Timor Leste Trending di Twitter, Sukses Kalahkan Covid, Tak Ada orang yang Meninggal Karena Corona
Berdasarkan daftar trending topik Twitter, istilah "Timor Leste" telah dibahas sebanyak 2.876 kali oleh pengguna Twitter lainnya. Angka tersebut menj
Mereka mengadopsi langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah penyakit, mengatasi pandemi, menyelamatkan nyawa, dan memastikan rantai pasokan barang serta jasa.
Bahkan jika mungkin mereka membatasi beberapa hak dan kebebasan fundamental.
Menurut sekelompok akademisi dari Universitas Melbourne, pada awal Maret pemerintah Timor Leste menutup perbatasannya.
Paket bantuan

Awalnya pembatasan hanya untuk non warga negara, akan tetapi setelah itu semua orang dibatasi.
Warga negara Timor Leste yang tetap di luar negeri (kebanyakan pelajar; para pekerja berketerampilan rendah di Inggris, Irlandia dan Korea Selatan; atau pekerja musiman di Australia) ditawarkan dukungan untuk tinggal di luar negeri.
Warga Timor Leste menerima paket bantuan termasuk sabun, telur dan beras dari lembaga non-pemerintah dan sektor swasta.
Bagi rumah tangga yang berpenghasilan di bawah 500 dollar AS (Rp 7,4 juta) sebulan berhak atas subsidi bulanan sebesar 100 dollar AS (Rp 1,4 juta) dari pemerintah.
Perbatasan dengan Indonesia dipatroli oleh pihak berwenang yang memaksakan penutupan dan perintah tinggal di rumah.
Namun seperti negara lainnya yang memberlakukan penguncian atau lockdown, Timor Leste menghadapi masalah ekonomi. Pendapatan minyak dan gas yang menopang perekonomiannya segera habis.
Hak atas ladang energi bawah laut yang baru diperoleh negara itu dalam beberapa tahun terakhir terjebak dalam fase pra-pembangunan.
Para peneliti dari Universitas Nasional Australia menemukan bahwa Timor Leste mengeluarkan jauh lebih banyak kebijakan untuk mengatasi Covid-19 dibanding tetangganya di Pasifik.
Mereka mengeluarkan sebesar 8,3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Penanganan Covid-19 Timor-Leste hampir 100 persen didanai sendiri.
Sementara itu seperti di tempat lain, perempuan dan anak-anak cenderung lebih menderita dengan situasi penguncian karena meningkatnya kekerasan dalam rumah tangga dan kehilangan pendidikan tatap muka.
“Di Timor Leste, 59 persen wanita berusia 15-45 tahun yang pernah menikah pernah mengalami kekerasan fisik dan/atau seksual dari pasangan dekat selama hidup mereka,” kata Badan Pengembangan Wanita Internasional.