TRIBUN WIKI
Jadi Target Utama Pembantaian Rawagede, Siapa Lukas Kustaryo? Dijuluki Begundal dari Karawang
Lukas Kustaryo kerap mengenakan baju seragam tentara Belanda yang baru saja dibunuh dan menembaki tentara Belanda yang lain.
Editor: Widi Wahyuning Tyas
TRIBUNBATAM.id - Salah satu peristiwa keji pasca kemerdekaan Indonesia adalah pembantaian Rawagede.
Pembantaian di Desa Rawagede, Kecamatan Rawamerta, Kabupaten Karawang terjadi pada 9 Desember 1947.
Rawagede diincar Belanda karena menjadi markas para laskar.
Dikutip Tribunnewswiki dari Kompas.com, Rawagede sudah menjadi daerah markas para laskar pejuang jauh sebelum kemerdekaan diproklamasikan.
Hal tersebut karena Rawagede merupakan daerah strategis dan dilintasi jalur kereta api Karawang-Rengasdengklok.
Ketika Letkol Suroto Kunto pada 1946 ditunjuk sebagai Komandan Resimen Jakarta di Cikampek, Lukas Kustaryo ditunjuk menjadi satu dari komandan kompi yang memimpin Karawang-Bekasi.
Begundal Karawang
Letkol Suroto Kunto yang sedang dalam perjalanan dinas menggunakan kendaraan diculik laskar rakyat pro-Hindia Belanda di daerah Rawa Gabus, Kabupaten Karawang.
Mobil yang ditumpanginya ditemukan penuh bercak darah namun jasadnya belum ditemukan hingga sekarang.
Karena kejadian tersebut Kapten Lukas Kustaryo menghimpun kekuatan para laskar pejuang.
Pada awal 1947, Lukas Kustaryo mengendarai sendiri lokomotif kereta api dari arah Cipinang di Jembatan Bojong, perbatasan Karawang-Bekasi.
Lokomotif tersebut ditabrakkan dengan kereta api penuh senjata dan amunisi milik Belanda yang datang dari arah berlawanan.
Senjata tersebut kemudian menjadi pasokan dan amunisi untuk Tentara Badan Keamanan Rakyat (BKR).
Lukas Kustaryo juga kerap mengenakan baju seragam tentara Belanda yang baru saja dibunuh dan menembaki tentara Belanda yang lain.
Karena tindakannya, Belanda memberi Lukas Kustaryo julukan 'Begundal Karawang'.
Hampir tewas ditembak anak buah
Karena sering mengenakan seragam tentara Belanda, Lukas Kustaryo sempat ditembak dari 25 meter oleh Letnan Sarif, anak buahnya.
Sarif awalnya tidak menyadari bahwa sosok yang ditembaknya tersebut adalah komandannya sendiri.
Beruntung tembakan tersebut meleset.
Pembantaian Rawagede
Karena selalu 'memprovokasi', tentara Belanda bersedia mengeluarkan ribuan gulden untuk mencari informasi mengenai Lukas Kustaryo.
Pada 8 Desember 1947, Belanda mendapatkan informasi jika Lukas Kustaryo berada di Rawagede.
Lukas Kustaryo kemudian menghimpun tentara BKR di Rawagede dan berunding dengan para laskar hingga siang untuk merencanakan penyerangan ke wilayah Cililitan, Jakarta.
Sekitar pukul 15.00, Kapten Lukas beserta pasukannya telah keluar dari Rawagede dengan berjalan kaki.
Sekitar pukul 16.00, turun perintah pimpinan pasukan Belanda bahwa Rawagede harus dibumihanguskan.
Kira-kira tengah malam, tentara Belanda sudah tiba di Stasiun Pataruman, Desa Kalangsari, yang bersebelahan dengan Kampung Rawagede.
Sekitar 300 tentara Belanda yang dipimpin Mayor Alphons Wijnen mulai memasuki Kampung Rawagede.
Rakyat diinterogasi mengenai keberadaan Lukas Kustaryo, namun mereka tetap bungkam meskipun mengetahui Lukas Kustaryo telah meninggalkan Rawagede.
Karena itulah Belanda semakin geram dan membantai semua penduduk laki-laki di Rawagede termasuk para remaja.
Pembantaian pada Selasa 9 Desember 1947 tersebut mengakibatkan 431 rakyat tewas.
Meminta maaf
Nama Lukas Kustaryo sempat menghilang dan baru muncul 1995 saat monumen pembantaian Rawagede diresmikan.
Lukas Kustaryo yang tidak mengetahui adanya pembantaian berkali-kali memohon maaf kepada warga Rawagede karena telah memicu terjadinya pembantaian itu.
Namun warga Rawagede tidak menaruh dendam.
Lukas Kustaryo lahir di Magetan, Jawa Timur pada 20 Oktober 1920 dan meninggal pada 8 Januari 1997 dengan pangkat Mayor Jenderal.
Artikel ini telah tayang di Tribunnewswiki.com dengan judul 'Mengenal Lukas Kustaryo, Begundal yang Menjadi Target Utama Pembantaian Rawagede'.