Akibat Pandemi Covid-19, Penjualan Mi Instan di Korea Selatan Tembus Rekor Tertinggi
Pandemi virus Corona turut menghadang Negeri Ginseng, Korea Selatan. Penjualan mi instan di Korea Selatan melonjak ke rekor tertinggi di 2020 ini.
Editor: Putri Larasati Anggiawan
TRIBUNBATAM.id, SEOUL - Pandemi virus Corona atau Covid-19 turut menghadang Negeri Ginseng, Korea Selatan.
Korea Selatan baru-baru ini melaporkan melonjaknya penjualan mi instan di negaranya.
Bahkan, penjualan mi instan di Korea Selatan melonjak ke rekor tertinggi pada semester I 2020 ini.
Melonjaknya penjualan mi instan tersebut merupakan dampak pandemi Covid-19.
Dilansir dari Yonhap News, Kamis (20/8/2020), nilai penjualan mi instan atau ramyeon di dalam negeri Korsel mencapai 1,13 triliun won atau 950 juta dollar AS, setara sekira Rp 14 triliun (kurs Rp 14.781 per dollar AS) sepanjang periode Januari-Juni 2020.
Angka itu naik 7,2 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
• Korea Selatan Laporkan Kasus Covid-19 Kembali Melonjak, Putuskan Tutup Klub Malam dan Restoran
Data tersebut berasal dari Nielsen Korea dan dipublikasikan oleh produsen mi instan Nongshim Co.
Data penjualan pada semester I 2020 tersebut merepresentasikan rekor tertinggi penjualan selama enam bulan sepanjang sejarah.
"Data pada paruh pertama (tahun 2020) jelas menunjukkan bahwa penjualan mi instan sangat bagus saat krisis.
Penjualan ramyeon secara online naik tajam, berkat meningkatnya konsumsi nirkontak karena Covid-19," tulis Nongshim dalam pernyataannya.
Pihak Nongshim menyatakan, produk mi instannya dengan merek Shinramyeon dan merek lainnya stabil mencatat pertumbuhan penjualan hingga dua digit pada semester I 2020.
Data juga menunjukkan bahwa konsumsi mi instan kemasan gelas (cup noodles) merosot pada semester I 2020.
Ini lantaran menurunnya kegiatan warga di luar ruangan akibat pandemi corona.
Mi instan kemasan gelas menyumbang 34,3 persen penjualan mi instan di Korsel pada semester I 2020.
Angka tersebut turut dari 37,5 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Pakar: Korea Utara Salahkan Korea Selatan Atas Dugaan Kasus Covid-19 Pertamanya
Korea Utara tampak menyalahkan Korea Selatan atas dugaan kasus infeksi virus Corona atau Covid-19 pertama mereka.
Semua itu berdasarkan penilaian pakar yang dikutip media Perancis AFP pada Senin (27/7/2020).
Pyongyang disebut memanfaatkan kembalinya seorang pembelot dari Korea Selatan untuk mempersalahkan Seoul atau kasus ini.
Pyongyang langsung menerapkan lockdown di perbatasan kota Kaesong yang melaporkan adanya dugaan kasus infeksi Covid-19 yang dialami seorang pembelot yang baru menyeberangi Korea Selatan menuju Korea Utara.
Empat bulan lamanya pihak Korea Utara telah membantah, mengatakan negara itu tidak memiliki satu pun kasus infeksi Covid-19.
Padahal negara itu berbatasan dengan China, yang merupakan pendukung diplomasi utama dan partner dagang Korea Utara, membuat banyak pengamat skeptis.
Pejabat Seoul mengatakan pada Senin (27/7/2020) bahwa pria pembelot itu tidak pernah dikonfirmasi mengidap virus Corona atau menjadi pasien Covid-19 di Korsel.
Pihak Korsel telah melakukan lebih dari 1,5 juta uji virus Corona sebagai bagian dari "pelacakan, tes dan perawatan" masif yang membuat wabah di negara itu berada dalam kontrol yang tepat.
Pakar mengatakan pihak Korea Utara sepertinya sudah memiliki kasus infeksi virus dan Pyongyang sedang mencoba menyalahkan Seoul atas wabah tersebut dibandingkan menyalahkan rekan mereka, Beijing.
