Mulai Ramai Didatangi Wisatawan China, Tiket Tempat Wisata di Wuhan Digratiskan

Setelah berbulan-bulan hadapi pandemi Covid-19, Wuhan tampak mulai bangkit. Tempat wisata di Wuhan didatangi oleh para warga China untuk berkunjung.

AFP/HECTOR RETAMAL
Sejumlah pasangan dengan mengenakan masker menari di sebuah taman di sebelah Sungai Yangtze, Wuhan, Provinsi Hubei, China, Selasa (12/5/2020). Tiket tempat wisata digratiskan, wisatawan berbondong-bondong ke Wuhan. 

Editor: Putri Larasati Anggiawan

TRIBUNBATAM.id, WUHANSetelah berbulan-bulan menghadapi pandemi virus Corona atau Covid-19, Wuhan tampak mulai bangkit.

Beberapa tempat wisata di Wuhan, China dikabarkan sudah kembali dibuka untuk publik.

Tak hanya itu, para warga China juga sudah mulai berkunjung ke tempat wisata di Wuhan.

Mengutip SCMP, Minggu (9/8/2020), pihak berwenang di Wuhan, menyebutkan, beberapa tempat wisata populer saat ini telah menarik pengunjung lebih banyak pada akhir pekan ini.

Hal itu terjadi setelah 400 tempat wisata di seluruh Provinsi Hubei tak dikenakan biaya masuk alias gratis hingga akhir tahun.

Pada Sabtu (8/8/2020), pengunjung yang datang ke Menara Yellow Crane mencapai 12.000 orang.

Sempat Dapat Hinaan, Begini Kisah Warga Wuhan Terinfeksi Covid-19 di Amerika Serikat

Jumlah tersebut lebih tinggi tiga kali lipat dari biasanya.

Tempat lain, Danau Besar Mulan, yang merupakan kawasan yang menyajikan pemandangan indah di utara kota juga mengalami kenaikan jumlah pengunjung yang drastis.

Petugas yang menjaga Danau Mulan, menyebutkan, pada Sabtu lalu saja, ada lebih dari 3.000 pengunjung.

Jumlah ini tiga kali lipat lebih besar dari biasanya.

Tempat lain seperti Haichang Ocean Mark, Wuhan Garden Expo Park dan Crepe Myrtle Garden juga mengalami peningkatan.

"Dengan semua atraksi yang dibuat secara gratis, bahkan seseorang seperti saya yang lebih suka bepergian ke provinsi lain tidak dapat menahan diri," kata Xiao Fei, seorang warga Wuhan.

Adapun, pengunjung yang diperbolehkan datang untuk berwisata di Wuhan adalah pengunjung yang berasal dari wilayah China yang tidak menunjukkan peningkatan kasus dalam dua minggu.

Upaya kota dalam rangka menghidupkan kembali pariwisata dilakukan sebulan usai otoritas pusat mulai membuka secara berhati-hati industri pariwisata domestik guna melepaskan daya beli yang terpendam dan meningkatkan kembali perekonomian.

Seperti diketahui, sektor perjalanan domestik saat pandemi tertatih-tatih di ambang kehancuran.

Kini, para agen perjalanan telah diizinkan kembali untuk mengoperasikan tur kelompok perbatasan melintasi provinsi di China.

Langkah yang diambil pemerintah berkaitan dengan sektor wisata ini adalah bentuk keyakinan pihak berwenang bahwa penyakit telah dikendalikan.

Adapun langkah untuk membuka Wuhan, yang merupakan wilayah yang pertama kali mengonfirmasi kasus Covid-19, disebut memiliki kepentingan simbolis tertentu.

Wuhan mencatat lebih dari 50.000 kasus yang dikonfirmasi, dan korban meninggal dunia sebanyak 4.000 orang.

Kota tersebut juga telah mengalami kuncian selama berbulan-bulan sebelum akhirnya dibuka kembali.

Ikuti Jejak India dan Amerika Serikat, Jepang Akan Melarang TikTok, China Beri Peringatan

TikTok menjadi perbincangan hangat di media sosial akhir-akhir ini.

Pasalnya, India dan Amerika Serikat mengumumkan larangan penggunaan aplikasi TikTok di negaranya.

Kini, Jepang dikabarkan akan mengikuti jejak kedua negara itu.

Namun China bereaksi keras atas rencana Jepang itu.

China bahkan telah memperingatkan Jepang bahwa larangan pada aplikasi video pendek TikTok yang berbasis di Beijing akan memiliki "dampak besar" pada hubungan bilateral.

Hal tersebut dikatakan penyiar TBS yang dikutip Reuters pada hari Jumat (7/8/2020), dari sumber pemerintah Jepang yang tidak disebutkan namanya.

Sekelompok anggota parlemen di Partai Demokrat Liberal yang berkuasa di Jepang telah memutuskan untuk mendorong langkah-langkah untuk membatasi aplikasi karena kekhawatiran data dapat berakhir di tangan pemerintah China.

