Jelang Debat Capres Amerika Serikat, Trump Minta Tes Narkoba Untuk Dirinya dan Joe Biden
Trump sebentar lagi akan mengikuti debat capres pertama. Ia meminta untuk mengadakan "tes narkoba" untuk dirinya dan Joe Biden pada Rabu (26/8/2020).
Editor: Putri Larasati Anggiawan
TRIBUNBATAM.id, WASHINGTON - Donald Trump dipastikan akan maju ke pemilihan Presiden Amerika Serikat ( AS) mendatang.
Terbaru, ia meminta untuk mengadakan "tes narkoba" untuk dirinya dan Joe Biden pada Rabu (26/8/2020).
Pasalnya mereka akan melangsungkan debat capres pertama sebentar lagi.
Namun dia tidak memberikan bukti apa pun atas kecurigaannya tentang lawannya dari Partai Demokrat itu.
Dalam wawancara dengan Washington Examiner Trump berujar, dia tertarik dengan peningkatan kerja Biden selama primary Demokrat.
"Kami akan meminta tes narkoba," kata Trump yang mengungkapkan keterkejutan atas sikap mantan wapres era Barack Obama itu, saat melawan Senator Vermont Bernie Sanders pada Maret.
• Trump Kerahkan 1.000 Tentara Atasi Rusuh AS, Dua Pendemo Kehilangan Nyawa
Presiden ke-45 AS itu tidak memiliki bikti nyata untuk mendukung klaimnya, tetapi dia berkata, "yang bisa saya katakan kepada Anda adalah saya cukup ahli dalam hal ini," dikutip dari AFP.
"Saya menontonnya dalam debat dengan semua orang yang berbeda," kata Trump mengacu pada capres lainnya dari Demokrat.
Biden "hampir tidak kompeten, jka tidak kompeten, dan melawan Bernie, dia normal," kata Trump.
"Saya berkata, 'Bagaimana itu bisa terjadi?'"
Sebelumnya Trump juga membuat pernyataan serupa pada 2016 di puncak pemilihan presiden, dengan alasan bahwa Hillary Clinton mengonsumsi narkoba.
"Saya rasa kami harus melakukan tes narkoba sebelum debat," katanya saat berkampanye di New Hampshire.
"Saya tidak tahu apa yang terjadi dengannya. Tapi di awal debat terakhirnya - dia sangat bersemangat di awal, dan di akhir seperti 'Oh, turunkan aku'. Dia hampir tidak bisa sampai di mobilnya," ejek Trump.
Debat pertama antara Trump dan Biden dijadwalkan pada 29 September, lalu dua debat berikutnya akan berlangsung pada 15 dan 22 Oktober.
Jika Bukan Karena Kepemimpinannya, Trump Sebut AS Bakal Perang dengan Korea Utara
Donald Trump kembali menjadi sorotan lewat pengakuannya.
Presiden Amerika Serikat ( AS) itu mengklaim jika bukan karena kepemimpinannya, saat ini mereka sudah terlibat perang dengan Korea Utara ( Korut).
Lantas atas dasar apa Trump mengklaim pernyataan ini?
Presiden dari Partai Republik itu menyampaikannya sembari menyebut hubungannya dengan Pemimpin Tertinggi Korut, Kim Jong Un.
"Kita bisa saja perang jika dipegang Hillary Clinton. Kita bisa saja perang jika dipegang oleh Barack Obama," ucap Presiden Trump.
Pemimpin ke-45 AS itu merujuk kepada mantan Presiden Barack Obama, dan eks menteri luar negeri sekaligus rivalnya di Pilpres AS 2016, Hillary Clinton.
Pernyataannya merespons tudingan yang dilayangkan Partai Demokrat, bahwa dia memilih berkawan dengan "para pencuri" seperti Korea Utara.
Dilansir Yonhap Jumat (21/8/2020), Trump dan Kim Jong Un sudah tiga kali bertemu, yakni di Juni 2018 serta Februari tahun lalu.
Upaya denuklirisasi Semenanjung Korea langsung terhenti buntut kolapsnya perundingan dua negara di Hanoi, Vietnam, pada Februari 2019.
Kolapsnya perundingan ditengarai oleh beda persepsi antara AS dengan Pyongyang mengenai denuklirisasi yang dibutuhkan untuk mencabut sanksi.
