TRIBUN WIKI
Gemar Menimbun Barang Tak Berguna hingga Jadi Sampah? Waspada Hoarding Disorder, Apa Itu?
Penderita hoarding disorder kerap menumpuk barang yang dianggap tak bernilai bagi orang banyak hingga bagai timbunan sampah.
TRIBUNBATAM.id - Sadar maupun tidak, terkadang kita menyimpan barang-barang yang sudah tidak terpakai di suatu ruangan, atau bahkan kamar sendiri.
Meski sudah tidak berguna, barang-barang tersebut memiliki kenangan tertentu sehingga berat bila dibuang.
Bila terlalu sering dan barang yang disimpan sampai tertimbun atau menumpuk, hal ini patut diwaspadai.
Kondisi ini disebut hoarding disorder.
Penderita hoarding disorder kerap menumpuk barang yang dianggap tak bernilai bagi orang banyak.
Bahkan, seringkali barang-barang yang disimpannya menumpuk bagai timbunan sampah.
Menurut data Mayo Clinic, penderita hoarding disorder biasanya merasa sulit membuang atau berpisah dengan barang-barang yang ditimbunnya.
Mereka kerap merasa barang-barang tersebut bisa menyelamatkan kehidupan mereka.
Selain itu, penderita hoarding disorder juga seringkali membuat kondisi tempat tinggalnya terasa sempit dan kacau karena tumpukan barang yang ditimbunnya.
Dalam beberapa kasus, timbunan barang yang dilakukan penderita hoarding disorder bisa mempengaruhi fungsi sehari-hari mereka.
Gejala
Mereka yang mengalami hoarding disorder biasanya suka menumpuk atau menyimpan barang yang tidak diperlukan dalam jumlah berlebihan.
Barang-barang yang ditumpuk kerap menimbulkan suasana kacau namun mereka seringkali merasa susah untuk membuangnya.
Selain itu, penderita hoarding disorder juga kerap mengalami gejala berikut:
- cenderung perfeksioniosme
- kerap menghindar dan menunda
- seringkali memiliki masalah dengan perencanaan
- sulit membuat keputusan.
Hoarding disorder dapat menyebabkan masalah dalam hubungan, kegiatan sosial, pekerjaan dan berbagai fungsi dalam kehidupan mereka.
Gangguan ini juga bisa menyebabkan masalah kesehatan serius.
Penyebab
Menurut laman nasional kesehatan Inggris, seseorang bisa mengalami hoarding disorder karena hal-hal berikut ini:
- depresi berat
- gangguan psikotik, seperti skizofrenia
- obesesif kompulsif.
Selain itu, seseorang bisa mengalami hoarding disorder karena hal-hal yang berkaitan dengan pengabaian diri.
Biasanya, hal ini dialami oleh seseorang yang memiliki kondisi berikut:
- hidup sendiri
- tidak memiliki pasangan
- masa kanak-kanak yang tidak bahagia
- tumbuh di lingkungan yang berantakan.
Beda hoarding disorder dengan koleksi
Orang yang hobi mengoleksi suatu barang biasanya menyimpan benda-benda koleksinya dengan rapi sehingga tidak menimbulkan masalah.
Selain itu, item yang dikoleksi pun biasanya khusus atau terdiri dari satu jenis barang saja.
Barang-barang yang disimpan untuk koleksi seringkali memiliki nilai guna atau terbilang mahal.
Berbeda dengan penderita hoarding disorder, mereka menyimpan barang secara random atau semua jenis barang disimpan.
Bahkan, barang-barang yang disimpannya kerap tidak memiliki nilai guna atau tidak berharga.
Mereka juga kerap menyimpan barang degan sembarangan hingga menumpuk seperti sampah dan mengakibatkan kekacauan di lingkungan tempat tinggalnya.
Cara mengatasi
Perawatan utama untuk mengatasi gangguan ini adalah terapi perilaku kognitif atau CBT.
Pada metode ini, terapis biasanya membantu pasien untuk memahami apa yang membuatnya sulit untuk membuang barang-barang yang ditimbunnya.
Terapis juga akan memberikan tugas tambahan pada pasien agar mereka terdorong untuk membersihkan timbunan barang yang dibuatnya.
Selain itu, gangguan ini juga bisa diatasi dengan bantuan obat dari psikiater.
Obat yang diberikan bisa berupa elective serotonin reuptake inhibitor (SSRIs), yang telah terbukti ampuh untuk mengatasi gangguan ini.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sering Menimbun Barang hingga Jadi Sampah, Hati-hati Hoarding Disorder".