Pakar Analis Korea Utara dari eks pemerintahan Amerika Serikat (AS), Rachel Lee mengatakan bahwa, "Korea Utara sednag mencoba menggunakan kembalinya pembelot untuk menyalahkan Korea Selatan atas wabah virus Corona yang sebenarnya sudah terjadi."
Hal itu dianggap Lee bisa mengesankan penjagaan keamanan garis depan Korea Selatan sangat lemah dan bahkan mengklaim bahwa Korsel sengaja mengirim kembali pembelot ke Korut untuk menyebar virus di sana.
Seorang pakar Korea dari Kelompok Krisis Internasional, Duyeon Kim menambahkan bahwa dengan menyalahkan kasus impor dari Selatan, Korut "bisa melegitimasi dan dengan terbuka menerima" bantuan dari Seoul.
Korea Utara juga semakin bisa ke depannya menggambarkan betapa pembelot adalah musuh bagi negara itu.
Sebelumnya, Pyongyang telah berulang kali mengecam tindakan para pembelot dan pemerintah Seoul pada beberapa pekan lalu.
Hubungan Korut-Korsel memanas akibat pembelot kerap mengirim balon propaganda anti-Pyongyang di perbatasan kedua negara itu.
Puncaknya, Pyongyang menghancurkan kantor penghubung 2 negara itu di perbatasan.
Wajibkan Pakai Masker, Korea Utara Berlakukan Hukuman Kerja Paksa Bagi Pelanggar
Korea Utara memberlakukan kebijakan untuk mewajibkan pakai masker bagi masyarakatnya di tengah wabah virus Corona atau Covid-19.
Jika melanggar kebijakan tersebut, warga Korea Utara dilaporkan akan dikenai tiga bulan kerja paksa.
Tentunya semua itu demi mencegah penyebaran virus Corona di Korea Utara.
Para siswa nantinya akan ditugaskan untuk melakukan "patroli masker", untuk memastikan semua warganya memekai masker, ujar pejabat Korea Utara kepada Radio Free Asia.
Mereka yang kedapatan tidak memakai masker di tempat umum, harus melakukan kerja paksa selama tiga bulan.
Berbicara kepada Radio Free Asia, pejabat tersebut menyatakan:
"Mulai tanggal 16, sebuah tim inspeksi sedang diorganisir di sini, di Pyongyang dan juga di kota-kota provinsi bersama petugas polisi."
"Mahasiswa dan siswa sekolah menengah akan melakukan tindakan keras pada orang-orang yang tidak mengenakan masker."
"Siapa pun yang tidak mengenakan masker akan dihukum dengan lebih dari tiga bulan kerja disiplin, tak peduli siapa mereka."
Dilansir Daily Mail, hingga kini Korea Utara belum secara resmi mencatat satu pun kasus virus Corona.
Namun Korea Utara telah mengambil langkah-langkah pencegahan intensif, termasuk larangan pertemuan, perintah untuk mengenakan masker dan karantina wajib bagi pekerja perbatasan.
Namu, pada April lalu, para pejabat mengungkapkan lewat kuliah umum bahwa ada kasus konfirmasi virus Corona di Korea Utara pada awal Maret lalu.
Para dosen, yang berbicara dengan organisasi dan kelompok pengamat lingkungan, mengatakan ada sejumlah kasus di dalam negeri.
Meski mereka tidak menyebut angka pasti, namun mereka menyebut ada dua sumber penyebaran, yaitu satu di Pyongyang dan satu di provinsi Ryanggang.
Para ahli asing pun meragukan klaim Korea Utara yang menyatakan bahwa mereka tidak memiliki kasus virus Corona.
(*)
• Korea Selatan Minta Ribuan Jemaat Gereja Untuk Karantina Mandiri, Kasus Covid-19 Melonjak
• Latihan Gabungan Amerika Serikat dan Korea Selatan Ditunda, Seorang Perwira Terinfeksi Covid-19
• Korea Selatan Diterjang Banjir di Tengah Wabah Covid-19, Buat 1.000 Orang Mengungsi
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dampak Pandemi, Penjualan Mi Instan di Korsel Tembus Rekor Tertinggi".