Kementerian luar negeri Jepang belum bersedia berkomentar.

Pemerintah belum mengatakan sedang mempertimbangkan untuk melarang aplikasi tersebut.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengumumkan pada hari Kamis larangan penggunaan aplikasi TikTok.

Bahkan ketika ByteDance sedang menegosiasikan dengan Microsoft Corp kemungkinan akuisisi untuk aplikasi berbagi video tersebut.

Sebelumnya, para pejabat keamanan AS telah mengungkapkan kekhawatiran kalau aplikasi milik perusahaan China ByteDance tersebut bisa digunakan untuk mengumpulkan data pribadi warga Amerika.

Aplikasi populer itu memiliki hingga 80 juta pengguna aktif dalam sebulan di Amerika, dan larangan ini bisa menjadi pukulan telak bagi ByteDance.

"Sejauh menyangkut TikTok, kami akan melarang mereka dari Amerika Serikat," kata Trump kepada wartawan di Air Force One.

Tidak jelas apakah Trump memiliki kekuasaan untuk melarang TikTok, bagaimana larangan itu akan ditegakkan, dan tantangan hukum apa yang akan dihadapi.

Microsoft berkali-kali dilaporkan bernegosiasi untuk membeli aplikasi tersebut dari ByteDance, tapi Trump tampak menimbulkan keraguan kalau kesepakatan seperti itu akan diizinkan untuk tercapai.

Jika memang digolkan, berbagai laporan mengatakan kesepakatan itu akan meliputi ByteDance menggugurkan operasi TikTok di AS.

Juru bicara TikTok menolak untuk berkomentar tentang langkah tersebut namun mengatakan perusahaan "yakin dengan kesuksesan jangka panjang TikTok" di AS.

Pelarangan TikTok ini muncul pada saat meningkatnya ketegangan antara pemerintahan Trump dan pemerintah China atas sejumlah masalah, termasuk sengketa dagang dan cara Beiing menangani wabah virus Corona.

Mengapa AS khawatir dengan TikTok?

Para pejabat dan politikus di AS khawatir data yang dikumpulkan oleh ByteDance lewat TikTok berakhir di tangan pemerintah China.

TikTok mengoperasikan versi serupa tapi terpisah dari aplikasi itu di China, yang bernama Douyin.

Mereka mengatakan semua data pengguna AS disimpan di AS, dengan cadangan di Singapura.

Pekan ini, TikTok berkata kepada para pengguna dan regulator bahwa mereka akan memberlakukan transparansi tingkat tinggi, termasuk mengizinkan pemeriksaan algoritmenya.

"Kami tidak politis, kami tidak menerima iklan politik dan tidak punya agenda — satu-satunya tujuan kami ialah terus menjadi platform yang hidup dan dinamis, untuk dinikmati semua orang," kata CEO TikTok, Kevin Mayer, dalam sebuah kiriman pekan ini.

"TikTok telah menjadi target terbaru, tapi kami bukan musuh."

Bagaimana dengan Indonesia?

Direktur Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata Kementerian Luar Negeri Indonesia (Kemlu RI), Grata Endah Werdaningtyas mengatakan pemerintah Indonesia tentu juga mengikuti secara seksama berbagai kebijakan sejumlah negara, terkait penutupan aplikasi tik tok dengan alasan keamanan.

Namun, Grata mengatakan Indonesia tidak akan serta merta melakukan tindakan serupa seperti negara lain.

“Sebagai pemerintah kami akan terus mendorong agar penyelenggara sistem elektronik dan aplikasi sosial media yang beroperasi di Indonesia terus menaati dan mengikuti peraturan perundang-undangan di tanah air,” kata Grata dalam konferensi pers daring dengan media, Jumat (7/8/2020).

Pejabat Kemlu itu menyatakan bahwa pemerintah Indonesia akan terus melakukan pengawasan dan meminta komitmen penyelenggaraan aplikasi sosial media.

Terutama dalam hal keamanan konten dan penggunaan data di Indonesia.

Aplikasi Tiktok masih diperbolehkan di Indonesia selama tidak ada pelanggaran hukum dan pelanggaran undang-undang informasi teknologi.

“Selama tidak terbukti adanya pelanggaran hukum dan undang-undang di Indonesia, aplikasi sosial media tiktok akan tetap beroperasi di Indonesia,” katanya.

(*)

Tim Universitas Harvard: virus Corona Muncul di Wuhan Sejak Agustus 2019, Tampak dari Foto Satelit

Pejabat Wuhan Umumkan Hasil Tes Covid-19 Warganya, Sebanyak 300 Orang Tanpa Gejala (OTG) Ditemukan

China Sebut Corona Tidak Berasal dari Pasar Wuhan, Tes Sampel Hewan Dinyatakan Negatif Covid-19

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tiket Tempat Wisata Digratiskan, Wisatawan Berbondong-bondong ke Wuhan".

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved