjata baru, dalam konteks semua faktor yang memengaruhi stabilitas strategis.
Menurut Lavrov, Rusia tidak memerlukan perpanjangan perjanjian tersebut melebihi AS
Lavrov menambahkan jika Amerika Serikat dengan tegas menolak untuk memperpanjangnya perjanjian New START, Rusia tidak akan membujuknya.
WHO Akhirnya Kirim Tim Ahli ke China, Siap Menyelidiki Asal-usul Pandemi Covid-19
China merupakan negara pertama yang melaporkan penemuan kasus virus Corona atau Covid-19.
Badan Kesehatan Dunia ( WHO) akhirnya berangkat ke China untuk menyelidiki asal usul pandemi ini.
Delegasi tim ahli WHO berangkat ke China pada Jumat (9/7/2020).
Wabah virus Corona ini diyakini pertama kali muncul di pasar grosir di pusat kota Wuhan, China, pada akhir tahun lalu.
Sementara, penyebarannya diyakini berasal dari antar-spesies hewan ke manusia.
Melansir Reuters pada Jumat (10/7/2020), dua pakar WHO, spesialis kesehatan hewan dan epidemiologi, pergi ke China untuk bekerja sama dengan para ilmuwan "Negeri Panda".
Juru bicara WHO Margaret Harris mengatakan, WHO dan para ilmuwan China secara bersama-sama akan menentukan ruang lingkup dan jadwal penyelidikan virus Corona.
"Mereka sudah berangkat, mereka adalah para ahli penelitian lapangan," kata Harris.
Pertemuan para perwakilan WHO ini akan melibatkan negosiasi dengan para ilmuwan China, termasuk akan membahas komposisi tim penilitian yang lebih lengkap.
"Salah satu masalah besar yang membuat semua orang tertarik, dan menjadi alasan kami mengirim ahli kesehatan hewan, adalah untuk mengetahui apakah virus Corona ditularkan melalui antar-spesies hewan ke manusia.
Dan spesies apa yang menjadi mediatornya," kata Harris.
Harris mengatakan bahwa virus Corona ada kesamaan dengan virus kelelawar, tapi masih perlu dipastikan lagi perbedaannya.
“Tetapi apakah ia melewati spesies perantara? Ini adalah pertanyaan yang kita semua harus jawab,” katanya.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo mengatakan, ada kemungkinan virus Corona berasal dari sebuah laboratorium di Wuhan.
Namun pihak pemerintah AS, tidak menunjukkan bukti untuk dugaannya.
Sementara itu, China telah dengan keras membantah dugaan pemerintah AS.
Para ilmuwan dan agen intelijen AS juga mengatakan virus Corona itu muncul secara alamiah.
"Jika ada kekeliruan (penelitian kasus virus Corona), dan kita mungkin tidak pernah tahu pasti, itu akan sangat sulit untuk mengungkapnya," kata seorang profesor di Georgetown Law di Washington DC, Lawrence Gostin.
Gostin mengatakan para peneliti mengahadapi tantangan besar dalam menyelidiki asal-usul virus Corona sebagai formula untuk menanggulangi pandeminya.
Sebab, sejak pasar Wuhan ditutup setelah ada indikasi virus baru yang sekarang dikenal dengan nama Covid-19, tidak ada catatan independen, evaluasi atau investigasi terhadap potensi zoonosis.
“Jadi, akan sangat sulit untuk merunut ke awal mula kemunculan virus dan menyatukan hasilnya,” katanya.
(*)
• Batik Diklaim Media China Berasal dari Tiongkok, Ini Reaksi Netizen Indonesia
• Otoritas China Temukan Covid-19 Pada Kemasan Makanan, Manajemen Keamanan Belum Ideal
• VIRAL Media China Klaim Batik Berasal dari Tiongkok, Netizen Ramai Ribut di Twitter
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "60 Detik Naik Lift, Wanita Ini Tularkan Covid-19 ke 71 Orang".