Korea Utara Diyakini Menyimpan 60 Bom Nuklir, Ini kata Militer AS
Selain senjata nuklir, negara yang menganut ideologi Juche itu juga disebut sebagai negara dengan senjata kimia terbanyak di dunia. Dalam laporan ...
Editor: Lia Sisvita Dinatri
TRIBUNBATAM.id, WASHINGTON - Laporan yang dikeluarkan militer Amerika Serikat (AS) menyatakan, Korea Utara diyakini menyimpan 60 bom nuklir.
Selain senjata nuklir, negara yang menganut ideologi Juche itu juga disebut sebagai negara dengan senjata kimia terbanyak di dunia.
Dalam laporan bertajuk "North Korea Tactics", Korea Utara menyimpan bom nuklir sebanyak itu agar negara lain tak coba-coba mengusik rezim Kim Jong Un.
Melansir Kompas.com, Selasa (18/8/2020), Korut diketahui mengembangkan dan menguji coba senjata pemusnah massal mereka dalam beberapa tahun terakhir.
Total, negara tertutup itu sudah meluncurkan enam yes. Masing-masing satu di 2006, 2009, 2013, dua pada 2016, dan sisanya pada 2017.
Presiden AS Donald Trump bertemu Kim Jong Un sebanyak tiga kali pada 2018 dan 2019 untuk membahas denuklirisasi. Namun, belum ada progres memuaskan.
"Diyakini, Korut mempunyai 20-60 bom nuklir, dengan kemampuan memproduksi enam hulu ledak baru setiap tahun," demikian laporan militer Amerika Serikat.
Dalam laporan itu, Pyongyang begitu gigih mengejar kapasitas senjata nuklir mereka agar tak ada yang melakukan pergantian rezim.
• Kian Memanas, AS Tambahkan Sanksi pada Huawei, Ini Reaksi Kemarahan China
Berdasarkan pengamatan mereka, negara yang didirikan oleh Kim Il Sung tersebut diprediksi bakal mempunyai 100 hulu ledak nuklir pada akhir 2020.
Selain itu, Korea Utara juga diduga menyimpan setidaknya 2.500 sampai 5.000 ton senjata kimia. Menjadikannya pemilik terbanyak ketiga dunia.
"Sangat besar kemungkinannya pemerintah negara itu menggunakan senjata kimia jika konflik militer sampai terjadi," ulas laporan militer AS.
Washington juga menuding Korut mampu menyebarkan racun senjata kimia seperti antrax, karena satu kilo saja mampu membunuh 50.000 orang.
AS juga menduga negara tetangga Korea Selatan tersebut mengembangkan jaringan berisi 6.000 peretas, yang bisa meretas dana dari pihak lain.
"Korea Utara juga bisa melakukan aktivitas invasi komputer dari wilayah mereka sendiri," ujar militer dalam pengamatan mereka.