Presiden yang juga taipan real estate tersebut menyatakan, jika bukan karena dirinya, maka Washington bisa terlibat konflik lebih besar dengan Korut.
Dia menuturkan ketika pertama kali bertemu Kim Jong Un, Obama menyatakan bahwa keputusan itu merupakan masalah terbesar AS.
"Kami bisa saja mempunyai masalah yang lebih besar. Kami tentu akan terlibat perang. Saya bisa mengatakan itu pada Anda," kata dia di Pennsylvania.
Dia mengungkapkan ketika pertama kali bertemu Kim, banyak kalangan mengatakan bahwa dia melakukan keputusan yang buruk.
Tetapi, dalam pandangannya, pertemuannya dengan Kim berbuntut positif. "Ini adalah pertemuan yang bagus. Bukannya tak ada yang buruk. Tapi sekarang baik-baik saja," jelasnya.
Lebih lanjut, Trump mengklaim bahwa pemerintahannya menangani pandemi virus corona jauh lebih baik dibanding negara lain di dunia.
Dia kemudian menyoroti lonjakan kasus di Korea Selatan dan Selandia Baru. "Sudah berakhir. Mereka mengalami lonjakan kasus," ujar dia.
Viral Video Melania Tak Mau Digandeng Donald Trump, Timbulkan Spekulasi Warganet
Media sosial tengah digemparkan dengan sebuah video terkait Melania Trump.
Ibu Negara Amerika Serikat ( AS) itu tampak tak mau digandeng oleh suaminya, Donald Trump.
Keduanya diketahui tengah turun dari pesawat Air Force One.
Video yang viral di media sosial itu menunjukkan wanita berusia 50 tahun tersebut menuruni tangga dari pesawat kepresidenan.
Ia mengenakan sepatu hak tinggi sambil mencoba menahan bajunya dari terpaan angin kencang.
Meski begitu, keengganan Melania digandeng Trump memunculkan spekulasi tersendiri.
Sang Presiden sempat melakukan upaya kedua untuk menggandeng tangan istrinya, yang kembali gagal dan akhirnya beralih memegangi punggung Melania.
Para pengguna Twitter mengemukakan opini-opini mereka mengenai kejadian itu.
Salah satu netizen yang dikutip Sky News, Senin (17/8/2020), menulis, "Bukan apa-apa. Dia hanya tidak mau disentuh olehnya (Trump)."
Lalu warganet lain menulis, "Atau dia mencoba menjaga bajunya tidak tertiup angin."
Pasangan itu bepergian dengan putra mereka yang berusia 14 tahun, Barron, dan baru tiba di Washington DC setelah terbang dari New Jersey.
Ini bukan kali pertama Ibu Negara menolak digandeng tangannya oleh Trump di depan umum.
Sebelumnya, mantan model itu menarik tangannya dari tangan suaminya saat menghadiri Kejuaraan Sepak Bola Universitas di New Orleans pada Januari.
Kala itu mereka berdiri di lapangan lalu menyanyikan lagu kebangsaan AS.
Trump dan keluarganya kembali ke ibu kota pada Minggu (16/8/2020), setelah Robert Trump yang merupakan adik Donald Trump meninggal pada Sabtu di rumah sakit New York City pada usia 71 tahun.
Sehari sebelum sang adik wafat, Presiden sempat menjenguknya di rumah sakit.
"Dia bukan hanya adik saya, dia adalah sahabat saya.
Dia akan sangat dirindukan, tetapi kita akan bertemu lagi."
Penyebab kematiannya belum diungkap ke publik, tetapi pria yang berprofesi sebagai pengusaha itu dilaporkan telah dirawat setidaknya 10 hari pada Juni di unit perawatan intensif saraf di Rumah Sakit Mount Sinai, Manhattan.
(*)
• Trump Resmi Dinominasikan oleh Partai Republik, Sebut Jika Biden Menang berarti Pilpres Curang
• Amerika Serikat Ancam Hentikan Hubungan Dagang dengan China, Trump Sebut Tak Diperlakukan Baik
• Pengguna Aplikasi Perpesanan WeChat di AS Menggugat Presiden Donald Trump
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Trump Minta Biden Tes Narkoba Sebelum Debat Capres Pertama".