HUMAN INTEREST
Kisah Miranda Gadis Penjual Kue di Tarempa, Bermimpi Jadi Dokter, 'Ingin Rawat Mamak Kalau Sakit'
Terlahir dari keluarga yang serba pas-pasan mengharuskan Miranda membantu perekonomian keluarganya.
Editor: Dewi Haryati
TRIBUNBATAM.id, ANAMBAS - Derai air mata mengalir dari kelopak mata milik gadis kecil berjilbab panjang itu.
Namanya Miranda Aulia (10). Ia masih duduk di kelas 3 Sekolah Dasar (SD) di SDN 003 Tarempa, Kabupaten Kepulauan Anambas.
Terlahir dari keluarga yang serba pas-pasan mengharuskan Miranda membantu perekonomian keluarganya. Ibunya hanyalah pembuat kue, sedangkan ayahnya seorang nelayan.
Karena itu, di usianya yang terbilang masih belia, Miranda sudah harus merasakan pedihnya banting tulang mencari nafkah untuk membantu perekonomian keluarganya.
Ia mencari uang dengan berjualan kue di Kota Tarempa. Karena sibuk membantu ekonomi keluarganya, Miranda sempat tinggal kelas selama dua tahun.
• Kasus Dugaan Prostitusi Online di Batam, Polsek Batuaji Tetapkan Sejumlah Tersangka
• Deretan Fakta Kebakaran SB Takong Hiu Milik Pemkab Karimun, Polisi Masih Selidiki Penyebabnya
Miranda merupakan anak ke-6 dari 7 bersaudara, orang tuanya bernama Tarmizi dan Nuraini.
Miranda yang tinggal di atas bukit, sekitar daerah Pasir Merah ini harus menempuh perjalanan dua jam untuk bisa menjajakan kuenya ke pembeli yang ada di Kota Tarempa.
"Saya dari pukul 10.00 WIB sudah keluar jualan kue, saya jalan kaki dan bisa sampai Tarempa itu pukul 13.00 WIB," ucap Miranda saat bercerita kepada tribunbatam.id di rumahnya, Jumat (24/7/2020).
Rumah Miranda yang cukup jauh dari kota membuat ia setiap hari harus berjalan kaki menjajakan jualannya. Naik turun bukit sudah jadi makanan sehari-hari Miranda.
"Kalau capek pasti, tapi saya tak pernah ngeluh ke mamak, saya jualan kan bantu orang tua juga, jadi tidak boleh ngeluh. Saya mau bantu mamak bayar hutang di bank," ujarnya sambil menangis.
Sehari-hari Miranda menjajakan berbagai macam makanan, ada kue, petai, dan bahkan nasi kotak.
"Biasanya saya jualan dekat jembatan itu yang ada spanduk, kalau ads kapal bukit raya masuk saya ikut mamak jualan nasi bungkus, kadang mamak bawa nasi bungkus 30 sampai 45 bungkus," tuturnya.
Satu bungkus nasi dijual Rp 25 ribu sampai Rp 30 ribu dengan lauk yang berbeda. Kadang dagangan yang ia jual bisa habis, dan juga tersisa.
Selain itu, orang tua Miranda juga punya kebun. Setiap musim petai biasanya Miranda akan jualan petai ke rumah-rumah warga.