TANJUNGPINANG TERKINI
WASPADA, Usia 15 Tahun di Tanjungpinang Paling Banyak Terjangkit Demam Berdarah, Total 168 Kasus
Jumlah penderita demam berdarah di Tanjungpinang pada bulan Januari tercatat paling banyak dengan 55 kasus.
Penulis: Endra Kaputra | Editor: Septyan Mulia Rohman
TRIBUNBATAM.id, TANJUNGPINANG - Anak usia 15 tahun ke atas di Tanjungpinang paling banyak terjangkit demam berdarah.
Data dari Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Tanjungpinang mencatat, sebanyak 44 persen umur 15 tahun ke atas terkena penyakit mematikan ini.
Selanjutnya 23 persen berusia 10 sampai 14 tahun, usia 5 sampai 9 tahun sebanyak 21 persen serta 12 persen usia 0 hingga 4 tahun.
Jumlah kasus Demam Berdarah (DBD) sejak 1 Januari sampai 16 Juli 2020 di Tanjungpinang sebanyak 168 kasus.
Dari keseluruhan angka ini, jumlah pada bulan Januari tercatat paling banyak dengan 55 kasus.
Sementara Februari sebanyak 21 kasus, Maret 14 kasus, April 6 kasus.
Kemudian Mei sebanyak 12 kasus, Juni 31 kasus dan bulan Juli sebanyak 29 kasus.
Kelurahan yang angka kejadiannya tertinggi adalah Kelurahan Batu Sembilan, Air Raja, Tanjungpinang Barat, Kampung Baru dan Tanjungpinang Timur.
"Tindakan penanggulangan kasus yang sudah dilakukan berupa penyelidikan epidemiologi, tindakan fogging atau pengasapan pada seluruh kasus positif," ucap Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Tanjungpinang, Rustam, Selasa (21/7/2020).
Untuk tindakan pencegahan penularan dilakukan dengan sosialisasi melalui penyuluhan mobil puskesmas keliling, penyuluhan di posyandu dan penyuluhan dari rumah ke rumah oleh para kader.
Koordinasi dengan aparat kecamatan dan kelurahan terus digalang untuk mengajak masyarakat meningkatkan kewaspadaan ancaman DBD ini secara bersama-sama.
"Pelaksanaan abatisasi di lingkungan pemukiman kasus positif dengan melibatkan para juru pemantau jentik dan warga setempat.
Kami juga mengimbau agar setiap keluarga melaksanakan gerakan satu rumah satu jumantik secara berkelanjutan," tambahnya.
• Catat Pengendara Bermotor, Ini 6 Target Operasi Patuh Seligi Polres Karimun, Berlaku Kamis (23/7)
• Gara-Gara Ponsel, 2 Pria Berurusan Dengan Satreskrim Polres Karimun, Terancam 12 Tahun Penjara
Sementara itu, Humas RS Raja Ahmad Tabib di Tanjungpinang, Santi mengatakan, pasien DBD yang dalam perawatan ada sebanyak 77 pasien.
"Data itu terhitung mulai Januari sampai Juni 2020. Paling banyak pasien DBD pada Januari sebanyak 35 pasien," ucapnya.
Adapun lima langkah pencegahan demam berdarah di Tanjungpinang meliputi:
1. Meningkatkan gerakan masyarakat melalui upaya Sosialisasi dan edukasi dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M Plus yaitu Menguras, Menutup dan Memanfaatkan kembali barang bekas serta mengghidari gigitan nyamuk.
2. Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam gerakan 1 rumah 1 jumantik yang telah dibentuk di wilayah kerja Saudara.
3. Mengaktifkan peran RT dan RW dalam upaya penggerakan masyarakat dalam pengawasan bila ada warga yang terindikasi DBD, agar segera melaporkan ke Puskesmas terdekat.
4. Membantu petugas dalam kelancaran kegiatan Penyelidikan Epidemiologis dan kegiatan pengasapan di wilayah Saudara yang terdapat kasus DBD.
5. Dalam upaya pencegahan dan pengendallian DBD, agar tetap berpedoman pada protokol kesehatan dimasa pandemic sesuai dengan PERWAKO No 29 tahun 2020 tentang Pedoman Perilaku Hidup Baru Masyarakat Produktif dan Aman Dalam Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus 2019 di Kota Tanjungpinang.
Penderita Demam Berdarah di Bintan Bertambah
Jumlah penderita demam berdarah di Kabupaten Bintan, Provinsi Kepri bertambah.
Sebanyak 5 warga Bintan terjangkit penyakit ini selama Juli 2020.
Data penyakit DBD ini dirangkum Dinas Kesehatan (Dinkes) Bintan dari sejumlah Puskesmas dan RSUD yang ada di Bintan.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bintan sebelumnya mencatat, sebanyak 21 orang warga di Kabupaten Bintan terserang Demam Berdarah Dengue (DBD) dari bulan Januari sampai tanggal 10 Juni 2020.
"Ada lima orang yang terjangkit DBD pada Juli 2020 ini, ujar Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Bintan, drg, Euis, Selasa (21/7/2020).
Ia menuturkan, bulan Januari 2020 merupakan kasus terbanyak demam berdarah dengan 11 orang.
Euis merinci, jumlah masyarakat yang terserang DBD sejak Januari hingga Juni 2020, yakni di bulan Januari masyarakat yang terserang DBD sebanyak 11 orang, Februari sebanyak 2 orang, Maret 1 orang, April nihil, Mei 4 orang dan bulan Juni pertanggal 10 sebanyak 3 orang.
"Bulan April itu tercatat tidak ada masyarakat yang terjangkit Dema Berdarah," tuturnya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bintan, dr Gama AF Isnaeni mengakui bahwa kasus DBD di Bintan memang masih sering menyerang warga Kabupaten Bintan.
Sehingga menjadi perhatian Dinkes, khususnya di permukiman padat penduduk yang ada di daerah Bintan.
Apalagi di situasi musim, penghujan sangat rawan terjangkit DBD.
Sejumlah upaya sudah dilakukan Dinkes Bintan untuk membasmi dan mencegah berkembang biaknya nyamuk penyebab DBD.
Mulai dari sosialisasi 3M Plus kepada warga dan menggelar gerakan Juru Pemantau Jentik (Jumantik) satu rumah satu jumantik.
Tetapi hal itu, kurang efektif dilaksanakan dilingkungan keluarga dan masyarakat.Sebab dalam arti tidak ada petugas khusus yang bertanggung jawab.
• Bayi di Batam Terlahir Derita Penyakit Langka Herlequine Ichtyosys, Kulit Melepuh
• Harga Tiket Masih Normal Per Hari Lion Air Angkut 1.000 Penumpang, Batam-Jakarta Rp 538 Ribu
"Nah karena itu, kita membentuk petugas khusus dengan mengangkat Jumantik,"ungkapnya.
Gama juga berharap kepada masyarakat untuk dapat melaksanakan langkah 3M Plus dipemukiman warga.
Hal itu dilakukan untuk membasmi dan mencegah pengembangbiakan jentik nyamuk Aedes aegypti.
"Salah satunya yang harus di perhatikan warga, seperti di tempat-tempat penampungan air, toilet, ban kendaraan yang sudah tidak terpakai, pot tanaman, tempat minum hewan peliharaan, mainan, vas, kolam renang, tempat sampah,dan lainnya," ucapnya.(TribunBatam.id/Endra Kaputra/Alfandi Simamora)
